Selasa, 8/6/2021
Bacaan harian setahun: Ayub 39-41; Kisah Para Rasul 18-19
Melayani sebagai Persembahan Korban yang Harum di Hadapan Tuhan
Pendalaman:
M1 – Membaca Firman di Hadirat Kristus
2 Tawarikh 29:1-11
M2 – Merenungkan Firman di Hadirat Kristus
- Menurut Anda, mengapa Raja Hizkia mengikat perjanjian dengan Tuhan? (ay. 10)
- Apa kata Raja Hizkia kepada orang-orang Lewi? (ay. 11)
Renungan:
Keseriusan Raja Hizkia terhadap pelayanan yang dilakukan oleh suku Lewi terlihat dengan nyata. Ternyata, ini adalah karena sikapnya yang menganggap pelayanan sebagai bentuk ibadah kita kepada Tuhan. Kata Hizkia, “Dengarlah, hai orang-orang Lewi! Sekarang kuduskanlah dirimu dan kuduskanlah rumah TUHAN, Allah nenek moyangmu! Keluarkanlah kecemaran dari tempat kudus! Karena nenek moyang kita telah berubah setia. Mereka menutup pintu-pintu balai rumah TUHAN dan memadamkan segala pelita. Mereka tidak membakar korban ukupan dan tidak mempersembahkan korban bakaran bagi Allah orang Israel di tempat kudus, sehingga murka TUHAN menimpa Yehuda dan Yerusalem. Karena hal itulah nenek moyang kita tewas oleh pedang, dan anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan beserta isteri-isteri kita menjadi tawanan.” Hizkia membuat keputusan yang radikal di hadapan Tuhan, “Sekarang aku bermaksud mengikat perjanjian dengan TUHAN, Allah Israel, supaya murka-Nya yang menyala-nyala itu undur dari pada kita.” Setelah raja Hizkia mengikat perjanjian dengan Tuhan, dia berkata kepada orang-orang Lewi, “Anak-anakku, sekarang janganlah kamu lengah, karena kamu telah dipilih TUHAN untuk berdiri di hadapan-Nya untuk melayani Dia, untuk menyelenggarakan kebaktian dan membakar korban bagi-Nya.” Pelayanan adalah korban ibadah yang harum di hadapan Tuhan, yang harus kita bawa sebagai persembahan yang terbaik dari hati kita kepada Tuhan.