///10 Peringatan Penting untuk Pemimpin Demi Memotivasi Semangat Pekerja

10 Peringatan Penting untuk Pemimpin Demi Memotivasi Semangat Pekerja

Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.” – Markus 10:43-44

 

Salah satu prinsip penting dalam memotivasi pekerja adalah menghindari tindakan-tindakan yang membunuh semangat kerja mereka. Ini berarti, pemimpin perlu memotivasi pekerja bukan hanya dengan mendorong pekerja berperilaku kerja yang baik, tetapi juga dengan menjaga diri sendiri sebagai pemimpin untuk tidak melakukan tindakan apa pun yang dapat mematahkan semangat pekerja. Pada intinya, pemimpin perlu selalu mengingat bahwa sikap negatif pada diri sendiri dapat menghalangi munculnya sesuatu yang positif dari orang lain.

 

Banyak hal dapat meruntuhkan atau mematahkan motivasi pekerja. Yang terpenting di antaranya berasal dari diri pemimpin sendiri. Berikut beberapa kiat atau peringatan penting bagi pemimpin untuk dilakukan. Mengabaikan peringatan-peringatan ini biasanya berarti pemimpin meruntuhkan atau mematahkan motivasi atau semangat para pekerja yang dipimpinnya.

 

  1. Jangan mengritik pekerja di hadapan orang lain.

Kritik yang tidak tepat adalah pembunuh motivasi nomor satu. Mengritik pekerja di hadapan orang lain, apalagi yang tidak berkaitan dengan konteks masalah atau yang berposisi kerja lebih rendah daripada si penerima kritik, berarti mempermalukan si pekerja. Meski kritik Anda benar, hal semacam ini dapat melukai perasaan pekerja. Kritik yang tidak pada tempatnya seperti ini berpotensi meninggalkan bekas luka mendalam yang mengubah motivasi kerja menjadi rasa sakit hati dan dendam berkepanjangan secara pribadi, sehingga si pekerja enggan memberikan usaha terbaiknya dalam kinerja sehari-hari.

 

  1. Jangan berucap atau berperilaku kasar kepada pekerja.

Melontarkan ucapan kasar seperti “bodoh”, “goblok”, “sialan”, atau melakukan tindakan kasar yang bersifat menghina haruslah dihindari jauh-jauh. Berhati-hatilah dengan perkataan dan perilaku Anda. Jangan pernah biarkan diri Anda meledak sampai merendahkan atau menyepelekan orang lain. Pekerja yang merasa terhina akan “membuktikan” dirinya sesuai hinaan pemimpinnya, karena merasa tak ada gunanya mengubah keyakinan pemimpin bahwa si pekerja tidak becus.

 

  1. Jangan memperalat pekerja.

Sebagai pemimpin, Anda memang “menggunakan” pekerja untuk mencapai tujuan kerja tim atau perusahaan. Namun, jika Anda bersikap seolah-olah memperalat pekerja demi tujuan Anda sendiri, Anda akan kehilangan simpati dan motivasi pekerja untuk mau bekerja sama dengan Anda. Contoh-contoh memperalat pekerja antara lain ialah menyuruhnya melakukan sesuatu untuk Anda atau keluarga Anda, yang tidak berkaitan dengan pekerjaan, atau menyuruhnya bekerja lembur secara berlebihan terus-menerus hingga ia kehilangan waktu untuk kehidupan pribadi/keluarganya sendiri. Berfokuslah pada tujuan kerja bersama dan selalu libatkan pekerja pada tujuan kerja itu. Tunjukkan kepada pekerja bahwa Anda bersama mereka sedang mencapai tujuan demi keberhasilan bersama. Dengan demikian, pekerja akan melihat nilai penting dirinya dalam seluruh tujuan kerja bersama.

 

  1. Jangan berlaku tidak adil.

Adalah wajar jika Anda lebih menyukai pekerja-pekerja terbaik Anda. Namun, ini bukanlah alasan untuk berlaku tidak adil. Perlakuan diskriminatif mudah sekali terlihat dalam hubungan kerja sehari-hari dan ini menjatuhkan semangat seluruh pekerja. Situasi ini bahkan akan semakin buruk jika Anda tak sadar sedang “dijilat” oleh pekerja yang Anda sukai, hingga mengambil keputusan yang merugikan pekerja yang kurang Anda sukai. Selalu gunakan perspektif kepemimpinan yang utuh dan menyeluruh; ingatlah bahwa Anda ialah pemimpin untuk seluruh pekerja yang Anda pimpin, bukan hanya untuk sekelompok pekerja yang Anda sukai. Jangan sekali-kali membedakan sikap dan perlakuan Anda terhadap pribadi, tim, atau departemen yang Anda pimpin meskipun capaian kinerja mereka berbeda-beda; biarkan penilaian kinerja dari perusahaan saja yang menunjukkan data kinerja mereka masing-masing.

 

  1. Jangan hanya berfokus pada diri sendiri.

Bagaimana perasaan Anda saat mendengar pemimpin Anda sendiri membanggakan dirinya dan memikirkan kepentingannya sendiri? Anda mungkin merasa direndahkan secara tak langsung atau Anda mungkin merasa pemimpin Anda sedang mengambil keuntungan dari Anda, karena di dalam segala capaian pemimpin Anda itu ada kerja keras Anda pula sebagai pekerja. Nah, itu pulalah yang dirasakan oleh pekerja yang Anda pimpin jika Anda hanya berpusat pada diri sendiri dan tak memberikan perhatian pada peran mereka.

 

  1. Jangan ragu-ragu dalam mengambil keputusan.

Pekerja membutuhkan sebuah keputusan yang tegas, segera, sekaligus bijaksana dari pemimpinnya. Jika Anda tampak bimbang dengan keputusan Anda sendiri, apalagi jika hal ini terjadi sebagai sebuah kebiasaan, pekerja akan merasa lebih bimbang dan lebih gamang daripada Anda. Ini cepat sekali melemahkan motivasi kerja; untuk apa bekerja dengan usaha terbaik jika segala sesuatunya toh tidak pasti dan serba berubah-ubah setiap saat? Bahkan, pekerja juga sangat mungkin menjadi tak lagi percaya terhadap kemampuan kerja serta kepemimpinan Anda. Akibatnya, pekerja menjadi tak percaya terhadap kemampuan diri mereka sendiri atau memilih memberontak terhadap kepemimpinan Anda.

 

  1. Jangan melemparkan tanggung jawab.

Salah satu tugas pemimpin yang terpenting ialah membimbing pekerja agar lebih baik dan berhasil dalam pencapaian tujuan kerja bersama. Contohnya, dengan mendelegasikan tugas dan wewenang. Namun, ini bukan berarti Anda terlepas dari tanggung jawab atas tugas atau wewenang itu. Bagaimana pun, melemparkan tanggung jawab begitu saja dapat meruntuhkan kepercayaan pekerja kepada Anda sebagai seorang pemimpin. Di saat-saat sulit, tunjukkan tanggung jawab Anda. Pemimpin yang bertanggung jawab di saat-saat sulit justru akan menumbuhkan rasa hormat dari pekerja dan membangkitkan semangat pekerja untuk berusaha lebih baik lagi bagi pencapaian tujuan bersama.

 

  1. Jangan bersikap terlalu kaku, sekaligus jangan turunkan standar kualitas.

Situasi tidak selalu berjalan sebagaimana diharapkan. Bersikaplah fleksibel dan jangan terlalu kaku. Anda memang harus bersikap tegas soal standar kualitas, tetapi ini bukan berarti bersikap kaku. Bersikaplah terbuka dan fleksibel; terimalah masukan-masukan dari pekerja Anda dan saringlah lalu gunakan yang memang bermanfaat untuk tujuan kerja bersama. Namun, Anda tetap harus menjaga standar kualitas kerja yang telah disepakati. Jangan terjebak ke dalam sikap terlalu toleran karena tidak mau dicap keras atau galak. Sebuah kelemahan tetaplah sebuah kelemahan, dan kelemahan perlu diperbaiki. Anda perlu fleksibel dalam hal cara dan kemasan, tetapi tujuan yang disepakati tetap harus dikejar. Dengan demikian, Anda memacu motivasi pekerja yang masih lemah sekaligus menjaga motivasi pekerja yang telah menunjukkan capaian baik.

 

  1. Jangan enggan memberikan kepercayaan.

Kunci memotivasi orang adalah memberikan kepercayaan kepada orang itu. Hal ini juga berlaku dalam konteks hubungan kerja. Sebaliknya, mematikan motivasi pekerja paling mudah dilakukan dengan mencabut kembali kepercayaan itu, atau menunjukkan ketidakpercayaan kita sebagai pemimpin. Sepatah ucapan atau sekelumit tindakan yang menunjukkan ketidakpercayaan pemimpin sudah cukup untuk menyingkirkan motivasi pekerja.

 

  1. Jangan bersikap tak peduli kepada pekerja.

Jika Anda ingin meruntuhkan motivasi pekerja, jangan berikan perhatian apa pun pada mereka. Jangan beri umpan balik. Jangan ingat kejadian-kejadian penting dalam hidup mereka. Jangan berikan waktu bagi mereka untuk berbincang-bincang. Semua ini menunjukkan bahwa Anda tidak peduli kepada pekerja dan sangat mudah untuk mematahkan semangat mereka. Maka, sebaliknya, jangan pernah bersikap tak peduli kepada pekerja.

 

 

Markus 10:43-44 berkata, “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.” Ayat ini kembali mengingatkan kita bahwa jika ingin membangun semangat kerja dan menuai produktivitas pekerja yang kita pimpin, kita perlu rela melayani mereka, termasuk melayani “perasaan dan semangat” mereka. Selamat mempraktikkan.

2019-10-23T11:14:38+07:00