Jumat, 14/5/2021
Kasih sebagai yang Terutama (2)
Bacaan harian setahun: 2 Tawarikh 33-35; Lukas 13-14
M1 – Membaca Firman di Hadirat Kristus
Matius 22:34-40
M2 – Merenungkan Firman di Hadirat Kristus
1. Apa itu hukum yang terutama dan yang pertama? (ay. 37-38)
2. Apa itu hukum yang kedua? Mengapa kedua hukum ini disebut sebagai yang pertama dan kedua? (ay. 39-40)
Renungan:
Hari ini kita membaca bahwa Tuhan Yesus menjawab pertanyaan seorang ahli Taurat yang mencobai diri-Nya, “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Ini memang pertanyaan yang mengandung jebakan, karena si penanya bermaksud mempersalahkan Yesus, apa pun jawaban Yesus. Mungkin jika kita dalam posisi yang sama seperti Yesus, akan sukar sekali menjawabnya. Namun, ternyata jawaban Yesus tajam dan jelas sekali. Yesus menjawab, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.” Ini berarti kasih kita kepada Allah tidak boleh setengah-setengah atau separuh hati, jiwa, kekuatan atau akal budi; harus segenap atau seutuhnya, dengan seluruh keberadaan diri kita. Yesus menambahkannya, “Hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri adalah ekspresi kasih yang sama pentingnya dengan kasih kita secara pribadi kepada Tuhan. Terkadang, kita mengasihi orang lain kurang dari kita mengasihi diri kita sendiri, dengan mengutamakan keinginan atau kepentingan kita sambil mengorbankan orang lain. Itulah kasih yang egois. Kasih Kristuslah yang harus kita praktikkan, yaitu kasih yang rela berkorban demi orang lain. Mari, praktikkan kedua hukum kasih ini.