Pada hari-hari ini, seluruh dunia menyerukan untuk kita tetap berada di rumah atau di kota tempat tinggal kita, dengan istilah “karantina”, agar kita semua dalam hidup bersama dapat hidup sehat terbebas dari virus Korona. Bahkan, jika seseorang telah melakukan perjalanan ke luar kota atau luar negeri, orang tersebut wajib menjalani masa karantina atau isolasi diri selama 14 hari dengan disiplin, untuk memutuskan rantai penyebaran virus Korona sehingga tidak menular ke orang lain. Selama masa itu, orang tersebut harus berdiam diri di rumah atau di tempat khusus, tidak boleh bepergian keluar agar ia terbebas dari virus tersebut setelah masa 14 hari. Itulah yang juga saya alami bersama suami saya saat tiba di Australia, negara asal kami. Kami menjalani masa karantina selama 14 hari untuk memutuskan rantai penyebaran virus Korona. Selama masa itu, kami harus berdiam diri di rumah dan tidak boleh ke mana-mana.
Makna Masa 14 Hari
Kita semua di berbagai negara sedang menjalani masa karantina yang serupa, termasuk berjuang menahan segala ketidaknyamanan dan penderitaannya. Namun, penting untuk kita pahami bahwa Alkitab memiliki perpektif dan makna yang khusus tentang masa 14 hari ini. Masa 14 hari (tidak selalu harfiah berarti hari yang berisi waktu selama 24 jam) berulang kali muncul dalam berbagai peristiwa penting yang menunjukkan makna luar biasa dalam Alkitab.
Tuhan sendiri juga pernah menetapkan karantina waktu yang juga berlangsung selama 14 hari. Karena ada suatu virus yang masuk ke dalam alam semesta ini, namanya virus dosa, dan dosa itu mulai merajalela dengan kejatuhan iblis, Tuhan pun menetapkan suatu bentuk karantina, yaitu karantina waktu. Tuhan tinggal di dalam kekekalan, tetapi Tuhan menetapkan suatu batasan waktu di luar kekekalan itu untuk melakukan karantina bagi manusia dan alam semesta. Batas-batas waktu itu ditetapkan Tuhan untuk mengerjakan maksud-Nya yang abadi, yaitu menghapus dosa dari alam semesta, sehingga manusia diselamatkan dari ketidak-kekalan tersebut. Karantina itu berlangsung selama 14 hari.
Sekarang, mari kita lihat munculnya karantina 14 hari ini dalam berbagai peristiwa Alkitab.
-
Pekerjaan Tuhan
Dalam peta zaman, ada tujuh hari yang ditetapkan Tuhan (baca Kejadian pasal 1 dan 2). Ada minggu (pekan) pertama, yaitu minggu penciptaan, ketika Allah menciptakan langit dan bumi; lalu sesudah tujuh hari itu, manusia terjangkit virus dosa, sehingga harus ada tujuh hari lagi Allah bekerja untuk penebusan, yaitu menebus dan menyucikan manusia dari dosa. Seluruhnya, ada 14 hari dalam skema waktu Tuhan untuk karantina ini, yaitu tujuh hari penciptaan dan tujuh hari penebusan. Setelah kejatuhan setan, mulailah tujuh hari (minggu) penciptaan. Kejatuhan manusia terjadi setelah hari ketujuh. Selanjutnya, mulailah tujuh hari (minggu) penebusan. Setelah hari ke-14 itu, Tuhan mencapai tujuan-Nya, yaitu dosa dimusnahkan oleh pengorbanan Yesus Kristus yang menebus manusia, dan Tuhan bersatu dengan semua orang yang percaya kepada-Nya. Tuhan Yesus dan pengantin perempuan-Nya (Gereja) akan hidup bersama dalam kekekalan, yaitu langit dan bumi yang baru tanpa ada dosa lagi. Namun, perhatikan bahwa selain ada langit dan bumi yang baru, ada juga lautan api yang kekal, yaitu kebinasaan. Ini menunjukkan hasil akhir dari karantina itu. Setelah masa 14 hari, ada orang-orang yang akan masuk ke dalam kehidupan di langit dan bumi yang baru, tetapi ada juga orang-orang yang akan dibinasakan dan masuk ke dalam lautan api yang telah dikhususkan bagi mereka yang tidak percaya kepada-Nya.
-
Pekerjaan Yakub
Saat bekerja pada Laban (yang lalu menjadi ayah mertuanya), Yakub jatuh cinta kepada Rahel, anak Laban. Waktu itu, Yakub bekerja selama 14 “hari”, yaitu 14 tahun, pada ayah mertuanya itu. Dalam Kejadian 31:41 dikatakan, “Selama dua puluh tahun ini aku di rumahmu; aku telah bekerja padamu empat belas tahun lamanya untuk mendapat kedua anakmu.” Yakub bekerja selama tujuh tahun lalu mendapat Lea sebagai istrinya dan tujuh tahun lagi untuk mendapatkan perempuan yang dicintai dan dirindukannya, yaitu Rahel. Tujuan pekerjaan Yakub sesudah masa 14 tahun itu serupa dengan tujuan akhir pekerjaan Tuhan, yaitu hidup bersama dengan pengantin perempuan yang didambakannya (Rahel).
-
Peristiwa Paskah
Paskah umat Israel terjadi pada akhir hari ke-14. Saat itu, seekor anak domba disembelih bagi setiap rumah tangga. Sesudah 14 hari itu, ada pemisahan antara orang yang mati dan orang yang selamat. Dalam Keluaran 12:6, Tuhan berfirman, “Kamu harus mengurungnya (anak domba itu) sampai hari yang keempat belas bulan ini; lalu seluruh jemaah Israel yang berkumpul harus menyembelihnya pada waktu senja (pukul tiga sore).” Anak domba yang harus disembelih pada hari ke-14 ini adalah gambaran Yesus sebagai Anak Domba Allah, yang darah-Nya harus dicurahkan sebagai korban tebusan sehingga mereka yang menerima darah itu diselamatkan dari maut. Setiap orang Israel yang tinggal di rumahnya selama 14 hari itu harus membubuhkan darah anak domba pada ambang pintu rumah mereka masing-masing, karena pada hari ke-14 bulan itu, malaikat maut akan melewati tiap rumah; jika ia melihat darah pada ambang pintu rumah, orang-orang dalam rumah tersebut diluputkan dan menjadi selamat dari maut, sedangkan jika tidak ada darah di ambang pintu rumah, anak sulung dalam rumah tersebut akan dibinasakan oleh sang malaikat maut. Demikianlah pada hari ke-14 ada orang yang diselamatkan tetapi ada juga yang dibinasakan pada masa Paskah itu.
-
Ester dan hari raya Purim
Pada zaman Ratu Ester, Haman dan komplotannya ingin menghancurkan bangsa Yahudi. Namu,n yang terjadi justru sebaliknya; musuh bangsa Yahudi-lah yang dibinasakan. Mereka yang telah menjadi musuh bangsa Yahudi ini diberi waktu 14 hari. Ester 9:15 dan 17 menceritakan, “Jadi berkumpullah orang Yahudi yang di Susan pada hari yang keempat belas bulan Adar juga dan dibunuhnyalah di Susan tiga ratus orang. …Pada hari yang keempat belas berhentilah mereka dan hari itu dijadikan mereka hari perjamuan dan sukacita.”
Sesudah masa diam 14 hari, ada pemisahan. Ada orang-orang yang dibunuh dan ada orang-orang yang diselamatkan serta bersukacita. Ester 9:19 melanjutkan, “Oleh sebab itu orang Yahudi yang di pedusunan, yakni yang diam di perkampungan, merayakan hari yang keempat belas bulan Adar itu sebagai hari sukacita dan hari perjamuan, dan sebagai hari gembira untuk antar-mengantar makanan.” Pesta pada hari ke-14 itu disebut hari raya Purim, yaitu perayaan perbuatan Allah atas pembebasan umat-Nya dari komplotan jahat itu. Inilah sukacita besar sesudah 14 hari di masa Ester, yaitu ada hari kematian bagi para musuh sekaligus hari keselamatan bagi kita.
-
Perjalanan Rasul Paulus ke Roma
Inilah 14 hari masa karantina yang dialami Rasul Paulus pada zamannya. Dalam Kisah Para Rasul 27, Paulus berlayar dari Kaisarea menuju Roma, sebagai tahanan. Namun dalam pelayaran itu, turunlah angin badai yang menghantam perahu mereka. “Malam yang keempat belas sudah tiba dan kami masih tetap terombang-ambing di laut Adria. Tetapi kira-kira tengah malam anak-anak kapal merasa, bahwa mereka telah dekat daratan… Dan karena takut, bahwa kami akan terkandas di salah satu batu karang, mereka membuang empat sauh di buritan, dan kami sangat berharap mudah-mudahan hari lekas siang.” (Kis. 27:27-29). Kapal mereka hampir karam dan mereka menghadapi kebinasaan. Anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal; mereka menurunkan sekoci dan berbuat seolah-olah mereka ingin melabuhkan beberapa sauh di haluan. “Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: ‘Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat,” (Kis. 27:31).
Perjalanan Paulus ini menunjukkan bahwa hanya ada satu tempat yang aman bagi kita dalam bahaya yang mengamuk, yaitu tetap tinggal di dalam kapal sampai saat masa karantina selesai. Saat ini pun masa karantina, kita harus tetap tinggal di rumah sampai saat yang ditentukan agar kita selamat dari kematian oleh wabah. Hal yang serupa pun terjadi pada zaman nabi Nuh dan air bah. Pada waktu itu, Nuh dan keluarganya harus tinggal dalam bahtera sampai pada saat yang ditentukan, dan mereka selamat sementara semua yang di luar bahtera binasa.
Bagaimana kelanjutan nasib Paulus setelah “masa karantina” di kapal? “Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: ‘Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa.’ Karena itu aku menasihatkan kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorang pun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya,” (Kis. 27:33-34). Inilah upah yang seisi kapal itu terima karena mereka mendengar perkataan Rasul Paulus, yaitu selamat dari amukan angin badai. Janji yang sama juga akan kita terima jika kita mendengar perkataan Tuhan Yesus dan taat: kita tidak akan kehilangan sehelai pun rambut dari kepala kita. Pada hari ke-14 saat kapal karam, ada keselamatan bagi semua yang taat. Bahkan sehelai rambut pun tidak hilang dari kepala mereka!
Dalam masa dunia sedang menghadapi virus Korona yang mematikan ini, kita orang percaya perlu mengingat bahwa sebenarnya ada virus yang lebih dahsyat daripada virus Korona, yaitu virus dosa. Setiap manusia yang terjangkit virus dosa ini sudah pasti menuju kebinasaan. Hanya ada satu cara untuk membasmi virus dosa, yaitu kita harus tetap tinggal (karantina) di dalam Kristus, maka kita akan memperoleh keselamatan. Kita harus percaya kepada Tuhan, bahwa Dia akan menyelesaikan perkerjaan-Nya, yaitu menggenapi maksud abadi-Nya. Ada kehidupan kekal bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan dan tetap tinggal di dalam-Nya. Sebaliknya, kebinasaan kekal telah menanti pasti bagi mereka yang menolak Dia.
Dalam kebersamaan menjalani masa karantina dengan tetap berada di rumah di kota kita masing-masing sekarang ini, marilah kita menjalani masa karantina dengan mengingat bahwa Tuhan pasti akan menyelesaikan pekerjaan-Nya dan menggenapi maksud dan tujuan abadi-Nya! Tetaplah teguh dalam iman dan nantikan pekerjaan-Nya itu tuntas!
Tuhan memberkati kita semua yang menanti-nantikan Dia.