/, Youth Corner/3 jenis CINTA PALSU

3 jenis CINTA PALSU

Dari kedua pengalaman yang sepertinya menunjukkan diri Vina sebagai korban ini, kita justru perlu menyoroti sisi lainnya. Cinta yang diberikan Vina adalah cinta seorang pleaser (artinya, selalu ingin menyenangkan orang lain demi dicintai). Cinta palsu. Cinta seorang pleaser adalah mencintai (melalui segala upaya yang semoga menyenangkan si sasaran cinta) dengan harapan dirinya bisa diterima oleh orang itu. Motivasi pleaser adalah ketakutannya ditolak. Dari luar kelihatannya pleaser sedemikian menarik hati. Suka sekali melayani dan melakukan hal-hal baik bagi orang lain, terutama kekasihnya. Bahkan, pleaser sangat bertanggung jawab demi memastikan orang yang dia cintai selalu berbahagia. Tidak hanya itu, pleaser juga tidak pernah mau menerima kebaikan dari orang lain, hanya mau memberi dan merasa bersalah kalau menerima. Namun yang mengherankan, semakin pleaser berusaha menyenangkan orang lain (kekasihnya), ia justru menimbulkan rasa tidak nyaman yang memicu orang terdekat itu untuk meninggalkan si pleaser. Biasanya, mereka yang memiliki kecenderungan sebagai pleaser adalah perempuan. Itu sebabnya, kisah-kisah cinta menguras air mata yang sebenarnya adalah cinta palsu sering kali menarik hati para perempuan, karena mereka melihat cerminan diri mereka sendiri dalam kisah-kisah itu.

 

Cinta palsu yang kedua adalah controller.

Controller berbeda dengan pleaser. Controller berusaha agar segala sesuatu terjadi sesuai dengan kemauannya. Kalau dilihat secara kasat mata, controller sangatlah menyebalkan. Dalam segala-galanya mau menang sendiri, pasangan harus mengikuti apa pun perkataannya. Bahkan pada tingkat yang sudah parah, controller akan menggunakan seluruh kebaikan yang dia berikan demi untuk mengatur orang lain. Sebenarnya, serupa dengan pleaser, motivasi yang mendorong cinta controller adalah keinginan agar dirinya diterima. Tetapi tentu saja caranya berbeda jauh. Controller menyetir dan memanipulasi sasaran cintanya untuk mencapai tujuan ini. Salah satu cirinya tampak ketika controller diminta untuk menunjukkan rasa sayang, yaitu dia cenderung kebingungan dan jengah melakukannya. Karena terbiasa dengan aturan, controller cenderung perfeksionis. Controller juga tidak segan-segan memaksa kekasihnya untuk menuruti semua keinginannya. Dalam berkomunikasi, controller cenderung menuntut dan memaksa. Sementara pleaser banyak muncul di antara para perempuan, controller banyak ditemukan di kalangan laki-laki.

 

Selanjutnya, kita perlu mengetahui cinta palsu yang ketiga, yaitu withholder.

Withholder berarti orang yang suka melarikan diri/membentengi diri. Withholder cenderung pasif dan tidak bersemangat. Orang jenis ini merasa segala yang baik tidak akan datang (atau bahkan mampir saja pun) ke dalam hidupnya, sehingga menjadi cenderung apatis dan tertutup. Mungkin, masa lalu yang buruk atau kelamlah yang menjadi penyebab sikap ini, sebagai usaha untuk menghindari rasa sakit karena ditolak/ditinggalkan/dikhianati di masa lalu itu terulang kembali. Sementara controller berusaha memaksakan kehendaknya dan pleaser berusaha menyenangkan kekasihnya, withholder nyaris tidak berbuat apa-apa. Withholder mencintai dengan diam dan tanpa “kehidupan”. Wujudnya yang paling umum adalah para laki-laki cool. Mereka ini biasanya jarang sekali mengejar orang yang disukai, dan menciptakan situasi yang memaksa orang lain untuk berjuang memenangkan hati mereka. Secara penampilan luar, withholder bisa terlihat menarik (cool), namun dalam usaha untuk membangun hubungan yang lebih serius dan mendalam, kita akan menemui banyak sekali kesulitan jika berpacaran dengan laki-laki withholder ini. Sikapnya yang pasif, acuh, apatis, tidak akan membawa ketenteraman bagi pasangannya.

Dari ketiga jenis cinta palsu di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa semuanya memiliki motivasi yang sama, yaitu ketakutan mengalami penolakan. Dengan pemahaman ini, mari bertumbuh dan pastikan bahwa kita tidak memberikan cinta yang palsu kepada pasangan. Bagaimana caranya? Atasi ketakutan atau penolakan tersebut. Cara pandang yang sehat akan membuat kita tidak gampang merasa takut mengalami penolakan, sehingga kita pun tidak gampang terjebak dalam cinta palsu.

 

“Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.” (1 Yoh. 4:18)

 

 

(Sumber: Buku “Pacaran Tanpa Ciuman”,

karya Ratna Yeos dan Eka Chandra)

2019-10-17T12:35:57+07:00