Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. (Galatia 6:9)
Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. (Mazmur 126:5)
Salah satu tantangan dalam mengelola pekerja (staf, karyawan/wati, anggota tim) adalah bagaimana cara mempertahankan dan memaksimalkan pekerja yang potensial dan/atau yang berprestasi (orang-orang terbaik), agar tetap berkarya di perusahaan secara jangka panjang. Sering kali, orang-orang terbaik ini bekerja hanya dalam jangka waktu pendek saja, satu atau dua tahun, dan kemudian pindah (atau dibajak) ke perusahaan lain. Alasan mereka pindah bermacam-macam, dari gaji yang lebih tinggi sampai suasana atau budaya kerja yang lebih nyaman. Di sisi lain, merekrut pekerja yang potensial sangatlah sulit. Akibatnya, yang tertinggal di dalam perusahaan adalah para pekerja yang kualitas dan perilakunya rata-rata saja, tidak menonjol, bahkan mungkin kurang produktif.
Kondisi lainnya adalah pekerja dari kalangan Generasi Y dan Generasi Z cenderung memiliki tingkat loyalitas yang rendah, suka berpindah-pindah tempat kerja (atau berganti pekerjaan) dalam waktu pendek – job hopping, serta sangat selektif dalam memilih tempat kerja/pekerjaan. Memang, mereka umumnya memiliki semangat kerja tinggi dan penuh ide-ide yang inovatif, tetapi ini tentunya bisa membuat produktivitas perusahaan menjadi terganggu karena turnover pekerja menjadi cukup tinggi. Jika Anda adalah bagian dari jajaran kepemimpinan di perusahaan, Anda mungkin selama ini cukup pusing memikirkan hal-hal ini.
Untuk menyiasati kondisi ini, kita perlu memahami hal-hal yang menyebabkan pekerja bagus dan potensial resign lebih dini dan tidak menetap secara jangka panjang di satu perusahaan. Jika disimpulkan dari berbagai survei, umumnya ada sepuluh alasannya yang memicu orang-orang terbaik meninggalkan perusahaan tempat mereka bekerja:
- Mengalami gaya kepemimpinan yang terlalu mendikte dan cenderung tidak memberdayakan pekerja;
- Dipimpin oleh figur pemimpin yang otoriter atau cuek atau “tahu beres” saja;
- Tidak ada jenjang karier (career path) yang jelas;
- Terjebak dalam sistem kerja yang tidak jelas, serba serabutan, dan banyak terjadi miskomunikasi;
- Kurang kesempatan untuk promosi dan/atau naik gaji;
- Tidak puas terhadap tugas dan tanggung jawab yang diberikan perusahaan;
- Terpaksa menjalani pola kerja yang mengganggu keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan di luar pekerjaan (work-life balance);
- Budaya kerja yang cenderung kuno dan tidak kondusif untuk kemajuan;
- Kurang pelatihan dan kesempatan pengembangan diri dan/atau kemampuan;
- Merasa dipekerjakan tidak sesuai dengan kemampuan atau kapasitasnya (tidak mendapat kesempatan untuk aktualisasi diri melalui karya).
Menghadapi sepuluh kondisi nyata ini, berikut beberapa kiat praktis yang bisa kita, sebagai pemimpin, lakukan demi mempertahankan dan memaksimalkan orang-orang terbaik agar tidak hijrah terlalu dini dari perusahaan kita:
- Selalu perbaharui gaya kepemimpinan
Dunia terus berubah dalam berbagai sisi. Pelanggan/klien menuntut pelayanan yang lebih cepat, angkatan kerja generasi milenial memiliki sifat dan kebiasaan yang berbeda dari generasi sebelumnya, dan persaingan bisnis makin kuat. Semua ini menuntut gaya kepemimpinan yang berbeda untuk bisa mengelola bisnis perusahaan. Inilah sebabnya, semua pemimpin harus belajar beradaptasi, terutama dalam cara-cara mengelola pekerja. Para pemimpin harus belajar cara mengelola pekerja, termasuk yang dari kalangan Generasi Y dan Z. Belajar berarti pula memiliki rendah hati untuk mau berubah dan menyesuaikan gaya komunikasi serta gaya manajemen, demi orang-orang terbaik awet bertahan dan turut memajukan bisnis perusahaan.
- Bentuk dan bangun saluran komunikasi yang ramah dan multiarah
Kebanyakan pekerja di Indonesia, apalagi yang junior, sungkan atau tidak berani proaktif menyampaikan pendapat secara terbuka. Padahal, bisa saja mereka memiliki berbagai informasi dan pemikiran yang penting untuk pencapaian target serta peningkatan produktivitas perusahaan. Untuk menggali dan mendeteksi masukan-masukan berharga ini, para pemimpin perusahaan harus menciptakan sebuah wadah atau saluran komunikasi yang mendukung, yaitu yang ramah dan bersifat multiarah. Jangan berharap seluruh pekerja begitu saja berinisiatif menyampaikan semuanya kepada para pemimpin. Ciptakan salurannya dalam berbagai bentuk yang kreatif, misalnya sesi diskusi santai sore yang rutin, kotak saran anonim, dan sebagainya. Di perusahaan Facebook, setiap hari Jumat, Mark Zuckerberg (pendiri Facebook) menggelar sesi tanya-jawab terbuka. Dalam sesi tersebut, Mark memberikan berbagai informasi terbaru dan para pekerja bisa bertanya soal topik apa pun kepada sang pemimpin perusahaan. Banyak perusahaan lain pun sudah menerapkan sistem serupa, yang pada intinya setiap orang di perusahaan didorong untuk memberikan pendapat atau ide untuk meningkatkan kualitas kerja. Ketika ide-ide itu dipakai dan diadopsi oleh perusahaan, pekerja yang bersangkutan akan merasa dihargai dan didengarkan, karena memperoleh kesempatan untuk berkarya nyata dan mengaktualisasi diri.
- Ciptakan budaya yang senantiasa belajar dan berubah
Pekerja yang memiliki banyak potensi biasanya suka belajar hal baru, senang diajar dan dilatih, dan gemar akan tantangan. Hampir semua dari mereka yang disebut “orang-orang terbaik” di perusahaan senantiasa mencari peluang untuk terlibat dalam pembelajaran atau pelatihan, yang dapat meningkatkan kualitas/nilai diri mereka. Perusahaan harus menyambut kecenderungan positif ini dengan menciptakan budaya kerja yang mau belajar dan berubah terus-menerus, melalui berbagai sistem dan mekanisme. Misalnya, peluang mengikuti program pelatihan khusus untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan untuk pekerja yang melampaui target produktivitas selama enam bulan berturut-turut, peluang mengajukan promosi jabatan untuk pekerja yang mendapatkan skor tinggi dalam penilaian kinerja selama dua tahun berturut-turut, dan sebagainya.
Peningkatan kualitas dan nilai diri sering kali menjadi prioritas penting bagi banyak pekerja masa kini, apalagi bagi Generasi Y dan Z. Sebagian pekerja yang memiliki latar belakang ekonomi keluarga mampu termotivasi untuk bekerja bukan demi mencari nafkah, tetapi demi belajar hal-hal baru dari pekerjaan mereka. Proses pembimbingan yang intensif akan membuat pekerja-pekerja yang potensial melihat perusahaan Anda sebagai perusahaan yang potensial untuk masa depan mereka secara jangka panjang.
- Evaluasi Induction/Orientation Program
Secara sederhana, induction program atau orientation program berarti proses orientasi dan penyesuaian pekerja baru dengan perusahaan tempat dia bekerja. Proses orientasi ini dilakukan terhadap jenis pekerjaan, suasana kantor, interaksi antarorang dalam konteks pekerjaan, dan banyak hal lainnya. Penerapannya bisa berbeda di masing-masing perusahaan; ada yang menggunakan sistem khusus dan ada juga yang membiarkan pekerja baru mereka belajar sendiri. Penting untuk kita cermati bahwa masa proses orientasi ini dan setelahnya merupakan masa kritis, yaitu masa ketika banyak pekerja mempertimbangkan untuk bertahan atau meninggalkan tempat kerjanya.
Survei menunjukkan bahwa dalam 90 hari pertama setelah perekrutan, perusahaan sering mengalami tingkat turnover yang tinggi. Hingga 20% dari pergantian pekerja terjadi dalam jangka waktu ini. Fenomena ini merugikan perusahaan; biaya rata-rata penggantian pekerja dapat berkisar dari 10% hingga 30% dari gaji tahunannya, dan angka ini naik jika pekerja yang berpindah ialah pekerja pada tingkat jabatan menengah ke atas. Untuk mengurangi potensi kerugian ini, pastikan bahwa perusahaan Anda memiliki lingkungan yang memberikan kesan awal yang positif bagi pekerja baru, sekaligus program orientasi yang membantu pembentukan kesan positif ini. Sesegera mungkin setelah pekerja direkrut, pastikan bahwa mereka dilibatkan dan dinilai penting oleh perusahaan. Menurut sebuah penelitian, lebih dari 69% pekerja bersedia tinggal di perusahaan yang sama selama tiga tahun jika mereka merasa diterima di lingkungan kerja, mendapatkan bimbingan, dan mendapat pengalaman kerja yang positif.
- Identifikasi potensi tiap pekerja dan berdayakan talenta mereka
Pekerja yang betah bekerja di sebuah perusahaan adalah pekerja yang mendapatkan berbagai kesempatan untuk mengembangkan talenta atau potensinya. Ketika perusahaan rajin mengembangkan talenta dan potensi pekerja, kemampuan mereka dalam menjalankan tugas pun akan meningkat, dan capaian bisnis perusahaan pun naik. Hal ini telah dibuktikan oleh banyak perusahaan besar di dunia, dan sudah selayaknya menjadi perhatian di perusahaan Anda pula.
Di perusahaan Google, ada sebuah divisi yang bernama Techstop. Divisi ini menangani bidang Technical Support dan terdiri dari para spesialis teknologi informasi yang terbaik di perusahaan Google; ketika para pekerja mengalami kesulitan atau kebutuhan teknis yang berhubungan dengan hardware atau software, meskipun berupa hal-hal kecil yang remeh, mereka bisa meminta pertolongan dari Techstop sekaligus belajar hal-hal teknis terkini untuk menunjang pekerjaan mereka. Google sangat menyadari bahwa ketika perusahaan membuka berbagai fasilitas untuk belajar dan mendapatkan pelatihan, pekerja akan merasa puas dengan pekerjaannya.
Di perusahaan LinkedIn, mereka menerapkan program LinkedIn Incubator. Pada setiap kuartal, tim-tim yang terdiri dari para pekerja bisa melakukan “adu promosi” (pitching) dan mempresentasikan idenya kepada para eksekutif perusahaan. Jika para eksekutif menyukai ide itu, tim tersebut akan diberi waktu tiga bulan penuh untuk mengembangkannya, dibantu oleh seorang mentor berpengalaman. Salah satu contoh proyek yang sukses dari program ini adalah proyek “Hopscotch” yang digagas oleh desainer grafis LinkedIn, Hans van de Bruggen. Hasil dari proyek ini adalah fitur personal tour guide bagi para pengguna LinkedIn, yang baru dirilis pada bulan Agustus 2013 lalu.
Perusahaan dan kepemimpinan yang setia menabur dalam pembenahan terus menerus akan menuai produktivitas dan kesetiaan dari pekerja-pekerja yang potensial. Orang-orang terbaik akan bertahan, bahkan menjadi maksimal, bersama perusahaan Anda jika Anda terus mempraktikkan kiat-kiat ini dengan semangat yang konstan. Selamat mempraktikkannya dan menuai hasilnya.