///8 Cara Bijak untuk Mengelola Keuangan Pribadi

8 Cara Bijak untuk Mengelola Keuangan Pribadi

Orang bijaksana suka menyimpan untuk masa depan, tetapi orang bodoh menghabiskan semua yang diperolehnya. – Amsal 21:20, FAYH

Hati-hatilah! Jangan mengingini apa yang tidak kaumiliki. Karena hidup yang sesungguhnya sama sekali tidak bergantung pada besarnya kekayaan kita. – Lukas 12:15, FAYH

 

Topik keuangan selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Alkitab pun banyak mengajarkan kita untuk mengatur hidup secara bijak, termasuk salah satunya dengan mengelola harta (keuangan) kita secara bijaksana, waspada, dan cerdas. Begitu pentingnya cara kita mengelola keuangan hingga Alkitab menyebut “uang” sebanyak 133 kali dan “kekayaan” sebanyak 90 kali! Kali ini, kita akan belajar dan berlatih melakukan cara-cara tertentu untuk mengelola keuangan pribadi secara bijak.

 

Banyak orang sebenarnya memiliki tingkat penghasilan yang baik, tetapi gagal dalam mengatur keuangan pribadi. Sikap boros, konsumtif, dan tidak disiplin sering menjadi kebiasaan dalam pengelolaan uang, sampai-sampai sebesar apa pun penghasilan yang diperoleh, kemerdekaan dan kemandirian finansial tetap sulit terwujud. Sebaliknya, apabila kita mampu mengelola keuangan dengan baik, meski penghasilan masih cenderung pas-pasan, kecukupan dan kemandirian finansial justru lebih mungkin untuk diraih. Prinsipnya, kesuksesan pengelolaan uang bukan tergantung pada jumlah uang yang diperoleh, tetapi pada kemampuan mengatur dan mengelola uang tersebut, berapa pun jumlahnya.

 

Nah, apa saja cara yang bijak untuk mengelola keuangan pribadi? Berikut ialah delapan cara praktis yang dapat kita pelajari dan latih bersama-sama, dengan disiplin dan ketekunan. Kedelapan cara ini perlu dilakukan semuanya dan sekaligus, tanpa mengabaikan atau mengutamakan salah satu pun di antaranya.

 

  1. Menyusun anggaran pengeluaran dan mematuhinya

Kebanyakan orang gagal mengelola keuangan karena tidak menyusun perencanaan keuangan dan/atau tidak mematuhinya. Rencanakan pengeluaran rutin Anda, mulai yang harian sampai bulanan dan tahunan, bahkan juga yang musiman seperti biaya liburan atau acara hari raya. Rencana pengeluaran ini disebut anggaran, dan Anda harus menyusunnya seefisien mungkin, yang berarti, kebutuhan terpenuhi semaksimal mungkin dengan biaya yang sehemat mungkin. Lalu sebagai pengingat, Anda bisa menempelkan anggaran tersebut di tempat yang bisa Anda lihat setiap hari, entah secara manusl atau elektronik sesuai yang nyaman bagi Anda. Dengan demikian, Anda akan lebih terdorong untuk merealisasikannya, karena kepatuhan Anda pada anggaran ini akan menentukan kesehatan keuangan Anda bulan demi bulan.

 

  1. Menerapkan prinsip alokasi 40-30-20-10

Salah satu prinsip yang paling populer dalam pengelolaan keuangan adalah menggunakan prinsip 40-30-20-10 dalam mengalokasikan penghasilan Anda, yaitu:

  • 40% dari penghasilan digunakan untuk biaya hidup dan pengeluaran rutin, seperti kebutuhan makan sehari-hari, air, listrik, transportasi, pulsa, internet, hobi dan hiburan, dan lain-lain.
  • 30% dari penghasilan digunakan untuk investasi atau aset produktif, seperti kredit rumah yang nantinya bisa disewakan, modal bisnis, pembelian kendaraan yang dijadikan taksi online, dan lain-lain.
  • 20% dari penghasilan dijadikan simpanan, yang diawali dengan dana cadangan atau dana darurat (sampai senilai 6-12 kali dari biaya hidup dan pengeluaran rutin bulanan Anda), yaitu dana untuk menghidupi diri Anda jika Anda terpaksa tidak berpenghasilan untuk sementara karena berbagai penyebab (kehilangan pekerjaan, sakit, dan sebagainya). Setelah memiliki dana cadangan/darurat, lanjutkan “level” simpanan Anda denngan bentuk-bentuk investasi jangka lebih panjang, untuk kebutuhan masa depan, misalnya dana pendidikan anak dan dana pensiun. Anda bisa memilih simpanan dalam bentuk deposito, emas, atau lainnya sesuai peruntukan; makin jangka pendek dan sewaktu-waktu sifat kebutuhannya, makin likuid (mudah dicairkan) pula bentuk simpanannya.
  • 10% dari penghasilan dikembalikan kepada Tuhan dalam bentuk persepuluhan, yang dibayarkan kepada gereja lokal tempat Anda berjemaat sebagai bentuk ucapan syukur sekaligus pernyataan iman Anda tentang pemeliharaan Tuhan atas hidup Anda. Bagi umat non-Kristen, kategori ini biasanya persentasenya bisa berbeda, tetapi digunakan untuk tujuan yang mirip, yaitu untuk donasi keagamaan atau kemanusiaan.

 

  1. Mencatat penerimaan dan pengeluaran

Sering kali kita tak mengetahui ke mana saja uang penghasilan kita mengalir sampai habis, bahkan minus, padahal melacak penghasilan dan pengeluaran bisa dilakukan dengan membuat pencatatan sederhana, asalkan terperinci dan konsisten. Setiap kali menerima penghasilan, catatlah jumlahnya sebagai penerimaan dan kemudian catatlah setiap pengeluaran darinya. Buatlah kategori-kategori penerimaan dan penghasilan sesuai anggaran dan alokasi Anda sendiri; contohnya, penerimaan gaji kantor, penerimaan upah proyek menulis, pengeluaran biaya listrik, pengeluaran bantuan untuk orang tua, dan sebagainya. Gunakan alat bantu dan/atau cara yang cocok dan nyaman untuk Anda: secara manual atau menggunakan aplikasi, misalnya. Dalam setiap periode penghasilan, yang biasanya setiap satu bulan, perhatikan kesesuaian realisasi penerimaan dan pengeluaran dengan anggaran yang sudah Anda tetapkan sebelumnya. Jika masih ada yang bisa ditingkatkan atau diperbaiki, misalnya ada sisa uang yang masih bisa ditabung atau diinvestasikan, ada kelebihan pengeluaran di kategori hobi, lakukan koreksi di periode penghasilan berikutnya.

 

  1. Memisahkan rekening sesuai alokasi dana

Agar bisa disiplin dan tidak mudah tergoda untuk menghabiskan uang secara konsumtif, Anda perlu memisahkan rekening penyimpanan antara uang untuk keperluan operasional (biaya hidup sehari-hari pada setiap periode penghasilan) dengan uang yang dijadikan simpanan untuk keperluan masa depan (dana cadangan/darurat, investasi jangka panjang). Setidaknya, Anda harus memiliki dua rekening terpisah di bank, agar secara tidak langsung Anda melatih diri untuk tidak mengutak-atik uang yang memang tidak sesuai peruntukan/alokasinya. Pada perkembangan situasi dan kebutuhan Anda nantinya, bisa saja Anda kemudian memiliki rekening lainnya lagi yang juga terpisah, misalnya untuk memisahkan antara dana cadangan/darurat yang sifatnya jangka pendek atau sewaktu-waktu dengan dana investasi pendidikan anak serta dana pensiun yang sifatnya jangka panjang.

 

  1. Melunasi utang dengan prioritas yang tepat

Cara lain yang jitu untuk mengelola uang dengan bijak ialah dengan mengelola utang-utang Anda. Jika Anda saat ini memiliki utang, daftarkan seluruh utang Anda berikut besarnya, tenggat pembayarannya, dan bunganya masing-masing. Kemudian satu per satu, lunasilah utang-utang itu, dimulai dari yang bunganya tertinggi/terbesar dan yang tenggat pembayarannya paling dekat. Makin cepat utang-utang Anda lunas, makin cepat pula Anda bisa memiliki uang lebih besar untuk keperluan atau alokasi lainnya.

 

  1. Membatasi utang

Pada prinsipnya utang merupakan beban pada penghasilan, karena bersifat mengurangi penghasilan itu. Utang yang makin banyak dapat membahayakan kondisi keuangan menjadi makin tidak sehat dengan berjalannya waktu. Bahkan tanpa disadari, dalam banyak kasus utang justru jadi lebih mendominasi besaran penghasilan sehingga tidak sebanding dengan penghasilan yang mampu diperoleh. Jika hal ini terjadi, Anda secara finansial terancam bangkrut. Karena itulah, batasi utang Anda. Menurut saran banyak pakar, seluruh utang Anda seharusnya tidak melebihi 30% dari penghasilan rutin Anda setiap periodenya. Jangan berutang untuk hal-hal yang konsumtif, dan berutanglah hanya untuk hal-hal yang produktif serta jika Anda mampu membayarnya dengan kapasitas keuangan Anda secara normal. Demikian pula, jangan melakukan pengeluaran dari penghasilan yang belum diperoleh, misalnya dengan membeli benda konsumtif karena tren senilai lebih dari alokasi pengeluaran Anda pada anggaran dengan kartu kredit, atau pergi berlibur dengan pembayaran paket liburan sistem cicilan bulanan karena Anda sebenarnya tidak sanggup membeli paket liburan itu dengan uang yang Anda miliki sekarang. Kebanyakan orang yang boros terlena dalam menghabiskan uangnya tanpa berpikir panjang tentang risikonya, sehingga terjebak dalam perangkap utang kartu kredit dan pinjaman pribadi yang tidak jelas pemanfaatannya.

 

  1. Menetapkan dan mengusahakan tujuan finansial jangka panjang

Manajemen keuangan pribadi tidak akan terarah apabila Anda tidak memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan finansial merupakan cita-cita yang ingin diwujudkan bagi diri Anda pada masa yang akan datang, yang akan memotivasi Anda untuk mencapainya melalui praktik pengelolaan keuangan pribadi yang disiplin sejak saat ini. Renungkan, pikirkan, dan putuskan apa yang menjadi tujuan Anda secara finansial untuk masa depan. Misalnya, Anda sudah merencanakan dana simpanan untuk pendidikan anak hingga ke tingkat universitas, dana pensiun, dana untuk modal bisnis masa depan, dana untuk pembelian rumah, dan sebagainya. Jika Anda telah menemukan kebutuhan keuangan yang menjadi tujuan finansial jangka panjang, Anda dapat mengambil langkah yang tepat untuk mencapai tujuan itu. Tujuan finansial penting untuk menghindari pemborosan dan memotivasi disiplin yang baik.

 

  1. Berinvestasi

Investasi adalah dasar yang penting menuju kemandirian dan kesuksesan keuangan pada masa depan. Berinvestasi sejak dini sangat disarankan agar keuangan Anda dapat terkelola dengan lebih baik. Dengan investasi, Anda membiarkan uang Anda yang bekerja dan memberikan penghasilan tanpa Anda bersusah payah. Ada banyak jenis dan bentuk investasi, mulai dari reksadana, sertifikat deposito, obligasi, saham, hingga emas, tanah, atau properti. Investasi dalam bentuk kendaraan seperti motor atau mobil kurang dianjurkan karena nilainya sebagai aset cenderung mengalami depresiasi atau penurunan seiring dengan usia pemanfaatannya. Ini berbeda dengan emas atau properti, yang nilainya sebagai aset akan terus mengalami apresiasi atau kenaikan dari tahun ke tahun secara jangka panjang. Selain itu, jika Anda memiliki kemampuan finansial yang memadai, yaitu dana Anda cukup untuk berinvestasi, jangan hanya tempatkan seluruh dana pada satu jenis atau bentuk investasi. Lakukan diversifikasi pada investasi Anda, demi mengurangi risiko kerugian.

 

Mempraktikkan cara-cara ini dengan disiplin dan dalam tuntunan hikmat Tuhan akan membentuk Anda menjadi pengelola uang yang bijaksana, waspada, dan cerdas. Selamat mempraktikkan!

2020-11-26T12:32:06+07:00