//Abraham : Menjadi Bapa Banyak Bangsa karena Iman

Abraham : Menjadi Bapa Banyak Bangsa karena Iman

Dalam seri Iman edisi bulan ini, kita akan mengenal tokoh Abraham sebagai pahlawan iman. Apa kata Tuhan mengenai iman Abraham? “Karena iman Abraham taat, ketika dia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu dia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang dia tujui. Karena iman dia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ dia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu,” (Ibr. 11:8-9). Namun, kapankah tepatnya Abraham memulai perjalanan iman?

 

Ketika Nuh keluar dari bahtera setelah air bah surut, dia menerima janji Allah untuk beranak cucu dan memenuhi bumi. Nuh memiliki tiga anak: Sem, Ham dan Yafet. Menurut silsilah yang tercatat dalam Lukas pasal 3, Sem memperanakkan Arpakhsad, Arpakhsad memperanakkan Kenan, Kenan memperanakkan Salmon, dan Salmon memperanakkan Eber. Salah satu anak Eber ialah Peleg. Peleg menikah lalu lahirlah Rehu, kemudian Rehu pun menikah dan lahirlah Serug. Setelah beberapa tahun, Serug menikah dan memperanakkan Nahor. Kemudian, Nahor menikah dan melahirkan Terah, ayah Abraham. Pada usia 75 tahun, Abraham mendengar Firman Allah, “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat,” (Kej. 12:1-3). Firman itulah yang dituruti Abraham dalam perjalanan imannya.

 

Kalau saja saat mendengar Firman Allah itu Abraham berdalih dan tidak taat, tentu kehidupannya akan sama saja seperti kebanyakan orang. Namun, dia percaya kepada Tuhan dan taat. “Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya,” (Kej. 12:4). Melalui ketaatan itu, Abraham memulai perjalanan imannya mengikuti perintah Tuhan. Demikian pula, karena ketaatan Abraham ini, semua keturunan Abraham baik yang jasmani atau rohani turut menerima berkat Allah. Memahami iman Abraham memperkuat dasar iman kita sendiri sebagai salah satu keturunan rohani Abraham.

 

  1. Iman Abraham: taat terhadap perkataan Allah

Salah satu wujud iman Abraham yang mengagumkan ialah bahwa dia taat pada setiap perkataan Allah. Tidak ada kata berdalih atau mengeluh dalam seluruh respons Abraham pada setiap perintah Tuhan. Ketika Tuhan memerintahkan Abraham untuk berangkat dari negerinya ke negeri yang belum pernah dia ketahui, Abraham taat melakukannya (Kej. 12:4). Selanjutnya, tidak tanggung-tanggung, Allah berfirman kepada Abraham, “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu,” (Kej. 22:2). Pada perintah ini pun Abraham taat, walaupun dia telah mendengar janji dari Tuhan bahwa dari Ishak-lah yang akan disebut keturunannya. Dia tidak berbantah atau menggugat janji Tuhan. Luar biasa! Abraham tidak pernah meragukan perkataan Allah sedikit pun; dia tahu bahwa Allah selalu merancangkan yang terbaik bagi setiap orang-orang pilihan-Nya.

 

  1. Iman Abraham: doa yang penuh kuasa

Tidak dapat dipungkiri, bagian yang sangat menarik dari iman Abraham ialah bahwa Allah menjawab doa Abraham dengan ajaib dan hebat. Banyak hal yang terkesan mustahil diterima dan dialami oleh Abraham karena Tuhan mengerjakannya bagi dia. Suatu kali, “Lalu Abraham berdoa kepada Allah, dan Allah menyembuhkan Abimelekh dan isterinya dan budak-budaknya perempuan, sehingga mereka melahirkan anak. Sebab tadinya TUHAN telah menutup kandungan setiap perempuan di istana Abimelekh karena Sara, isteri Abraham itu,” (Kej. 20:17-18). Hal ini dan berbagai jawaban doa Abraham menunjukkan kepada kita bahwa doa dan iman berpadu menghasilkan jawaban doa yang dahsyat dari Allah.

 

  1. Iman Abraham: setia menanti penggenapan janji Allah

Alkitab mencatat bahwa terhadap janji Allah, Abraham tidak pernah meragukannya. Walaupun kelihatannya mustahil bagi dia untuk mencerna janji Allah itu dengan pikirannya (bahwa dia akan mempunyai keturunan dari Sara, padahal dia dan Sara sudah tua dan secara fisik sudah tidak mungkin mempunyai anak kandung sendiri), Abraham tetap setia menanti janji Allah digenapi. Setelah 25 tahun menanti, akhirnya Abraham menerima penggenapan janji ini. Ishak lahir ketika Abraham berumur 100 tahun. Dalam Ibrani 11:11 diceritakan, “Karena iman dia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu walaupun usianya sudah lewat, karena dia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia.”  Setialah menanti janji Allah, seperti Abraham, karena Allah tidak pernah lalai terhadap janji-Nya.

 

  1. Iman Abraham: mampu melihat yang tak terlihat

Ketika Allah memerintahkan Abraham untuk mempersembahkan Ishak anaknya, Abraham yakin bahwa Allah akan menyediakan domba di atas gunung sebagai pengganti Ishak. Peristiwanya digambarkan dengan cukup menegangkan dalam kitab Kejadian, “Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh,” (Kej. 22:4). Pada titik ini, masih tidak satu ekor domba pun terlihat, tetapi iman Abraham berkobar-kobar dan membuatnya berucap dengan mantap kepada bujangnya, “Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu,” (Kej. 22:5). Jika iman Abraham saat itu goyah, dia pasti akan membatalkan niatnya. Namun, ternyata iman Abraham tidak goyah sedikit pun, dia tetap menaati perintah Allah. Benar saja, Allah memberikan domba sebagai pengganti Ishak. Sebagai prasasti imannya, “Dan Abraham menamai tempat itu: ‘Tuhan menyediakan’; sebab itu sampai sekarang diaktakan orang: ‘Di atas gunung Tuhan, akan disediakan.””

Oleh imannya, Abraham menjadi bapa seluruh orang beriman di sepanjang sejarah. Oleh iman kita, kita menjadi keturunan Abraham secara rohani. Karena garis keturunan iman ini, kita sebagai keturunan Abraham bisa menjalani kehidupan iman yang sama agar segala janji Allah pun tergenapi dalam hidup kita.

2021-06-27T20:20:51+07:00