Henry Winston berkata, “Orang pertama yang memperlihatkan berlian ini kepada Anda adalah pegawai saya yang sangat ahli. Ia mengerti tentang warna, potongan, dan kemurnian berlian. Ia tahu seluk beluk berlian lebih dari siapa pun, termasuk saya. Namun, saya akan menaikkan gajinya dua kali lipat jika ia memiliki apa yang saya miliki. Anda sendiri melihat bagaimana ia memiliki pengetahuan tentang berlian, sedangkan saya sendiri? Saya menekuni usaha ini bukan karena saya memiliki pengetahuan tentang berlian, tetapi karena saya mencintainya.”
Anak-anak kita adalah pembeli berlian itu. Tuhan kita adalah berliannya. Dan, kita adalah penjualnya. Ketika anak-anak melihat hidup kita, apakah mereka hanya melihat orang yang memiliki pengetahuan tentang Allah, memercayai hal-hal yang benar, dan menghindari hal-hal yang buruk, hafal ayat-ayat Alkitab, ataukah mereka sungguh-sungguh dapat melihat orang yang akrab dan punya hubungan kasih yang terus bertumbuh dengan Yesus Kristus?
Panggilan utama kita bukanlah menjadi orangtua yang “baik”. Panggilan utama kita adalah menjadi teladan tentang hubungan kasih yang nyata dengan Allah yang hidup. Kita dapat mengingat penyataan Andrew Murray tentang hal ini:
“Kekuatan dalam mendidik anak bukan terletak pada perkataan atau pengajaran kita, tetapi pada diri dan tindakan kita. Bukan pada apa yang kita pikirkan tentang pengajaran ideal bagi anak kita, tetapi melalui hiduplah kita mendidik mereka. Bukan harapan atau teori kita, tetapi kemauan dan kehidupan nyata kitalah yang mendidik mereka. Kehidupan kitalah yang membuktikan bahwa kita mengasihi Kristus setiap hari, dan itulah yang akan memengaruhi orang muda untuk juga mau mencintai dan memilikiNya.”
Proses yang terpenting di sini bukanlah saat kita melakukan sesuatu kepada anak-anak kita supaya mereka tertarik dengan Tuhan yang kita sembah, tetapi justru keputusan untuk “tenggelam” dalam anugerah, rahmat dan kasih Tuhan Yesus Kristus setiap hari, sehingga sukacita dan hasrat kita kepadaNya akan terlihat nyata oleh orang-orang terdekat di sekeliling kita. Namun, jika Anda tidak sungguh-sungguh percaya, tidak benar-benar memiliki komitmen, tidak memiliki keseungguhan kasih, tidak menerapkan nilai-nilai Kristus dalam keputusan sehari-hari, dan tidak bersukacita dalam Tuhan, memang hasrat akan Dia tidak akan terlihat dan menular kepada orang lain. Yang akan terjadi hanyalah mengalirnya pengetahuan mengenai Dia, bukan hasrat kepada Dia. Akibatnya, anak pun tidak akan tertarik untuk memiliki Dia di dalam hidupnya.
Jika hasrat (kecintaan) kepada Yesus kita ditangkap oleh hati anak-anak kita, kehidupan kita akan menyebarkan bau yang harum yang memikat mereka kepada Kristus, seperti yang ditulis oleh Rasul Paulus dalam 2 Korintus 2:15, “Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa.”
(disadur dari buku “Raising Kids To Love Jesus” karya H. Norman Wright dan Gary J. Oliver)