///Aman di Tengah-Tengah Wabah

Aman di Tengah-Tengah Wabah

Seperti yang marak kita ketahui dari pemberitaan banyak media cetak dan elektronik, saat ini dunia sedang menghadapi wabah penyakit akibat virus Corona jenis baru. Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah resmi mengumumkan status darurat dunia karena atas wabah ini sudah menimbulkan kematian ratusan orang di negara asalnya (Tiongkok) serta di beberapa negara lain. Ditemukan bahwa virus Corona jenis baru (novel Corona virus) ini masih satu keluarga dengan SARS-CoV dan MERS-CoV, yakni virus-virus yang menyebabkan dua penyakit flu yang pernah kita kenal mewabah pula sekian tahun lalu. Semua virus ini menyerang saluran pernapasan hingga menimbulkan gejala-gejala flu hingga yang lebih parah seperti pneumonia pada paru-paru.

Dalam perkembangan kasusnya, virus Corona jenis baru ini kini telah menjangkiti penderita di 21 negara di dunia. Begitu banyak orang membicarakan dan mengambil langkah-langkah pencegahan agar tidak terjangkit; mulai dari menghindari pusat-pusat keramaian, tidak melakukan perjalanan ke tempat yang sedang terjadi wabah, hingga memborong masker untuk melindungi diri dari paparan penularan virus ini (sampai-sampai masker menjadi barang langka di banyak tempat penjualannya). Pertanyaannya, apakah semua kepanikan dan tindakan ini tepat?

Selain secara medis tidak terbukti efektif (misalnya, para pakar kesehatan dan kementerian kesehatan beberapa negara telah memberikan pengarahan resmi bahwa masker sebenarnya hanya diperlukan bagi yang sakit, bukan untuk orang yang sehat), panik bertindak sebenarnya bukanlah maksud Tuhan bagi kita.

Wabah penyakit sesungguhnya bukanlah hal yang baru dalam kehidupan manusia. Beberapa tahun lalu, virus yang termasuk satu keluarga dengan Corona jenis baru ini, yaitu SARS dan MERS, juga pernah memunculkan wabah penyakit, tetapi semuanya bisa diatasi kembali, seperti banyak wabah penyakit lainnya pada masa silam. Kali ini, wabah penyakit akibat virus Corona jenis baru ini meluas ke berbagai negara dan tidak dapat dipastikan kapan berakhirnya. Beberapa pakar menganalisis dan mengemukakan perkiraan ini-itu, media memberitakan bermacam-macam ulasan dan prediksi, tetapi tidak seorang pun bisa memberi kepastian penangkal atau pengobatannya serta kapan semua ini akan berakhir. Karenanya, memang bijak bagi kita untuk melakukan berbagai tindakan antisipasi demi mencegah diri tertular penyakitnya. Namun, kita yang hidup sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus perlu senantiasa mengingat bahwa Yesus Kristuslah kepastian keselamatan kita. Tindakan antisipasi memang perlu, tetapi kita perlu memastikan agar diri kita tidak terjebak menjadi kurang beriman kepada Dia.

Sebagai anak Tuhan, orang-orang yang telah ditebus-Nya menjadi anak-anak yang dikasihi-Nya, kita hidup di dalam Dia dan bukan menurut apa yang dilihat secara manusiawi atau apa yang didengar dari dunia di sekitar kita; kita kini hidup menurut apa (siapa) yang kita percaya, yaitu Yesus Kristus, Tuhan kita. Tidak ada yang salah dengan melakukan antisipasi, dan kita tidak tahu pasti apa yang akan terjadi di masa depan (termasuk bagaimana kelanjutan dan akhir dari wabah virus ini), tetapi Firman Tuhan telah memberikan sebuah janji yang pasti, bahwa apa yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah timbul dalam hati manusia, itu semua telah disediakan Tuhan Allah bagi kita.

Mari kita renungkan, maka bagaimana kita harus menghadapi urusan wabah penyakit akibat virus Corona jenis baru?

Benar, kita tetap harus waspada, tetapi daripada energi kita dihabiskan untuk menjadi khawatir karena berbagai info dari media sosial yang belum tentu teruji benar (bahkan banyak di antaranya yang merupakan hoaks), lebih baik kita berhikmat. Yang tepat bagi kita ialah hidup tertib dalam pengertian dan hikmat untuk melakukan hal-hal yang benar dan bermanfaat bagi diri kita, sesuai dengan yang Roh Tuhan telah anugerahkan kepada kita. Tetap menjaga kesehatan, menjaga kebersihan perilaku sehari-hari, mengonsumsi vitamin dan mempertahankan pola asupan sehat, merupakan langkah-langkah yang bijak. Selain itu, yang tak kalah penting ialah mengingat bahwa kita telah ditetapkan untuk menjadi berkat bagi lingkungan sekitar kita. Ini berarti kita perlu terus meneguhkan diri dengan mengonsumsi Firman Tuhan yang menjadi iman, meneguhkan orang-orang terdekat yang kita kasihi dan kita kenal, bahkan jika memungkinkan meneguhkan orang-orang di kota Wuhan yang sedang berada di lokasi pusat wabah. Setidaknya, peneguhan ini bisa dilakukan di dalam doa-doa pribadi kita.

Sambil terus mengingat janji-janji yang Tuhan telah ucapkan, mari kita tetap konsisten menjadi pribadi yang teguh dalam iman dan memberikan dampak positif bagi komunitas sekitar kita. Izinkan Firman terus membangun diri kita dan izinkan hidup kita menjadi saluran bagi Allah untuk menyatakan kasih, kebenaran dan kuasa-Nya di bumi ini.

… ‘Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai.’ Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk. Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok. Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang, terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang. Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu… Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu, malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu…” (Mzm. 91:1-10)

Terpujilah Tuhan, karena segala janji-Nya adalah pasti!

(Hendra Tan)

2020-02-22T12:58:06+07:00