Ambisi

Sering kali, kita mendengar kata “ambisi” atau “ambisius” sebagai sesuatu yang buruk; orang yang memiliki ciri ambisius pun cenderung dianggap negatif. Benarkah demikian? Apa itu ambisi sebenarnya?

 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “ambisi” adalah keinginan (hasrat, nafsu) yang besar untuk menjadi, memperoleh, atau mencapai sesuatu (misalnya, pangkat, kedudukan) atau melakukan sesuatu (misalnya, kegiatan, pekerjaan). Melihat makna ini, ambisi tidak semata-mata buruk, tetapi memang dapat mengarah pada hal-hal yang negatif.

 

Pada banyak orang, memiliki ambisi dapat bersumber dari pengalaman buruk masa lalu. Contohnya, diremehkan, tidak dipandang, atau dianggap sepele. Ambisi yang lahir dari pengalaman buruk ini kemudian menjadi sebuah tekad atau hasrat untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik bagi diri sendiri. Tentu, hal ini sah-sah saja. Ambisi menjadi sebuah usaha pembuktian bahwa dirinya tidak seperti yang dituduhkan, misalnya tidak mampu atau tidak sukses. Keinginan seperti ini berasal dari hati, beralih ke pikiran, dan akhirnya melahirkan gagasan cara-cara tertentu yang dituntaskan melalui perbuatan.

 

Firman Tuhan dalam Yakobus 1:14-16, TB menyatakan, “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa: dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut. Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat.” Dalam versi bahasa Inggris KJV (James 1:14-16) terdapat kata “lust” yang makna dalam bahasa asli penulisannya menjadi lebih jelas, “But every man is tempted, when he is drawn away of his own lust (ἐπιθυμία – bunyinya: ep-ee-thoo-mee’-ah – maknanya: menghalalkan yang salah demi ambisinya) and enticed. Then when lust hath conceived, it bringeth forth sin: and sin, when it is finished, bringeth forth death. Do not err, my beloved brethren.” Jelaslah, ambisi akan menjadi sangat berbahaya bahkan menuju maut jika tidak terkendali.

Demi menjaga diri kita masing-masing, kali ini kita khusus membahas delapan cara praktis yang seluruhnya bersumber dari pokok-pokok kebenaran alkitabiah, untuk mengendalikan ambisi.

 

  1. Lakukan detoksifikasi imajinasi

2 Korintus 10:5, TB, “Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus, …

 

  1. Penuhi imajinasi dengan kebenaran

Filipi 4:8, TB, “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

 

  1. Buat komitmen dengan kesadaran sebab-akibat

Galatia 6:7-8, TB, “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.

 

  1. Jauhi orang-orang dan komunitas yang terlalu ambisius

1 Timotius 6:10-11, TB, “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.

 

  1. Latih daging dengan gaya hidup yang berdasarkan rasa cukup (sense of contentment)

1 Timotius 6:6, TB, “Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.

 

  1. Biasakan diri berpuasa keinginan

1 Petrus 1:14, TB, “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, …

 

  1. Sehatkan jiwa dengan persahabatan rohani yang sehat

Lukas 11:6-8, TB, “… sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya; masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara. Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya.

 

  1. Kuatkan roh dengan kebiasaan berespons benar (Christ-like responses)

Kolose 1:10-11, TB, “… sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah, dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar, …

Firman Tuhan adalah kebenaran yang sudah semestinya kita izinkan untuk mengendalikan seluruh aspek kehidupan kita, termasuk setiap ambisi kita. Mari lakukan delapan cara ini setiap saat, agar ambisi tidak menghancurkan kehidupan kita sendiri.

2021-04-28T10:34:45+07:00