Melalui tulisan Chip Ingram dalam bukunya “Effective parenting in a Defective world” (terbitan World Teach, 2006) memberikan 7 langkah untuk membantu kita mendisiplin anak kita tanpa takut melewati batas.
1. Peringatan yang Jelas
Interaksi pertama kepada anak mengenai suatu situasi harus lisan dan jelas, sampai ia mengetahui alasan disiplin yang kita kenakan kepadanya. Sebuah disiplin harus selalu didahului oleh peringatan yang jelas, demi kepentingan dia maupun kita sebagai orang tua. Peringatan yang jelas akan membantunya menghindari bahaya dan akan membantu kita mengetahui bahwa kita sedang memperbaiki ketidaktaatan yang disengaja.
2. Fokus pada masalah tanggung jawab
Penting bagi anak kita untuk mengakui perilakunya yang salah. Banyak orang tua yang melakukan kesalahan dengan bertanya, “Mengapa kamu melakukannya ?” Ini bukan pertanyaan yang baik; “Mengapa” tidak membantunya mengakui tanggung jawabnya dalam situasi tersebut. Perlu kita ingat bahwa, anak kita adalah manusia yang berdosa yang hidup dengan kecenderungan tidak taat. Jadi pertanyaan tadi tidak akan dapat dijawab dengan benar, karena selama anak kita belum lahir baru, maka ia tidak akan pernah tahu jawaban dari “mengapa” tersebut.
Beginilah cara yang lebih baik melakukannya:
“Johnny, apa kesalahanmu ?”
“Tidak ada. Semua orang pergi ke rumah itu, dan saya hanya masuk beberapa menit.”
“Coba sekali lagi, apa kesalahanmu ?”
“Saya hanya pergi ke…”
“Saya akan member kamu satu kali kesempatan lagi. Apa yang sedang kita bicarakan ?”
“Saya tidak boleh ke sana apapun alasannya.”
“Jadi apa kesalahanmu ?”
“Saya tidak menaati papa.”
Melalui percakapan seperti ini, kita lebih tenang, terkendali dan tidak berusaha menghukum. Kita sebenarnya sedang mencoba membantunya belajar bertanggung jawab. Ingatlah bahwa anak kita tidak dapat belajar tanpa mengakui tanggung jawabnya.
3. Jangan Mempermalukan
Jangan pernah mempermalukan anak kita di depan teman-teman, saudara sekandung atau bahkan orang asing. Jangan menariknya ke sudut restoran, jangan teriak ketika ada orang lain yang dapat mendengar kita, atau melakukan apa saja yang dapat membuat anak kita merasa seolah-olah semua mata tertuju kepadanya. Semua itu menimbulkan rasa malu. Sebaliknya, pergilah ke tempat pribadi. Di rumah, tempat itu mungkin kamar tidur. Di tempat umum, bisa saja dalam perjalanan menuju kamar kecil untuk anak yang kecil atau pernyataan tegas “kita bicara nanti” kepada anak yang lebih besar. Apapun yang dilakukannya, jangan rusak harga diri anak kita di tengah-tengah teman sebaya atau bahkan orang asing. Mempermalukan menimbulkan kerusakan yang nantinya akan susah untuk kita perbaiki.
4. Komunikasikan Kesedihan
Anak-anak kita perlu melihat kesedihan orang tua saat mereka melakukan pelanggaran, mereka perlu tahu bahwa tindakan mereka mengkhianati hubungan dengan kita. Jadi kita perlu ceritakan kesedihan hati kita dengan jelas kepada mereka. Ketika mereka melihat kesedihan orang tuanya, mereka dapat memahami lebih baik bagaimana dosa mereka juga membuat hati Allah sedih.
5. Ayunkan tangan anda
Yang dimaksud dalam langkah ini adalah melakukan disiplin dengan pukulan. Disiplin dengan pukulan hanya akan efektif jika dilakukan saat anak kita berusia 3 bulan sampai 5 tahun, jika anak kita sudah lebih besar maka pendekatan disiplin non fisik lebih tepat.
Tetapi pukulan seperti apakah yang dimaksud ?
Amsal 13:24 jelas mengatakannya, “Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya. “ Melakukan pemukulan dengan anggota tubuh kita tidak dibenarkan, karena ini hanya akan membuat anak kita membenci si pemilik anggota tubuh tersebut. Tongkat yang disarankan adalah centong yang terbuat dari kayu untuk menghindari terjadinya cedera.
Sedangkan bagian anggota tubuh anak kita yang boleh dipukul dengan tongkat adalah “pantat” karena bagian ini adalah daerah yang paling aman untuk dipukul tapi dapat menimbulkan efek sakit yang diharapkan.
Kedua ayat di bawah ini akan menjelaskan apa akibatnya jika kita tidak melakukan disiplin dengan tongkat kepada anak-anak kita.
“Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya.” Amsal 22:15
“Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.” Amsal 29:15
Dalam melakukan disiplin dengan tongkat harus dihindari pelaksanaanya di saat kita sebagai orang tua sedang emosi yang disebabkan pelanggaran yang dibuat anak kita. Sebab jika tongkat digunakan saat emosi maka yang dirasakan anak kita bukanlah kasih tapi hukuman dan ini akan menyakiti hati anak kita, seperti ditulis di kitab Kolose 3:21 “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya. “ Anak yang hatinya tawar sulit untuk didekati.
Oleh sebab itu Pengkotbah memberikan tips saat kita sebagai orang tua sedang emosi, “Jika amarah penguasa menimpa engkau, janganlah meninggalkan tempatmu, karena kesabaran mencegah kesalahan-kesalahan besar.” Pengk 10:4. Tinggal tenang, sampai tenang dan emosi reda barulah disiplin dengan tongkat dilakukan.
6. Pertobatan yang tulus
Kalau anak kita masih kecil, dudukkan mereka di pangkuan kita setelah pemukulan tongkat disiplin dan tangisan berlalu. Ini adalah waktu yang luar biasa untuk menunjukkan bahwa di balik pendisiplinan ada kasih. Tanyakan kepada mereka, “ Apakah kamu sudah siap membicarakan hal ini dengan papa dan Allah ?” Setelah menerima anggukan dan merasa adanya pertobatan dan penyesalan yang tulus, bahaslah kembali permasalahannya dengan bertanya, “Apa kesalahanmu ?” Pertanyaan ini menolong mereka untuk menghubungkan tindakan disiplin itu kaitannya dengan prilaku mereka dan bukan dengan pribadi mereka. Kemudian tanyakan juga, “Dengan siapa kamu harus berbaikan ?” Seringkali mereka akan menaydari bahwa mereka tidak hanya perlu berbaikan dengan kita dan dengan Allah, tapi juga minta maaf pada kakak, adik atau orang lain. Kemudian gunakan kesempatan ini untuk memandu mereka mendekati Allah, mengaku dosa mereka dan menerima pengampunan. Pandulah mereka melakukan doa Pengakuan Dosa kepada Allah. Dialog-dialog seperti ini akan melatih mereka untuk hidup berhubungan dengan Allah dengan rendah hati dan tulus.
7. Kasih yang tidak bersyarat
Momen yang paling intim dan menyentuh antara kita sebagai orang tua dengan anak justru saat setelah melakukan tindakan pendisiplinan, Jadi setelah melakukan pendisiplinan, peluklah anak kita dan berdoa, “Terima kasih, Tuhan, untuk anak saya yang berharga, untuk cara yang luarbiasa Engkau membuatnya, akrena dia orang yang mengagumkan dan untuk akrunia-karunia yang telah Engkau berikan kepadanya. Bantulah dia untuk mengingat apa yang benar, dan berikan dia kekuatan untuk melakukannya, Terima kasih karena dia telah mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kami tahu, Engkau telah mengampuni dia dan membuatnya bersih sepenuhnya, dan saya mengampuni dia juga.” Peluklah dia dan lakukan sesuatu yang menyenangkan. Dia akan tahu bahwa dia masih diterima dan bahwa tidak ada apapun yang menghalangi kita dengan mereka.
( Disusun berdasarkan acuan buku “Effective Parenting in a Defective World”, Chip Ingram)