//Barak : Iman dan Ketaatan yang Membawa Kemenangan

Barak : Iman dan Ketaatan yang Membawa Kemenangan

Dalam artikel Seri Iman kali ini, kita akan belajar dari tokoh pahlawan iman bernama Barak, yang kisahnya tercatat di dalam kitab Hakim-Hakim pasal 4. Namanya mungkin lebih jarang disebut daripada nama tokoh-tokoh Alkitab lainnya, tetapi penulis kitab Ibrani menyebut bahwa Barak adalah salah satu pahlawan iman, “… yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing,” (Ibr. 11:33-34).

 

Barak adalah anak laki-laki Abinoam dari Kadesh, suku Naftali. Dia seorang panglima tentara di Israel yang bertugas di bawah perintah Debora, nabiah sekaligus sebagai hakim atas Israel, untuk memimpin pasukannya berperang melawan Sisera, panglima tentara Yabin, dan pasukannya. Awalnya, perintah Debora ini tidak langsung diterima dengan sigap begitu saja oleh Barak. Mungkin saat mendengar nama Sisera, hati Barak sedikit gentar, karena dia tahu bahwa Sisera terkenal dengan 900 kereta besinya yang selalu siap berperang dan telah 20 tahun menindas bangsa Israel dengan kejam.

 

Di sisi lain, Debora sebagai nabiah pada waktu itu sangat yakin dengan arahan yang telah Tuhan firmankan kepadanya. Karena arahan Tuhan itulah dia mendorong Barak hingga iman Barak tumbuh, “Bukankah TUHAN, Allah Israel, memerintahkan demikian: Majulah, bergeraklah menuju gunung Tabor dengan membawa sepuluh ribu orang bani Naftali dan bani Zebulon bersama-sama dengan engkau, dan Aku akan menggerakkan Sisera, panglima tentara Yabin, dengan kereta-keretanya dan pasukan-pasukannya menuju engkau ke sungai Kison dan Aku akan menyerahkan dia ke dalam tanganmu,” (Hak. 4:6-7). Alhasil, iman Barak mulai tumbuh dan Barak melakukan penawaran dengan Debora, “Jika engkau turut maju aku pun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju aku pun tidak maju,” (Hak. 4:8). Barak bersedia untuk maju berperang jika Debora juga maju bersama dengan dia. Mengingat Barak tercatat sebagai pahlawan iman, hal ini bukanlah karena ketakutan untuk berperang sendirian. Barak justru mengandalkan suara Tuhan. Barak butuh pimpinan Tuhan untuk maju berperang dan dia yakin Debora adalah penyambung suara Tuhan kepadanya; karena itulah Barak hanya bersedia maju jika dia dapat mendengar pimpinan Tuhan melalui Debora. Fokus Barak kini berpindah ke Tuhan, bukan lagi pada Sisera dengan kereta-kereta besinya. Bahkan kemudian, iman Barak naik dan menjadi bulat teguh saat Debora menyetujui “syarat” Barak, “Baik aku turut!” Debora tahu perannya untuk menangkap dan menyampaikan suara Tuhan. Dia bersedia maju bersama Barak untuk berperang melawan Sisera.

 

Barak mengerahkan suku Zebulon dan Naftali ke Kadesh dan suku-suku lainnya, sebanyak sepuluh ribu orang maju. Di bawah pimpinan suara Tuhan, peperangan itu menghasilkan kehancuran besar pada Sisera beserta seluruh pasukannya. Semua prajurit Sisera tewas oleh mata pedang dan Sisera melarikan diri ke kemah Yael, istri Heber. Inilah akhir dari keperkasaan Sisera: dia mati dibunuh oleh Yael dengan patok kemah; sesuai dengan yang dinubuatkan oleh Debora kepada Barak, “… engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab Tuhan akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan.” Selanjutnya, dikatakan dalam kitab Hakim-hakim 5:31, “Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya.”

 

Dari Barak, kita belajar tentang pentingnya mendengar Firman Tuhan. Iman timbul dari mendengar Firman Tuhan dan ketaatan kepada Firman Tuhan tersebut akan menghasilkan kemenangan. Awalnya Barak lemah dan tidak mampu, tetapi Firman Tuhan memampukan dia untuk memenangkan pertempuran. Ketaatannya dalam iman itu menunjukkan hasil yang Tuhan kerjakan sendiri baginya. Iman dan ketaatan Barak adalah kunci kemenangannya atas musuh-musuhnya. “Demikianlah akan binasa segala musuh-Mu, ya TUHAN! Tetapi orang yang mengasihi-Nya bagaikan matahari terbit dalam kemegahannya,” (Hak. 5:31).

2022-10-29T09:59:55+07:00