Seorang gadis bernama Markita Andrews memiliki impian untuk mengelilingi dunia. Saat berusia 13 tahun, ia membaca iklan majalah Pramuka Putri yang menyatakan, bahwa gadis yang berhasil menjual kue kering terbanyak, mendapat hadiah keliling dunia untuk dua orang. Hal ini membuat impiannya terbentuk menjadi visi yang dipikirkannya. Ia memvisualisasikan dirinya menjual berkotak-kotak kue kering dan menerima hadiah pertama, sehingga ia pergi bersama ibunya ke Eropa, Asia dan seluruh dunia.
Markita membuat rencana demi impiannya tergenapi. Setelah pulang dari sekolah, ia mengganti pakaiannya dengan seragam pramuka dan mengetuk pintu orang. Ketika orang membuka pintu, ia menatap mereka dan berkata, “Hai, saya Markita Andrews dan saya memiliki impian. Saya ingin mendapatkan hadiah keliling dunia untuk saya dan ibu saya dengan menjual kue kering Pramuka Putri. Maukah Anda berinvestasi dalam satu atau dua lusin kotak kue kering?” Dalam waktu satu tahun, ia menjual 3.526 kota kue kering Pramuka Putri dan berhasil memenangkan perjalanan ke seluruh dunia. (kisah diadopsi dari buku Saya Ingin Jadi Konglomerat, Hal. 40, karya Burke Hedges, penerbit: PT. Pustaka Delapratasa). Itulah kekuatan dari impian yang dituliskan.
Bagaimanakah dengan kita sebagai anak Tuhan? Untuk memiliki impian, maka kita harus membangun keintiman dengan Tuhan sebagai sumber impian kita. Paulus berkata, “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!“(Roma 11:36). Ini berarti sebelum kita mulai menuliskan impian kita, maka kita harus menyadari kenyataan bahwa sumber impian satu-satunya adalah bukan pada pribadi kita, tetapi pada Tuhan. Paulus berkata, “Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah. Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita,”(I Kor 2:10-12).
Itulah sebabnya kita perlu menuliskan impian kita. Menurut Burke Hedges, ada 3 langkah untuk menuliskan impian kita:
1. Tuliskan pernyataan misi pribadi
2. Tuangkan impian menjadi tujuan
3. Tuliskan daftar UNTUK DILAKUKAN setiap hari.
Maksud dilakukan adalah TUJUAN JANGKA PANJANG (3-5 tahun), TUJUAN JANGKA PENDEK (6 bulan sampai 1 tahun) dan TUJUAN SEGERA (30 hari). Dengan menuliskan impian, hal ini akan membuat kita untuk bertanggung jawab penuh atas impian Tuhan atas hidup kita. Ingatlah pesan Yogi Berra, “Jika kita tidak tahu kemana akan pergi, kita tidak akan pernah tiba di sana.”
Ada 3 tahapan yang harus kita lakukan, yakni:
1. Memikirkan impian Tuhan atas kita
2. Memvisualisasikan impian Tuhan atas kita
3. Merencanakan impian Tuhan atas kita untuk dilakukan.
Tuliskanlah impian Tuhan atas hidup Anda untuk dialami dalam beberapa waktu yang akan datang. Anda tidak akan menang kalau tidak memulai. Karena itu, jangan matikan impian Anda, tetapi tuliskanlah.