//Berfungsi sebagai Garam Dunia

Berfungsi sebagai Garam Dunia

Kita sering mendengar atau bahkan membaca dari beberapa sumber tentang fungsi garam.  Kita tahu garam adalah kebutuhan hidup dan mineral yang dipakai sejak zaman kuno dalam banyak budaya sebagai sebagai penyedap rasa, bahan pengawet, desinfektan, benda ritual persembahan dalam upacara spiritual, bahkan sebagai alat tukar. Kata “garam” dalam bahasa Yunani (bahasa penulisan naskah asli Alkitab Perjanjian Baru) adalah “halas”. Kata halas memiliki beberapa makna atau penjelasan: pemberi rasa pada makanan, bahan untuk menggemburkan tanah, serta bahan pengawet makanan dari kebusukan.

Apa kata Alkitab sendiri tentang garam?

 

Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.” – Matius 5:13

Ye are the salt of the earth: but if the salt have lost his savour, wherewith shall it be salted? it is thenceforth good for nothing, but to be cast out, and to be trodden under foot of men.” – Matthew 5:13, KJV

Ketika Tuhan Yesus berkata, “Kamu adalah terang dunia,” terjemahan yang dipakai dalam Alkitab bahasa Inggris versi KJV adalah “ye are the light of the world”. Namun, ada perbedaan pada kata “dunia” dengan ketika Tuhan Yesus menyebutkan bahwa “kamu adalah garam dunia” versi terjemahan dalam Alkitab bahasa Inggris KJV-nya adalah “ye are the salt of the earth”. Walaupun kedua istilah itu berbunyi sama dalam Alkitab bahasa Indonesia, “dunia”, namun memang dalam bahasa aslinya, kedua kata “dunia” tersebut memiliki asal kata dasar dan arti yang berbeda.

Pernyataan “kamu adalah garam dunia” (Mat. 5:13) yang ditujukan kepada murid-murid Yesus berarti murid-murid itu mempunyai fungsi khusus di bumi meski jumlah mereka tidak banyak. Sama seperti garam. Meskipun garam dimasukkan sedikit saja ke dalam suatu komposisi makanan, garam memberi pengaruh yang menyeluruh dalam hal rasa hasil keseluruhannya.

Makna ini esensial. Jika para murid gagal berfungsi seperti garam, kalah dengan pengaruh lain yang lebih besar atau banyak, hal itu sama saja seperti mereka tidak ada (tidak eksis), terlepas dari pelayanan atau karya apa pun yang mereka lakukan. Kehendak Tuhan ialah kita, yaitu semua murid-Nya, bisa memberikan pengaruh bagi sesamanya dan dunianya. Ini bagaikan garam yang ada, tetapi rasanya tawar, karena tidak ada fungsinya sama sekali.

Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang membuangnya saja. Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!Lukas 14:34-35, TB

 

Bagaimana Garam Menjadi Tawar?

Garam telah diketahui mempunyai unsur kimiawi yang dapat mencegah pembusukan. Karena sifatnya itulah, garam menjadi lambang kestabilan dan keadaan yang permanen. Lalu, bagaimana garam bisa menjadi tawar? Bukankah seharusnya garam secara permanen akan tetap bisa mempertahankan keasinannya?

Dalam pengalaman hidup sehari-hari orang Galilea (wilayah pelayanan dan keseharian Yesus bersama murid-murid-Nya dalam konteks pengajaran ini), pernah ditemukan garam yang tidak murni. Garam tercampur dengan bahan-bahan lain dengan beragam bentuk, yaitu butiran tanah, bebatuan, atau pasir yang kristalnya kelihatan mirip. Garam campuran ini bukanlah garam asli atau murni, tetapi selama kadar garam asli dalam perbandingan campuran itu tetap cukup tinggi, garam campuran itu bisa memenuhi tujuan atau fungsinya sebagai garam. Namun, jika terkena udara yang lembab atau karena sebab-sebab yang lain semua kadar garam asli dalam campuran itu habis merembes keluar dari campuran, butiran-butiran yang tertinggal dalam campuran itu pun menjadi sama sekali tidak berguna. Inilah yang dimaksud dengan “garam yang menjadi tawar”, yang Tuhan Yesus sebut tidak ada gunanya sama sekali. Mari kita lihat betapa tak bergunanya “garam yang menjadi tawar”.

Tidak Berguna untuk Merusak Tanah Ladang Musuh

Sehari-harian itu Abimelekh berperang melawan kota itu; ia merebut kota itu dan membunuh orang-orang yang di dalamnya; kemudian dirobohkannya kota itu dan ditaburinya dengan garam.” – Hakim-hakim 9:45, TB

Pada zaman dulu, garam dipakai untuk menaburi ladang-ladang di negeri yang telah dikalahkan dalam peperangan. Fungsinya adalah, dalam jumlah banyak yang seperti itu, merusak kualitas tanah ladang, sehingga ladang tidak lagi berproduksi. “Garam yang menjadi tawar” berarti butiran-butiran zat lain saja, yang tidak akan mengerjakan fungsi ini pada tanah ladang musuh.

 

Tidak Berguna untuk Menyuburkan Tanaman

“… tidak ada gunanya baik untuk ladang maupun untuk ditaruh di tumpukan kotoran binatang (pupuk kandang, dunghill)…” – Lukas 14: 35, TB, dengan penekanan kata kunci dari KJV

Orang mungkin mengira bahwa tumpukan kotoran binatang adalah tempat yang paling kotor dan sampah. Namun, garam yang tak berguna fungsinya lebih rendah dari kotoran binatang, yang walaupun kotor dan bau, yang bisa berguna sebagai pupuk untuk menyuburkan tanaman. “Garam yang menjadi tawar” adalah garam yang kehilangan fungsinya; sama sekali tidak berguna.

 

Kita adalah garam dunia; jagalah senantiasa rasa dan fungsi kita dalam kemurnian, agar kita tidak menjadi tawar!

2022-11-25T09:41:28+07:00