///Dapatkah Alkitab Dipercaya?

Dapatkah Alkitab Dipercaya?

Alkitab memang bukan buku ilmiah, namun di dalamnya ada banyak fakta ilmiah yang dapat diuji kebenarannya, baik secara teologis, secara sejarah, secara arkeologi, secara genetika, secara biologis, secara fisika, dsb. Dalam artikel ini, kita akan bersama-sama belajar mengenai kebenaran Alkitab yang telah teruji oleh para ilmuwan besar di sepanjang sejarah peradaban manusia.

Yang menentukan kebenaran suatu fakta bukanlah teori melainkan bukti. Menurut falsafah evolusi ala Darwin, bumi berumur sekitar 4,5 milyar tahun. Sedangkan menurut Alkitab, bumi berumur kurang dari 20.000 tahun. Menurut Darwinisme, bintang-bintang dan matahari sudah ada sebelum bumi ada. Tetapi menurut Alkitab, bumi diciptakan dan sudah ada sebelum matahari, bulan dan bintang-bintang diciptakan (Kej. 1:1; 1:14-19). Menurut Darwinisme, sudah ada matahari, bulan dan bintang sebelum ada terang di atas bumi. Tetapi menurut Alkitab, sudah ada terang sebelum diciptakan matahari, bulan dan bintang-bintang (Kej.1:3; 1:14). Kalau Tuhan benar ada, maka apa yang dikatakanNya bisa saja diterima walaupun akal kita ingin juga memahami prosesnya. Sebaliknya, kalau tidak ada Tuhan, maka adalah mudah sekali menerima paham evolusi sebagai alternatif untuk menjelaskan munculnya segala sesuatu di alam semesta dan asal kehidupan di bumi. Ini bukan sekedar perdebatan di mana kita hanya harus memilih untuk percaya apa yang dikatakan Tuhan (sebagai saksi mata) atau apa yang dikemukakan manusia (yang tidak percaya Tuhan). Sebagai manusia yang rasional yang sanggup berpikir dan berkehendak, kita bukan sekedar menentukan pilihan sumber kepercayaan kita, namun tentu kita juga harus mempunyai bukti untuk mendukung kebenaran yang kita percayai itu.

Di bulan-bulan yang lalu kita sudah menyelidiki beberapa proses utama yang menunjukkan bahwa bumi adalah sangat muda dan tidak tua. Kini kita perlu mempelajari, berapa umur alam semesta yang diciptakan Tuhan dan apakah ini dapat dikatakan rasional, sesuai proses-proses ilmiah dan dapat diterima oleh pakar-pakar ilmu pengetahuan?
Dalam edisi bulan ini kita akan menyelidiki dua hal utama:
1. Berapa umur bumi dan alam semesta menurut Alkitab?
2. Apakah skenario penciptaan yang dijelaskan dalam Alkitab dapat dipercaya oleh para ilmuwan?

1. Berapa umur bumi dan alam semesta menurut Alkitab?
Di kalangan umat Kristen Injili, terdapat dua tafsiran. Kedua tafsiran itu percaya bahwa bumi berumur adalah sangat muda. Yang satu percaya bahwa bumi hanya berumur sekitar 6.000 tahun, berdasarkan tafsiran bahwa hari-hari dalam Minggu Penciptaan adalah masing-masing 24 jam. Yang kedua percaya bahwa bumi berumur di bawah 20.000 tahun, berdasarkan tafsiran bahwa hari-hari dalam Minggu Penciptaan adalah masing-masing 1,000 tahun. Kedua tafsiran itu percaya bahwa Kitab Kejadian adalah harafiah dan merupakan sejarah penciptaan yang akurat. Kedua tafsiran 100% menolak paham bahwa bumi berumur sangat tua. Kedua-duanya menolak paham evolusi ala Darwin dan percaya bahwa semua makhluk diciptakan menurut jenisnya dan hanya akan menghasilkan keturunan menurut jenisnya. Hal itu sudah kita bahas pada build! edisi bulan Mei dan Juni, di mana kita melihat bahwa ilmu pengetahuan adalah sesuai dengan proses evolusi-mikro, bukan evolusi-makro.

Mengapa Hari-hari Tuhan (1.000 tahun) menjadi dasar ukuran Minggu Penciptaan?
1. Alat pengukur hari-hari manusia naru diciptakan pada Hari Ke-4 (Kej. 1:14-19).
2. Tuhan berkata bahwa Adam akan mati pada “hari” dia makan buah yang terlarang dan dia mati 930 tahun kemudian (Kej. 2:17; 5:5). Hanya manusia sempurna yang dapat hidup 1.000 tahun, karena 1.000 tahun adalah hariNya Tuhan (2 Ptr. 3:8; Why. 20:4-6).
3. Adam harus memberi nama kepada semua spesies makhluk di darat dan di udara pada Hari Ke-6, setelah dia diciptakan tetapi sebelum Hawa diciptakan dan menikah dengan Adam. Karena jumlah spesies adalah lebih dari 17,000 maka tentu adalah mustahil Adam menamakannya dalam beberapa jam saja. Kalau satu hari adalah 1,000 tahun, waktu proses penamaan itu menjadi masuk akal, (Kej. 2:19-20).

Ini baru beberapa alasan yang mendasari tafsiran bahwa bumi berumur relatif muda. Topik itu akan dibahas lebih lengkap dalam artikel lainnya. Kami yang percaya bahwa Minggu Penciptaan terjadi dalam waktu 7,000 tahun, karena percaya bahwa itu adalah 7 hari x 24 jam, yakin bahwa hari-hari itu ditulis secara harafiah dan tidak bisa diperpanjang menjadi jutaan tahun. Namun pada dasarnya, kedua pemahaman itu yakin bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dan bumi hanya dalam waktu ribuan tahun yang lalu dan bahwa bukti-bukti proses penghitungan umur bumi, bukti-bukti fosil-fosil dsb menyatakan bahwa Alkitab adalah catatan sejarah asal-usul kehidupan di bumi yang tepat, benar dan akurat.

2. Apakah skenario penciptaan yang dijelaskan dalam Alkitab dapat dipercaya oleh para ilmuwan?
Sering kali kita mendengar orang berkata, “Bukankah semua ilmuwan menganut teori Darwin?” atau “Bukankan ilmu pengetahuan sudah membuktikan bahwa bumi berumur milyaran tahun?” Mudah sekali orang terjebak pada asumsi seperti itu, padahal sebenarnya tidaklah demikian. Yang benar adalah, mayoritas ilmuwan yang tidak percaya Tuhan memang menganut paham evolusi ala Darwin, walaupun bukan semua. Sementara itu, mayoritas ilmuwan yang percaya Alkitab, meyakini bahwa fakta ilmiah membuktikan semua pernyataan Alkitab. Bulan ini kita akan memulai suatu perjalanan sejarah dari abad ke abad dan melihat kesaksian ajaib beberapa ilmuwan yang sangat terkenal, yang sungguh percaya Alkitab adalah penjelasan yang paling sempurna sebagai ungkapan kehidupan dan asal-usul alam semesta.

Di sepanjang sejarah, orang-orang Kristen yang percaya pada kebenaran Alkitab terbukti menjadi orang-orang terkemuka dalam penemuan ilmiah dan dalam pembentukan ilmu pengetahuan modern. Beberapa orang di antaranya bahkan dicalonkan sebagai Bapa Ilmu Pengetahuan Modern, seperti Galileo Galilei, Sir Francis Bacon dan tentu saja Sir Isaac Newton. Semua nama ini adalah ilmuwan-ilmuwan yang percaya kepada Yesus Kristus dan kebenaran Alkitab. Mari kita lihat posisi iman mereka dalam kaitannya dengan pencapaian ilmiah mereka.

Galileo Galilei (1564-1642), walaupun terkenal karena pekerjaan ilmiah di bidang astronomi, matematika dan fisika, namun juga terkenal karena dianiaya oleh Gereja Katolik. Galileo adalah seorang Kristen sejati yang tidak memisahkan antara Alkitab dan Ilmu Pengetahuan. Bahkan, ia melihat keduanya sebagai suatu pasangan sehat yang saling menguatkan. Ia berkata: “Allah diketahui oleh sifatNya yang nyata dalam ciptaanNya, dan juga oleh pengajaranNya di dalam FirmanNya yang diwahyukan.”

Sir Francis Bacon (1561-1626), telah membagikan pengetahuan ke dalam falsafah, atau pengetahuan alamiah, dan keilahian, atau pewahyuan yang diilhamkan. Walaupun ia menuntut bahwa falsafah dan alam jasmani harus dipelajari secara induktif, namun ia mengungkapkan bahwa berkaitan dengan Allah, kita hanya dapat mengetahui maksud, perbuatan dan sifat Allah melalui pewahyuan khusus. Sir Francis Bacon adalah salah satu orang yang paling berpengaruh sebagai pelopor ilmu pengetahuan modern, yang teguh didasarkan atas pola berpikir Kristen. Dengan tepat ia telah mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dapat dibuktikan melalui uji-coba. Prinsip ini adalah salah satu dasar ilmu modern. Serupa dengan banyak ilmuwan sezamannya, ia sungguh-sungguh mempercayai pernyataan Alkitab bahwa bumi diciptakan dalam kurun waktu 6 Hari Penciptaan (Kej. 1), sama seperti juga Johannes

Kepler (1571–1630) dan Isaac Newton (1642–1727).
Mereka bertiga layak disebut “Bapa-bapa Ilmu Pengetahuan Modern”. Sekarang kita akan melihat lebih dalam lagi kesaksian seorang ilmuwan Kristen yang sangat berpengaruh dalam pembentukan berbagai teori ilmiah modern, yaitu Sir Isaac Newton.


SIR ISAAC NEWTON (1642-1727)
Seorang Jenius dan “Bapa Ilmu Fisika”
Isaac Newton sangat dikenal sebagai salah satu ilmuwan terhebat yang pernah hidup. Beliau adalah seorang Kristen yang sangat cinta kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya dan sekaligus menjadikan Alkitab sebagai sumber inspirasi segala sesuatu dalam hidupnya. Keyakinan yang kuat pada Allah dan FirmanNya telah mendorong komitmen Newton untuk melakukan penyelidikan ilmiah karena penyelidikan tersebut akan menghasilkan lebih banyak pengetahuan dan bukti tentang Allah Pencipta alam semesta.
Newton lahir di Woolthorpe, Lincolnshire, Inggris, pada hari Natal tahun 1642. Ia lahir prematur sebagai bayi yang sakit-sakitan. Karena sakitnya, orang-orang di situ telah menganggap bahwa Newton pasti akan segera mati. Namun, sedikit demi sedikit ia bertambah sehat. Tahun-tahun awal memang sukar karena ibunya sudah menjadi janda dua bulan sebelum Isaac Newton lahir. Namun beberapa tahun kemudian, ibunya menikah dengan seorang hamba Tuhan dari desa North Witham. Di setiap kesempatan, Newton kecil telah membaca buku-buku dari perpustakaan ayah tirinya dengan bersemangat, di samping sering membaca dan mempelajari Alkitabnya.
Ibu Newton menjadi seorang janda untuk kedua kalinya ketika Newton masih berumur 14 tahun. Oleh karena itulah Newton putus sekolah karena harus bekerja untuk mencukupkan makanan bagi ibu dan ketiga adiknya. Oleh berkat Tuhan, King’s College, yang sudah menyadari bahwa dia adalah murid pintar dari keluarga miskin, menawarkan beasiswa untuk menutupi semua biaya pendidikannya, sehingga Newton dapat menyelesaikan pendidikannya. Dosen-dosen dan siswa-siswi sangat terkesan dengan kepintarannya dan pengetahuannya dalam isi Firman Tuhan.

Isaac Newton berencana menjadi pelayan Firman Tuhan
Newton mendaftar di Trinity College, Universitas Cambridge, dengan tujuan menjadi pendeta di Gereja Anglikan. Namun, kehidupannya lagi-lagi mengalami banyak kesulitan. Karena tidak mampu membayar biaya kuliah, ia bekerja berjam-jam setiap hari sebagai pelayan makanan dan melakukan banyak tugas untuk para dosen untuk menutupi biaya kuliahnya. Pengetahuan Newton akan isi Alkitab semakin mengagumkan semua orang yang mengenalnya.
Karena pola berpikir di zaman itu masih dikuasai falsafah Yunani kuno yang mendominasi pandangan ilmiah, maka penemuan-penemuan ilmiah seringkali diabaikan. Hal itu membuat Newton jengkel, karena ia sangat percaya bahwa ide-ide ilmiah seharusnya dibuktikan lewat proses uji-coba sebelum dapat diterima. Ketepatannya harus dibuktikan dulu sebelum prinsipnya dapat menjadi berguna. Newton memang sangat kuat berkomitmen kepada metode uji-coba sebagai metode ilmiah yang sehat.
Newton lulus dan diwisuda pada tahun 1665, sesaat sebelum mulai pandemi wabah hitam yang melanda seluruh kota London dan menewaskan 15% penduduknya. Saat itu semua universitas ditutup sebagai dampak dari pandemi wabah hitam. Newton pun kembali ke ladang pertanian keluarganya. Ia melanjutkan riset dan pelajarannya di bidang theorem binomial, cahaya terang, teleskop, kalkulus dan teologia. Setelah melihat sebuah apel jatuh dari sebuah pohon di tamannya, ia mulai menyelidiki kekuatan daya tarik atau gravitasi. Penyelidikan itu telah berlangsung bertahun-tahun hingga ia dapat membuktikan teori gravitasi dan menyusun rumusnya.

Revolusi di bidang Matematika
Newton telah mengaplikasikan theorem binomial yang dikembangkannya dan dari dasar itu telah menemukan sejenis ilmu matematika revolusioner yang baru yaitu, kalkulus. Dengan ilmu kalkulus, kalkulasi dapat dilakukan dengan akurat terhadap isi bentuk-bentuk yang pinggirannya melengkung, dan juga terhadap kecepatan perubahan dari satu kuantitas dibandingkan dengan yang lain.

Optika
Saat Universitas Cambridge dibuka kembali pada tahun 1667, Newton kembali untuk menyelesaikan pendidikan S2 sekaligus mengajar dan melakukan riset.
Newton telah menggunakan prisma-prisma untuk menunjukkan bahwa cahaya matahari dapat menghasilkan seluruh warna yang ada dalam pelangi. Eksperimen (uji-coba) ini telah membuktikan bahwa teori orang-orang Yunani kuno tentang cahaya terang adalah salah. Di zaman Newton, astronomi sangat terhambat karena lensa-lensa dalam teleskop telah memecahkan sebagian cahaya terang ke dalam beberapa warna yang tidak diinginkan, sehingga apa yang dilihat menjadi agak kurang jelas. Newton adalah yang pertama yang berhasil menciptakan teleskop yang menggunakan metode baru yang ditemukan Newton. Metode itu masih dipakai masa kini dalam banyak teleskop.

The Royal Society (Lembaga Ilmiah Kerajaan)
Pada tahun 1672, Newton menjadi anggota The Royal Society, sekelompok ilmuwan yang berkomitmen kepada metode uji-coba. Ia menghadiahkan salah satu teleskopnya yang baru kepada The Royal Society bersama dengan temuan-temuannya tentang cahaya terang. The Royal Society pun membentuk komite evaluasi yang dipimpin oleh ahli fisika Robert Hooke, yang dipekerjakan khusus untuk melakukan evaluasi dan investigasi terhadap penemuan-penemuan yang baru. Namun, Hooke telah memiliki ide-idenya sendiri tentang cahaya terang sehingga dia agak lambat menerima kebenaran dan kenyataan dari temuan-temuan Newton. Hal itu mengejutkan dan mengecewakan Newton, yang mulai berpikir untuk tidak lagi mempublikasikan temuan-temuannya di masa depan.

Gangguan politik
Isaac Newton hidup pada zaman di mana politik, agama dan pendidikan tidak terpisahkan. Raja Charles II telah mengumumkan bahwa setiap dosen di lembaga-lembaga pendidikan seperti Trinity College, di mana pendeta-pendeta Gereja Anglikan dilatih, harus juga ditahbiskan sebagai pendeta Anglikan setelah mengajar selama tujuh tahun. Artinya Newton pun demikian, sebagai dosen yang telah mengajar selama lebih dari tujuh tahun, ia harus ditahbiskan sebagai pendeta, walaupun ia hanya mengajar matematika dan ilmu-ilmu lain, bukan teologia. Ini menjadi masalah bagi Newton, karena meskipun ia adalah seorang Kristen yang sejati, ia tidak menyetujui banyak doktrin yang diajarkan Gereja Anglikan. Oleh karenanya, hati nuraninya tidak mengizinkan dia untuk ditahbiskan sebagai pendeta di Gereja Anglikan. Selain itu, Newton juga menentang perkawinan politik dengan agama dan politik dengan pendidikan.
Satu-satunya jalan bagi Newton untuk mempertahankan posisinya sebagai dosen adalah bila Raja membuat pengecualian khusus baginya. Namun, semua orang lain yang pernah minta demikian kepada Raja telah ditolak. Jadi, Newton pergi ke London selama enam minggu untuk mengajukan permohonan pengecualian kepada Raja. Selama di London, ia menjadi lebih dikenal di antara ilmuwan-ilmuwan lain anggota The Royal Society. Sebagian mereka, yang sebelumnya hanya mengenal dia melalui surat-suratnya yang membela penemuan-penemuannya, ternyata telah salah menganggap keyakinan Newton sebagai arogansi. Kekurangan kesabaran untuk melanjutkan pekerjaannya pun salah dianggap sebagai kemarahan. Setelah mereka mengenal Newton secara langsung, mereka menyadari bahwa ia adalah orang yang sangat ramah dan penuh perhatian, maka mereka telah bersatu dan membantu memperjuangkan permohonannya. Akhirnya, baik untuk Newton maupun untuk ilmu pengetahuan, Raja memberikan Newton izin pengcualian untuk mengajar terus di Trinity College tanpa harus ditahbiskan sebagai pendeta.

Fokus pada gravitasi
Setelah peristiwa apel jatuh yang Newton lihat, ia semakin tertarik membuka rahasia gravitasi. Pada zaman itu banyak orang sangat percaya pada takhayul dan takut terhadap apa yang tidak dimengertinya, misalnya munculnya komet-komet yang dianggap sebagai pertanda kedatangan bencana. Para ilmuwan saat itu, pada umumnya, juga menganggap gerakan planet-planet dan gerakan benda-benda di bumi sebagai masalah yang berbeda. Sebaliknya, Newton berkesimpulan bahwa karena segala benda di langit dan di bumi diciptakan Allah yang sama, maka pasti hukum-hukum ilmiah pasti adalah sama untuk semuanya.
Pada tahun 1684, Newton menggali lebih dalam lagi tentang hukum gravitasi. Hasilnya adalah pengembangan teori hukum gravitasi universal. Ia mengembangkan tiga hukum gerakan dan membuktikan secara matematika bahwa hukum-hukum tersebut adalah sama di langit dan di bumi. Imannya pada Firman Tuhan telah mengarahkan temuan ilmiahnya.
Dalam penyelidikannya terhadap gerakan-gerakan dan perjalanan semua planet, Newton melihat dengan jelas bahwa semuanya adalah hasil karya Tuhan, sehingga ia menulis: “Sistem matahari, planet-planet dan komet-komet yang paling indah ini, hanya dapat berasal dari hikmat dan kekuasaan Pribadi yang sangat cerdas. … Pribadi ini memerintah atas segala sesuatu, bukan sebagai jiwa dunia ini, tetapi sebagai Tuhan atas semua; dan karena kekuasaanNya Dia pantas dipanggil “Tuhan Allah” … Pribadi yang kekal, tak terbatas dan maha sempurna.”
Sejak sebelumnya, adanya sebagian hukum gravitasi yang disebut inverse square law telah diyakini oleh banyak ilmuwan, tetapi mereka tidak dapat membuktikannya. Hukum itu telah diobservasi dalam orbit oval oleh ilmuwan Jerman yang terkenal yaitu Johannes Kepler tetapi adalah Newton yang berhasil membuktikannya. Dengan bantuan astronom yang terkenal, Edmond Halley, The Royal Society telah menerbikan buku Newton yang paling terkenal yaitu Principia Mathematica. Dengan menggunakan temuan-temuan Newton tentang gerakan planet-planet Halley dapat membuka rahasia orbit eliptikal komet yang sangat menakutkan yang diberi nama Komet Halley.

Masa kesakitan
Isaac Newton mewakili Universitas Cambridge sebagai anggota Parlemen Inggris pada tahun 1689 dan 1690. Pada tahun 1690, kesehatannya sangat terganggu. Penyakitnya diakibatkan jam kerja terlalu panjang, jam tidur terlalu sedikit dan tekanan pekerjaan sebagai politisi. Dalam beberapa tahun pemulihan kesehatannya, Newton kembali kepada kasih utamanya — belajar Firman Tuhan. Ia menulis beberapa buku yang sangat terkenal, yaitu Chronology of Ancient Kingdoms dan Observations Upon the Prophecies of Daniel.
Pada tahun 1701, Newton sekali lagi menjadi anggota parlemen. Dua tahun kemudian dia dipilih menjadi Presiden The Royal Society. Sampai saat meninggalnya pada tahun 1727, dia dipilih tiap tahun sebagai Presiden karena hasil karyanya begitu dihormati oleh kawan-kawan sejawatnya.
Pada tahun 1705, hasil karya Newton diakui oleh negara Inggris sehingga dia dinobatkan sebagai Kesatria dan diberi titel kehormatan “Sir” di depan namanya. Newton menjadi ilmuwan pertama dalam sejarah yang begitu dihormati oleh negaranya.
Newton meninggal pada tahun 1727, pada umur 84. Dia dimakamkan di Gereja Kerajaan Inggris, Westminster Abbey, lokasi para raja dan ratu dinobatkan.
Hasil karyanya di bidang fisika, matematika dan astronomi masih sangat berperan penting bagi kaum ilmuwan masa kini. Kontribusinya dalam satu bidang ilmiah saja akan membuat namanya hebat dan terhormat, tetapi temuan-temuannya yang banyak di berbagai bidang ilmu pengetahuan membuat nama Issac Newton dianggap hebat, dahsyat, dan mulia di dalam sejarah ilmu pengetahuan. Namun yang terutama, Newton sampai di akhir hidupnya sebagai murid Yesus yang setia, pecinta Alkitab yang selalu mengagungkan Tuhan dan Juruselamatnya. Newton begitu mencintai Allah dan FirmanNya – semuanya, sehingga ia menulis: “Saya memiliki keyakinan mendasar bahwa Alkitab adalah Firman Allah, ditulis oleh orang-orang yang diinspirasikanNya. Saya belajar Alkitab tiap-tiap hari.”
Newton adalah salah satu ilmuwan yang terpenting di sepanjang sejarah dan dihormati di seluruh dunia. Sebagai seorang Kristen yang diinspirasi oleh Allah di bidang ilmiah, ternyata dia juga diinspirasi oleh Allah sebagai penulis teologia. Hasil karya buku-buku rohani yang dituliskannya adalah lebih banyak dari buku-buku ilmiahnya. Sebagai seorang ilmuwan, ia sangat yakin bahwa Alkitab adalah 100% benar dan bahwa kisah Alkitab tentang air bah memiliki dasar ilmiah yang kuat melalui lapisan-lapisan sedimenter. Kesaksian riwayat hidup, hasil karya dan keyakinan ilmuwan yang dahsyat ini membuktikan bahwa kita tidak perlu ragu-ragu terhadap Firman Tuhan dan bahwa ilmu pengetahuan sebenarnya tidak bertentangan dengan Alkitab. Alkitab selalu dapat diandalkan.

Ada banyak sumber informsi tentang Sir Isaac Newton dan untuk Anda yang ingin tahu lebih banyak, kunjungi dan pelajarilah artikel-artikel di Google dan berbagai situs seperti www.creation.com dan www.crev.info, atau bacalah buku karya J.H. Tiner, Isaac Newton — Inventor, Scientist and Teacher, Mott Media, Milford (Michigan), 1975. Kebanyakan informasi dalam tulisan yang sedang kita baca ini dapat ditemukan di sumber-sumber ini pula.
Bulan depan kita akan belajar dari kesaksian seorang ilmuwan yang hidup sezaman dengan Charles Darwin, Michael Faraday (1791-1867). Kisah nyata ini akan sangat menyentuh hati Anda. Anda akan tertawa dan Anda akan menangis membaca kisah dan kesaksian ajaib ini! Sampai jumpa!

2019-10-11T12:26:02+07:00