//Daud : Raja Besar yang Penuh Iman

Daud : Raja Besar yang Penuh Iman

Dalam artikel Seri Iman edisi kali ini, kita belajar dari Daud, seorang raja besar di Israel, bahkan yang terbesar. Daud adalah orang yang beriman kepada Tuhan, hingga Alkitab mencatatnya sebagai orang yang berkenan di hati Tuhan dan namanya tercantum pada silsilah Yesus Kristus sebagai nenek moyang yang menurunkan Mesias dalam wujud manusia. Penulis kitab Ibrani secara khusus mencatat tentang Daud, “… yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing,” (Ibr. 11:32-34).

 

Iman Daud kepada Allah sangat besar hingga dia percaya penuh kepada hati dan kehendak Tuhan. Inilah yang membuatnya mudah taat melakukan apa pun yang Tuhan kehendaki dan menjadi berkenan di hati Allah. Berkat dan penyertaan Allah pun atas imannya ini tak terhingga. Roh Tuhan ada pada Daud sejak dia diurapi menjadi raja oleh Samuel, dia menjadi orang yang mampu mengalahkan singa dan beruang yang datang menerkam kawanan dombanya, dia piawai bermain kecapi dan memimpin penyembahan kepada Tuhan, dia juga tidak gentar menghadapi musuh bahkan mengalahkan Goliat, sang pendekar raksasa dari Filistin. Selain itu, semasa kepemimpinannya baik atas pasukan maupun atas bangsanya Daud menaklukkan banyak pasukan serta kerajaan musuh. Namanya menjadi termahsyur di banyak tempat, oleh imannya. Mari kita telusuri proses imannya bersama Tuhan.

 

 

Diurapi Menjadi Raja karena Hati yang Beriman untuk Dekat dengan Tuhan

Samuel, yang menjadi hakim atas Israel pada waktu itu, kecewa kepada Raja Saul, yang memberontak kepada Tuhan. Maka, Samuel berdoa dalam dukacita, hingga tiba-tiba dia mendengar suara Tuhan, “Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah dia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku,” (1 Sam. 16:1). Tak seorang pun tahu, siapa raja yang akan diurapi oleh Samuel menggantikan Saul, kecuali Tuhan.

 

Samuel pun berangkat melakukan Firman Tuhan. Saat bersiap-siap mengurapi salah seorang anak Isai menjadi raja, Samuel hampir tertipu, karena berulang kali dia melihat penampilan luar anak Isai yang membuatnya berpikir tentu anak itu tepat untuk menjadi raja Israel. Kata Tuhan mengoreksi Samuel, “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati,” (1 Sam. 16:7). Karena itu, Samuel berkata kepada Isai, “Inikah anakmu semuanya?” Ternyata, masih ada anak bungsu Isai yang belum hadir pada pertemuan itu, yaitu Daud. Rupanya Isai melewatkan Daud dari kedatangan Samuel dalam rangka mengurapi calon raja Israel! Setelah itu, “disuruhnyalah menjemput dia. Dia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu TUHAN berfirman: ‘Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia,’” (1 Sam. 16:12). Daudlah sang calon raja itu. Sejak hari itu dan seterusnya Roh Tuhan berkuasa dan memimpin Daud.

 

Hati yang bagaimanakah yang dimiliki Daud sehingga Allah begitu tertarik kepadanya dan menjadikan dia seorang raja? Saat diurapi itu, Daud adalah remaja belia yang sehari-harinya melakukan tugas dari ayahnya menggembala domba, sambil selalu haus untuk dekat dengan Tuhan. Kesukaannya ialah merenungkan taurat Tuhan siang dan malam. Hatinya penuh iman bahwa Tuhan itu ada dan mengasihinya, sehingga dia selalu ingin dekat dengan Tuhan. Daud mengenal dan mengasihi Allah, Penciptanya dan Sumber yang memberinya kekuatan, sehingga dia berani taat melakukan apa yang Allah kehendaki.

 

 

Iman untuk Menang dalam Pertempuran yang Mustahil

Salah satu pertempuran yang terkenal dalam sejarah adalah ketika Daud melawan Goliat. Di dalam 1 Samuel 17, diceritakan bahwa orang Filistin berkumpul untuk berperang melawan orang Israel. Tentara Filistin berkumpul di Sokho, di tanah Yehuda. Mereka berkemah di antara wilayah Sokho dan Azeka di Efes-Damim. Saul dan pasukan Israel berkemah di Lembah Tarbantin dan siap berperang melawan orang Filistin.

 

Kemudian, tanpa disangka-sangka, “Tampillah keluar seorang pendekar dari tentara orang Filistin. Namanya Goliat, dari Gat. Tingginya enam hasta sejengkal. Ketopong tembaga ada di kepalanya, dan dia memakai baju zirah yang bersisik; berat baju zirah ini lima ribu syikal tembaga. Dia memakai penutup kaki dari tembaga, dan di bahunya dia memanggul lembing tembaga. Gagang tombaknya seperti pesa tukang tenun, dan mata tombaknya itu enam ratus syikal besi beratnya. Dan seorang pembawa perisai berjalan di depannya,” (1 Sam. 17:4-7). Ukuran dan penampilan fisiknya yang seperti itu membuat gemetar Saul dan seluruh pasukan Israel. Mereka tak kunjung maju menyerang, meski berulang kali Goliat melontarkan tantangan yang penuh dengan olok-olok terhadap bangsa Israel maupun terhadap Allah Israel.

 

Daud saat itu datang karena “kebetulan” disuruh ayahnya mengantar bekal makanan untuk kakak-kakaknya, yang merupakan anggota pasukan Israel. Daud mendengar tantangan dan olok-olok Goliat, lalu karena hatinya sangat mengenal Allah, memutuskan untuk maju membungkam mulut Goliat. Secara fisik, Daud datang ke medan pertempuran hanya dengan membawa umban dan lima batu dari sungai, tetapi dalam imannya yang teguh dia datang bersama Tuhan. Kata Daud, “Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah, dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan TUHANlah pertempuran dan Dia pun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami,” (1 Sam. 17:45-47).

 

Benar saja. Hanya dengan sekali lempar, batu kecil itu mendarat ke dalam dahi Goliat, dan terjerumuslah Goliat dengan mukanya ke tanah. Goliat mati dengan kepala terpenggal di tangan Daud. Kemenangan Daud membuktikan bahwa ketika Allah di pihak kita, tak ada musuh yang sanggup mengalahkan kita. Walaupun begitu besar musuh kita dan begitu banyak lawan kita, jika kita percaya kepada Allah, Dia sanggup melakukan apa yang kita anggap mustahil. Iman kepada Allah membuat kita sanggup melakukan apa yang tidak disangka oleh dunia.

 

 

Iman akan Janji Allah tentang yang Akan Datang

Setelah Daud menjadi raja, lewat nabi Natan, Allah berjanji kepada Daud untuk membangkitkan keturunan Daud dan Allah akan tetap mengukuhkan kerajaannya. Meski Daud sempat berbuat dosa dalam posisinya sebagai raja, dia lekas bertobat dan hatinya sungguh-sungguh kembali kepada Allah. Janji Allah untuk Daud, “Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya,” (2 Sam 7: 12-13). Inilah janji Allah tentang Mesias yang akan datang melalui keturunan Daud yang akan berkuasa selamanya. Percayakah Daud? Tentu saja. Imannya mantap mengetahui bahwa Allah adalah tepat janji. Maka dengan segala kerendahan hatinya, Daud datang kepada Allah menjawab, “Siapakah aku ini, ya Tuhan Allah, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?” Inilah hati Daud yang oleh iman selalu bersekutu dengan Allah, yang menjadi kesukaan Allah. Paulus menuliskan pula, “Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku. Dan dari keturunannyalah, sesuai dengan yang telah dijanjikan-Nya, Allah telah membangkitkan Juruselamat bagi orang Israel, yaitu Yesus,” (Kis. 13:22b-23).

 

Daud adalah orang yang awalnya tidak diperhitungkan tetapi akhirnya menjadi raja terbesar dalam sejarah Israel. Bahkan Allah sendiri pun memilih dan menghargai dia secara khusus. Imannya kepada Allah tidak gugur sampai kematiannya. Baiklah kita meneladani iman Daud ini dan setia sampai akhir dalam iman kita masing-masing.

2023-01-27T10:11:12+07:00