Kalau anak sudah diusia remaja apalagi diusia mencari pasangan hidup, kita sebagai orang tua baru berpikir untuk mau serius memberi waktu bersama dengan anak, itu namanya TERLAMBAT… (tapi untuk pembaca yang saat ini anaknya sudah terlanjur berusia remaja atau muda-mudi…gunakanlah waktu yang ada supaya jangan kehilangan kembali!).
Jadi seharusnya mulai dari usia berapakah orang tua memberikan waktu untuk bersamanya? Mulai dari kandungan…sampai sang anak sebelum menikah!
Hah?! Apa perlunya orang tua menyediakan waktu bersama anaknya dalam berbagai tahapan usia?
* “Bukankah anak kami masih dikandungan?”
Studi yang dilakukan Jeanne Magagna, kepala riset Klinik Travistock, Inggris, dengan menggunakan ultrasonografi (USG) menunjukkan, janin telah memiliki kepribadian sejak hadir dalam rahim. Janin dapat mencium, mendengar dan merasa sakit bahkan janin dapat bermimpi dan mengenali aktivitas ibu yang berbeda-beda, termasuk interaksinya antara ibu dan ayahnya.
Berarti kita sudah bisa berbicara, bercanda dan berdoa bersamanya. Masalahnya apakah sebagai orang tua kita punya kerinduan untuk melakukannya, ataukah anak kita hanya akan menggigit ibu jarinya karena kerinduannya berinteraksi dengan orang tuanya tidak pernah kesampaian sejak dari kandungan.
* “Bukankah anak kami masih bayi sekitar usia 2 tahun?”
Bayi sejak lahir sampai usia dua setengah tahun mengalami pertumbuhan otak tercepat sehingga lingkar kepala bertambah 15 cm. Sedangkan pada usia dua setengah tahun sampai usia dewasa hanya akan bertambah lima sentimeter, dan sebagian besar pertumbuhan ini terjadi sebelum usianya mencapai enam tahun (Glenn Doman, 2005). Dengan kata lain daya serap anak terbesar justru diusia bayi ini, apa saja yang diterimanya sebagai rangsangan itu diserap. Segala bentuk sentuhan dan kata-kata yang secara rutin merawatnya dengan kasih tentulah yang akan diterimanya sebagai pribadi yang mengasihinya. Apakah kita sebagai orang tua rindu bahwa kitalah pribadi-pribadi yang dikenalnya sebagai pribadi yang mengasihinya, ataukah kita rela membiarkan orang lain yang mendapatkan tempat spesial di hatinya?
* “Bukankah anak kami masih BATITA?”
Perlu Anda tahu bahwa ini adalah masa anak-anak yang paling mengagumkan sekaligus mengesalkan, masa belajar berjalan dan belajar berbicara. Masa eksplorasi yang paling mengagumkan, semua benda ingin dipegang dan dirasakan oleh mulutnya. Ini adalah masa terbaik untuk membentuk kenangan indah bagi dirinya di masa kanak-kanak. Yang jadi pertanyaan, bersama siapakah anak kita membentuk kenangan indahnya? Bersama papa mamanya kah? Atau bersama dengan oma? dengan suster atau pembantu?
* “Bukankah anak kami masih BALITA?”
Ya, dan perhatikanlah ia sangat banyak bertanya, segala hal ditanyakan, dan yang paling sering menjengkelkan pertanyaan yang sama seringkali ditanya berulang-ulang. Jangan memandang remeh, justru pertanyaan yang diulang-ulang dan diberikan jawaban yang sama akan membentuk konsep berpikirnya sampai ia dewasa. Jadi bisa dibayangkan bukan, kalau yang selalu menjawab pertanyaan adalah orang yang punya kepercayaan dan nilai-nilai yang berbeda dengan yang kita miliki sebagai orang tuanya. Maka saat ia beranjak remaja akan banyak pertentangan yang terjadi dengan diri kita.
* “Bukankah anak kami masih usia 6 – 8 tahun?”
Justru itu, perlu ada waktu dengan anak diusia ini, karena biasanya ia mulai timbul rasa ingin tahu yang besar tentang benar dan salah. Keingintahuan yang besar inilah yang seringkali mendorongnya “sengaja” melanggar aturan yang ada semata-mata untuk mendapat kepastian tentang nilai-nilai yang harus dipegangnya. Jadi kriteria BENAR dan SALAH bagi dirinya tergantung dari siapa yang banyak memberikan waktu untuk mengarahkannya setiap kali ia membutuhkan kepastian dari masalah yang dihadapinya.
Apakah ia akan memiliki nilai-nilai seperti orang tuanya? atau seperti opa-nya? atau seperti pembantunya? atau seperti film yang sering ditontonnya (kalau ternyata ia lebih banyak “diasuh” oleh TV)?
* “Bukankah anak kami masih usia 9 – 12 tahun?”
Itu dia, anak usia 9 – 12 tahun adalah fase yang paling ragu bagi seorang anak, karena ia sadar bahwa sudah terlalu besar untuk bermain dan bergaul dengan gaya anak-anak tapi belum siap untuk masuk ke dunia remaja. Fase inilah yang banyak dikenal orang sebagai fase “Tween” (dari kata “Between” = di antara). Akibatnya permasalahan idola menjadi hal yang penting bagi dirinya, ia rela mengubah dirinya sedemikian rupa supaya bisa persis seperti pribadi yang ia idolakan. Sang idola adalah pribadi yang selalu dapat memberikan waktu menjadi sahabatnya untuk curhat. Apakah ia adalah orang tuanya? Teman sekolahnya? atau yang lain? Anda tentu megetahuinya secara tepat.
Mulailah dari sekarang berikan waktu Anda untuk anak Anda sebelum nanti saat akibat dari kelalaian kita menjadi musibah dikemudian hari dan kita hanya menyesali mengapa tidak punya waktu lagi…
“Orang tua seringkali terlalu menyibukkan diri dengan pemenuhan kebutuhan fisik anak, sehingga mereka melewatkan keindahan dunia dengan menjadi orang tua, seperti pohon besar yang kehilangan daun-daunnya.” Marcelene Cox