Di dalam Alkitab perjanjian lama, setidaknya terdapat 7 kata Ibrani yang diterjemahkan ke dalam kata ‘puji’, ‘pujian’ dan ‘memuji’. Masing-masing dari ketujuh kata ini setidaknya mencerminkan tujuh ekspresi berbeda dari apa yang pada umumnya kita pahami sebagai ‘pujian’. Dengan mempelajari makna dari ketujuh kata ini kita dapat menarik pejaran berharga mengenai hal-hal penting dan mendasar yang seringkali kita lupakan saat kita mengangkat hati dalam pujian kepadaNya. Ketujuh kata tersebut diantaranya:
Yadah : mengangkat tangan untuk memuji Tuhan.
Ketika kita ‘yadah’ kepada Tuhan, kita mengangkat kedua tangan kita dan merentang-nya (sambil mengayun-ayunkannya ke depan seperti sedang ‘melemparkan’ sesuatu) bersyukur kepada Dia atas berkat-berkatNya; atas kebaikanNya; atas perbuatan-perbuatanNya yang ajaib yang telah dinyatakanNya dalam hidup kita. Kata ini acapkali diterjemahkan sebagai ‘menaikkan syukur’ atau ‘bersyukur’.Selain di dalam kitab Mazmur (tentunya), kata ini dapat kita jumpai di kitab-kitab lainnya di dalam Alkitab perjanjian lama. Kata ini pertama kali disebut di dalam kitab Kejadian 29:35 – Mengandung pulalah ia, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, maka ia berkata: “Sekali ini aku akan bersyukur (yadah) kepada Tuhan.” . . . . .
Towdah : mengangkat tangan untuk memuji Tuhan sambil mempersembahkan sesuatu.
Saat kita ‘towdah’ kepada Tuhan, kita mengangkat tangan; merentangkan dan menadahkannya ke tempat kudus Allah sambil mempersembahkan ‘diri’ kita, bersyukur dan memuji Dia. Sebagaimana ‘yadah’, kata ‘towdah’ pun dapat kita dijumpai dalam berbagai kitab di perjanjian lama (Mazmur, khususnya). Mazmur 50:14 – Persembahkanlah syukur (towdah) sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi.
Barak : pujian dalam bentuk ‘barak’ adalah pujian yang diekspresikan dengan cara merendahkan diri, sujud dan bertelut sebagai tanda penundukan diri dan berserah penuh. Ketika kita ‘barak’ kepada Tuhan, kita melandasinya dengan sikap hati yang berserah penuh, menaklukkan diri pada kedaulatanNya atas hidup kita. Ayub 1:21 – Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah (barak), . . .
Shabach : bersorak-sorai memuji Tuhan, memuliakan, memberikan penghargaan ter-tinggi.
Fokus ‘shabach’ adalah memproklamasikan hormat, kuasa dan kemuliaanNya.
Mazmur 147:12 – Megahkanlah (shabach) Tuhan, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion!
Halal : implikasi ‘halal’ adalah pujian disertai ungkapan kegembiraan yang luar biasa (membuat diri sendiri tampak bodoh, konyol … cenderung ‘mempermalukan diri sendiri’ bagi orang yang tidak terlibat di dalamnya). Adalah pujian jenis ini yang diekspresikan oleh Daud saat ia menari-nari di hadapan Tabut Allah, bersorak-sorai dan ‘meracau’ di hadapan Tuhan sehingga tampak bodoh, konyol dan mempermalukan diri sendiri. Daud tidak menahan-nahan, bahkan membiarkan dirinya dikuasai sepenuhnya oleh dorongan yang kuat untuk ‘halal’ kepada Tuhan. Mazmur 113:3 – Dari terbitnya sampai terbenamnya matahari, *terpujilah (halal) nama Tuhan. (*dalam terjemahan bahasa Inggris: let the name of The Lord be praised = biarlah nama Tuhan dipuji).
Zamar : memuji Tuhan ‘dengan’ atau ‘dengan diiringi’ musik (dalam terjemahan bahasa Inggris: musical worship) … musik vokal, musik instrumental ataupun kombinasi dari keduanya.
Mazmur 147:7 – Bernyanyilah bagi Tuhan dengan nyanyian syukur (towdah), bermazmur-lah (zamar) bagi Allah kita dengan kecapi!
Tehillah : pujian-pengagungan (high-praise), seringkali dikonotasikan dengan rasa syukur atau pengucapan-syukur (thanksgiving).Tehillah dapat diekspresikan secara verbal (diucapkan) ataupun dalam bentuk nyanyian. Mazmur 34:2 – Aku hendak memuji (barak) Tuhan pada segala waktu; puji-pujian (tehillah) kepadaNya tetap di dalam mulutku. Tidak satupun dari ketujuh ekspresi yang bersumber dari tujuh kata Ibrani tersebut memiliki tingkatan yang lebih penting satu dari lainnya, sehingga dengan melakukan yang satu kita dapat mengabaikan sisanya. Setiap kata memiliki maknanya masing-masing dan mewakili ekspresi yang sesuai dengan setiap ‘pujian’ yang kita naikkan kepadaNya. Mazmur 47:8 – Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran (sing praises with understanding (NKJV) = nyanyikanlah pujian dengan pengertian!). Menaikkan pujian kepada Tuhan tidak cukup hanya diekspresikan dengan ucapan verbal ataupun nyanyian. Pujian yang tulus memang bersumber dari hati; meluap melalui mulut disertai ekspresi sikap tubuh yang sesuai dengan isi hati ataupun isi pujian yang kita nyanyikan. Matius 22:37 – Jawab Yesus kepadanya : “ Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
Jadi, ingatlah! jika kita berkumpul (baik itu dalam komsel, ibadah raya, ataupun pertemuan-pertemuan ibadah lainnnya), ketika tiba saatnya kita mengangkat hati kita untuk menaikkan pujian dan sembahan kita kepada Allah, jadilah penyembah-penyembah yang benar! Penyembah-penyembah benar adalah para penyembah yang menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran. Penyembah-penyembah benar adalah para penyembah yang berintegritas. “Maksudkan apa yang kita nyanyikan” dan “nyanyikan apa yang kita maksudkan”. Bebaskan diri kita untuk berekspresi, bukan untuk dilihat orang tapi semata-mata untuk membuat Dia yang menerima pujian dan sembahan kita disenangkan.
S E L A M A T B E R E K S P R E S I !