2. Takut Gagal
Takut gagal berasal dari standar BENAR-SALAH yang sudah tertanam dalam diri kita sejak kecil. Standar tersebut ditanam melalui pengalaman-pengalaman yang menanamkan nilai-nilai yang salah. Kata-kata yang tertanam di dalam hati nurani akan membuat seseorang merasa bersalah dan ketakutan. Rumus yang salah itu adalah :
HARGA DIRI SAYA = PENAMPILAN SAYA + APA KATA ORANG LAIN.
Rumus keberhargaan yang benar adalah :
HARGA DIRI SAYA = PRIBADI SAYA DALAM KRISTUS + APA KATA TUHAN
3. Perfeksionis
Perfeksionis adalah suatu problem kejiwaan di mana seseorang mempunyai paham kesempurnaan (perfect). Perfeksionis adalah bentuk ekstrim dari problem takut gagal. Orang perfeksionis percaya, “Supaya saya berharga (berbahagia), saya harus mencapai kesempurnaan, jika tidak saya… (tidak boleh gagal sedikitpun).” Biasanya seorang perfeksionis berkembang dari orang tua yang perfeksionis. Tuntutan untuk hidup sempurna pada anak yang masih kecil akan melekat dan menjadi kepercayaan yang salah untuk mengontrol hidup anak tersebut seumur hidup. Mereka sangat tersiksa dan orang yang hidup dengan mereka akan tersiksa.
4. Rasa Tertuduh
Ada orang-orang yang begitu terbiasa dengan tuduhan, sampai-sampai mereka TERTUDUH kalau TIDAK TERTUDUH. Tuduhan itu sebenarnya wajar, karena tuduhan adalah alat yang diberikan oleh Tuhan dalam hati nurani untuk memberikan kita peringatan tentang kondisi kita terhadap suatu keadaan. Apabila kita melanggar batas-batas moral, maka hati nurani kita mulai berbunyi. Namun, walaupun demikian keadaan terus menerus tertuduh adalah hal yang tidak sehat.
5. Rasa Tertolak
Ada dua perasaan yang paling ditakuti oleh manusia. Takut mati dan takut tertolak. Rasa tertolak menyebabkan banyak problem kejiwaan, karena menyebabkan seseorang memisahkan diri dari hubungan yang sehat. Ketika seseorang hidup dalam keterisolasian, maka ia akan mengalami keabnormalan. “Komunikasi adalah dasar kehidupan.” Tapi “Penolakan adalah penghancur komunikasi.”
6. Kodependensi (Saling Ketergantungan Emosi).
Kodependensi adalah bentuk saling ketergantungan emosi, yang terjadi antara: orang tua-anak, teman-teman, kakak-adik, pemimpin-bawahan, dan antara saudara seiman. Kodependensi menyebabkan perbuatan saling bergantung yang tidak sehat, karena berakibat KONTROL untuk saling menyenangkan, saling berkorban, saling melayani, saling menolong. Hal ini bukan untuk menyenangkan Allah, tetapi untuk menyenangkan diri sendiri.
OBAT MUJARAB terhadap emosi pembunuh ini adalah Kerajaan Allah. Sebab Paulus berkata, “Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus,”(Rom 14:17). Ketika Kerajaan Allah dating, maka segala penyakit disembuhkan, setan diusir, hidup manusia dipulihkan.
Mari, alami kuasa Kerajaan Allah di dalam kita sehari-hari.