Sebelumnya, kita telah menemukan pentingnya memahami perbedaan antara Evolusi mikro dan Evolusi makro. Evolusi mikro adalah perubahan kecil-kecilan berdasarkan kapasitas variasi menurut isi DNA dalam sel-sel kita, sedangkan evolusi makro adalah falsafah dan teori bahwa bila ada cukup waktu, perubahan-perubahan kecil yang terjadi selama milyaran tahun dapat menghasilkan jenis (genera) yang baru.
Evolusi mikro nyata di mana-mana, misalnya, pada manusia. Manusia memiliki banyak sekali variasi suku, corak, warna kulit, mata dan rambut, ukuran ketebalan tulang, tinggi dsb. Namun manusia selalu menghasilkan manusia. Sama halnya dalam segala jenis (genera) lain. Ada banyak variasi anjing, tetapi anjing selalu menghasilkan anjing. Ada banyak variasi kucing, tetapi kucing selalu menghasilkan kucing. Kucing tidak pernah melahirkan anjing atau tikus. Kucing hanya menghasilkan kucing. Inilah evolusi mikro. Di seluruh kolom geologis dan catatan fosil, evolusi mikro sangat nyata sebagaimana dalam dunia masa kini. Evolusi mikro adalah konsisten dengan pernyataan Firman Tuhan, bahwa semua makhluk menghasilkan keturunan menurut jenisnya. Dalam Kejadian 1 dikatakan bahwa setiap tanaman dan makhluk menghasilkan keturunan menurut jenisnya (genera). Bandingkan Bahasa Ibrani, Bahasa Mandarin dan Bahasa Inggris. Sayang sekali kalimat “menurut jenisnya” tak ada dalam Alkitab bahasa Indonesia, misalnya Kej.1:11-12 dan Kej.1:24-25.
Evolusi makro adalah falsafah dan teori bahwa dengan waktu yang cukup lama, perubahan-perubahan kecil selama milyaran tahun dapat menghasilkan jenis (genera) yang baru, misalnya, ikan berubah menjadi amfibi (salamander), lalu berubah menjadi reptilia (kadal), lalu berubah menjadi mamalia (babi), lalu berubah menjadi (ikan paus). Evolusi makro tidak pernah tampak dalam dunia fosil atau dunia hidup. Evolusi makro yang biasa disebut evolusi atau Darwinisme hanya ada, sesungguhnya, dalam alam pikiran manusia yang diwarnai dengan penolakan akan adanya Pencipta.
Kita memang menghargai dan turut merayakan ilmu Darwin yang mencatat adanya banyak variasi spesies, namun harus ditegaskan bahwa semua variasi, selalu terjadi “menurut jenisnya”. Falsafah Darwinisme bahwa perubahan-perubahan tanpa batas dapat terjadi melalui berbagai mutasi kecil-kecilan, secara spontan dan alamiah, kini terbukti tidak benar karena melanggar hukum-hukum ilmiah seperti hukum genetika DNA, bahkan bertentangan dengan bukti nyata yang ditemukan ilmu geologi dalam fosil-fosil yang ditemukan dalam batu-batuan.
Contoh evolusi mikro 1: Genera Brassica
Saya menyadari bahwa kebanyakan dari kita bukanlah ilmuwan, namun adalah penting untuk kita memahami bahwa prinsip perubahan dalam alam bukanlah suatu proses yang mengubah tanaman menjadi tanaman yang lain atau suatu makhluk menjadi makhluk yang lain. Seringkali kita dibodohi karena kita tidak memahami hal-hal ini sehingga mudah ditipu untuk percaya kebohongan kaum atheis yang mengatakan bahwa kita berasal dari monyet. Salah satu contoh prinsip ini adalah yang terjadi dalam kapasitas variasi tanaman atau sayur-sayuran pada genera atau spesies brassica, yang berasal dari satu tanaman brassica yang kemudian menghasilkan puluhan jenis sayur-sayuran yang kita makan.
Tanaman asli brassica liar adalah sayuran yang dapat dimakan walaupun rasanya kurang enak. DNA-nya kaya sekali dan lewat rekayasa genetika, baik secara alamiah maupun lewat campur tangan manusia, ia dapat menghasilkan berbagai jenis sayuran yang enak sekali dan yang kelihatan jauh berbeda. Namun semuanya berasal dari dasar genetika DNA yang sama.
Dari brassica liar dihasilkan kol, broccoli, bunga kol, dll, yang adalah sayur-sayuran yang biasa kita beli di pasar atau supermarket.
Yang perlu kita pahami, semua variasi dari yang spesies asli bukanlah suatu kemajuan evolusi. Sebaliknya, sayuran yang asli, yang rasanya kurang enak, sebenarnya memiliki semua DNAnya. Kemudian variasi-variasi, misalnya kol, sudah kehilangan sebagian DNA asli, sehingga tidak lagi menghasilkan banyak bunga. Sayur bunga kol sudah kehilangan DNA untuk menghasilkan banyak daun. Inilah evolusi mikro yang terjadi di mana-mana, yaitu kapasitas bervariasi menurut jenis DNA, bukan kapasitas untuk berubah menjadi spesies dengan DNA yang berbeda/baru. Kol tidak pernah akan menjadi apel atau jeruk, karena DNAnya sangat berbeda.
Lihatlah beberapa contoh lain evolusi mikro, yang Alkitabiah dan sangat nyata di alam dan ilmu pengetahuan.
Contoh evolusi mikro 2: Anjing – Genera Canine
Semua anjing adalah keturunan sepasang anjing dari bahtera Nuh. Hal ini diteguhkan dengan bukti bahwa genetika anjing yang lengkap dalam sepasang anjing yang asli itu kini telah merosot ke dalam ratusan jenis, yang semuanya telah kehilangan sebagian DNA asli sehingga menghasilkan berbagai jenis anjing. Namun, anjing tetaplah anjing dan bukan kucing!
Kesimpulan
Anda dan saya adalah anggota generasi manusia yang memiliki berbagai jenis variasi – ras Asia, Afrika, Eropa dsb. Namun, Anda dan saya adalah manusia, dan kita semua tetap akan senantiasa menjadi manusia, bukan monyet. Setiap jenis manusia adalah unik dan hal itu nyata di fosil-fosil yang ditemukan di sepanjang sejarah. Alkitab bukan anti ilmu pengetahuan, Alkitab justru sejalan dengan ilmu pengetahuan. Sayangnya, falsafah anti-Allah saat ini semakin nyata di kalangan para ilmuwan yang pada dasarnya atheis atau agnostik, sehingga mereka ingin menghapuskan Sang Pencipta dari ingatan kita. Sebagai orang percaya, sudah seharusnyalah kita senantiasa berpegang pada apa yang tertulis dalam Alkitab, bukan pada paham-paham anti-Allah ini.