Pada bulan ini kita akan melihat dan belajar betapa pentingnya Firman Kristus bagi kehidupan kita. Firman Kristus adalah Kristus sendiri dan tanpa Firman Kristus tidak mungkin ada iman yang sejati. Iman sejati ialah iman yang terus-menerus bertumbuh sampai seperti iman yang Kristus sendiri miliki, yaitu yang Ia hidupi selama di bumi bersama para murid-Nya.
“Tetapi apakah katanya? Ini: ‘Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.’ Itulah firman iman, yang kami beritakan… Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” – Roma 10:8, 17 (TB)
Alkitab menegaskan bahwa iman timbul dari pendengaran dan pendengaran itu ialah pendengaran akan Firman Kristus. Apa maksudnya? Ketika kita mendengar Firman Kristus, Firman itu hidup karena Firman itu ialah Kristus sendiri; maka, iman Kristus sendirilah yang diimpartasikan ke dalam diri kita. Hasilnya, timbullah iman di dalam diri kita. Itulah sebabnya, Firman Kristus yang diberitakan disebut juga Firman Iman, karena Firman itu ialah Kristus sendiri yang mengerjakan timbulnya iman di dalam diri kita. Firman Iman yang terimpartasi berarti iman Kristus sendiri timbul di dalam diri orang yang mendengarnya. Betapa ajaibnya! Ini diperkuat oleh penjelasan di dalam ayat lainnya, bahwa sekarang Kristus telah berdiam di dalam diri semua orang percaya, karena itu hidup orang percaya adalah hidup dengan menggunakan “iman Putra Allah” yang berdiam di dalam mereka.
“Aku telah disalibkan bersama Kristus. Aku hidup, tetapi bukan lagi aku, melainkan Kristus hidup di dalam aku. Dan apa yang sekarang aku hidup di dalam daging, aku hidup oleh iman Putra Allah yang telah mengasihi aku dan yang telah menyerahkan diri-Nya demi aku.” – Galatia 2:20 (MILT, 2008)
Bagaimana caranya belajar hidup oleh iman Kristus?
Ketika Kristus memanggil murid-muridnya untuk menjadi pengikutnya, Ia berkata, “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” – Matius 4:19 (TB). Kita masing-masing ialah pengikut Kristus. Ternyata, tujuan seseorang menjadi pengikut Kristus adalah menjadi pemagang-Nya untuk kemudian dimuridkan menjadi penjala manusia (pemenang jiwa).
Seorang murid yang menjadi pemagang pertama-tama mengamati dulu bagaimana gurunya (rabinya) melakukan proses “menjala manusia”. Murid-murid saat itu mengamati bagaimana Kristus “menjala manusia” dengan mengusir setan, menyembuhkan orang sakit, memberitakan Injil kerajaan, dan mengajar orang-orang bagaimana hidup dalam Kerajaan Allah (Mat. 4:18-9:38). Selanjutnya, pemagang akan belajar dan berlatih melakukan apa yang mereka amati dilakukan oleh gurunya.
Agar murid-murid dapat melakukan apa yang Kristus lakukan dan dengan demikian menjadi pemagang Kristus, mereka harus belajar menggunakan iman Kristus. Maka Kristus pun memberikan kuasa atau otoritas-Nya, yaitu iman-Nya sendiri, kepada murid-murid-Nya itu: “Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan.” – Matius 10:1 (TB)
Selanjutnya, kita dapat melihat bagaimana Kristus juga mengajar para murid-Nya bagaimana caranya menggunakan iman Kristus dalam menjadi penjala manusia. Suatu saat, Yesus menggunakan peristiwa pengutukan pohon ara untuk mengajarkan prinsip-prinsip menggunakan iman Kristus. Ketika itu Kristus mengutuk pohon ara, dan pohon itu tidak langsung mati, tetapi keesokan harinya pohon itu mati sampai ke akar-akarnya. Petrus pun mengamati peristiwa “aneh” ini dan berkata kepada Yesus bahwa pohon itu telah mati. Yesus kemudian menjelaskan bahwa murid-murid pun dapat melakukan apa yang Ia lakukan itu, dengan syarat mereka (murid-muridnya) memiliki iman Yesus. Dalam Alkitab bahasa Indonesia versi terjemahan Modified Indonesian Literal Translation (MILT), hal ini tampak lebih jelas:
“Dan sambil menanggapi, YESUS berkata kepada mereka, ‘Milikilah iman Allah (Elohim)! Sebab, sesungguhnya Aku berkata kepadamu, bahwa siapa saja yang berkata kepada gunung ini: Terangkatlah dan tercampaklah ke laut, dan dia tidak dibimbangkan dalam hatinya, melainkan percaya bahwa apa yang ia katakan sedang terjadi, apa saja yang ia katakan, itu akan terjadi kepadanya. Oleh sebab itu Aku berkata kepadamu, segala apa saja yang kamu minta dengan berdoa, percayalah bahwa kamu sedang menerima, dan itu akan terjadi kepadamu. Dan ketika kamu berdiri untuk berdoa, ampunkanlah apabila kamu mempunyai sesuatu terhadap seseorang, supaya Bapamu di surga pun mengampunkan kepadamu kesalahan-kesalahanmu. Namun, jika kamu tidak mengampunkan, Bapamu di surga pun tidak akan mengampunkan kesalahan-kesalahanmu.” – Markus 11:21-26 (MILT, 2008)
Mari kita lihat bagaimana cara kerja iman Allah itu di dalam diri kita.
- “Siapa saja”
Iman Allah dapat dipraktikkan oleh siapa saja yang memilikinya, bukan hanya oleh kedua belas rasul. Iman ini diberikan kepada semua murid Kristus yang mau mengikut Yesus dan menjadi pemagang-Nya.
- “Berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut”
Iman Allah berkata kepada gunung (tentang Allah), bukan berkata (meminta) kepada Allah (tentang gunung). Bentuk perkataannya adalah perintah, bukan permohonan. Iman Allah bekerja berdasarkan perintah, bukan permohonan. Yesus mengutuk pohon ara. Sering sekali dalam mengerjakan mukjizat kesembuhan, Yesus tidak memohon dalam doa kepada Bapa, tetapi Ia memerintahkan kesembuhan tersebut. Yesus juga mengusir roh jahat dalam suatu penyakit dan melarangnya untuk kembali. Ini berarti dalam menggunakan iman Kristus kita pun harus harus mempraktikkan perkataan iman yang memerintah, bukan memohon atau meminta, sama seperti Kristus.
- “Dia tidak bimbang dalam hatinya”
Iman Allah telah ditaruh di dalam hati (roh) kita. Namun, di dalam diri (jiwa) kita juga masih ada “iman kedagingan” yang tidak percaya, iman kita sebagai manusia yang masih digoyahkan oleh situasi. “Kita dibenarkan oleh Iman Yesus, karena mengetahui bahwa seseorang tidak dibenarkan atas dasar perbuatan-perbuatan torat, jika tidak melalui iman YESUS Kristus. Kita pun telah percaya kepada Kristus YESUS, supaya kita dapat dibenarkan atas dasar iman Kristus, dan bukan atas dasar perbuatan-perbuatan torat, karena setiap daging tidak akan dibenarkan atas dasar perbuatan-perbuatan torat.” – Galatia 2:16 (MILT, 2008). Iman kedagingan kita percaya bahwa diri kita hanya dapat dibenarkan oleh perbuatan ketaatan kita, dan iman kedagingan ini berusaha memengaruhi iman Allah yang ada di dalam roh kita lewat pikiran-pikiran (jiwa) yang meragukan. Inilah yang disebut pencobaan. Jika dalam pencobaan ini kita menjadi bimbang dan bahkan tidak percaya, hal ini adalah dosa. Namun biarpun jatuh dalam pencobaan sehingga berdosa, kita dapat bertobat kembali. Contohnya, saat kita akan mendoakan seseorang, setan sering menuduh/menipu kita bahwa kita tidak memiliki iman Allah atau bahwa kita bimbang sehingga tidak ada gunanya kita berdoa. Dosa terjadi jika kita menjadi tidak percaya terhadap kuasa Allah di dalam diri kita untuk menyembuhkan, lalu kita mundur dan jera menggunakan iman Allah. Iman Allah bukanlah iman kedagingan manusiawi kita. Iman Allah tidak bimbang dan tidak ragu-ragu.
- “Melainkan percaya bahwa apa yang dia katakan sedang terjadi”
Iman Allah memiliki kuasa untuk merealisasikan/mewujudkan secara nyata apa yang telah dikatakan/didoakan. Realisasi terjadinya itu bisa saja seketika, tetapi mungkin pula merupakan proses, maka kita harus percaya apa yang dikatakan itu “sedang terjadi”. Pohon ara yang dikutuk Yesus tidak langsung mati, tetapi proses kematiannya terjadi selama satu hari hingga hasil akhirnya terlihat. Ada pula realisasi yang langsung terjadi (misalnya dalam 2-3 detik saja, disebut mukjizat), yang lebih lama (misalnya dalam sehari atau beberapa hari, disebut proses kesembuhan / pemulihan), atau bahkan yang bertahun-tahun. Mengapa berbeda-beda demikian? Proses realisasi terjadinya hal yang didoakan tergantung banyak faktor, terutama kedaulatan Allah. Kadang-kadang Allah melakukannya dalam sekejap, kadang-karang setelah beberapa saat kemudian seperti pohon ara itu, kadang-kadang jawaban doa itu datang setelah terjadi peperangan rohani beberapa waktu (misalnya, jawaban doa Daniel datang setelah 21 hari, Dan. 10:12-14), ada pula yang seperti pengalaman Abraham, bahwa apa yang dipercayainya baru menjadi kenyataan di bumi setelah ia meninggal, atau bahkan juga ada yang hanya terjadi di akhir zaman (Ibr. 11:13). Apa pun dan sepanjang apa pun prosesnya, iman Kristus percaya bahwa apa yang didoakan itu prosesnya sedang terjadi.
- “Percayalah bahwa kamu sedang menerima”
Iman Allah/iman Kristus sabar karena percaya bahwa dirinya sedang menerima apa yang sudah ada di alam roh. Konsep ini serupa dengan ucapan yang sering kita dengar sehari-hari: “on the way” (OTW). Itu sebabnya kalau kenyataannya belum terlihat langsung, iman Kristus sabar dan menanti. “Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah.” – Ibrani 6:11-12 (TB)
- “Mengampuni”
Mengampuni ialah sikap yang benar dan penuh kasih. Pengguna iman Allah harus selalu bersikap seperti Allah, yang benar dan penuh kasih, dan bukti bahwa kita benar dan penuh kasih adalah bila kita mengampuni. Sebenarnya iman Kristus bisa saja bekerja sekalipun pada diri seseorang ada kepahitan, tetapi jika kita tidak mengampuni hati nurani kita menuduh kita sehingga akibatnya kita tidak punya keberanian percaya untuk menerima jawaban doa kita (1 Yoh. 5:13-15). Akibatnya, kita pun bimbang dan tertuduh sehingga goyah menjadi tidak percaya dalam hal yang didoakan itu. Orang benar pasti tidak mau membiarkan kepahitan ada di dalam dirinya. Orang benar pasti mau mengampuni seperti Bapa telah mengampuni dirinya. Hasilnya, orang benar akan kuat dan bertumbuh di dalam iman Allah.
Seluruh langkah dan detail ini Kristus ajarkan dan latih kepada para murid-Nya dalam proses Ia memuridkan mereka. Jelaslah, cara dan proses belajar menjadi pemagang Kristus dan hidup menggunakan iman Kristus ialah pemuridan. Mari kita mengakhiri tahun ini dengan senantiasa meneladani murid-murid Kristus: belajar sebagai murid untuk mempraktikkan iman Kristus dan magang kepada Kristus untuk menjadi penjala manusia. Selamat Natal dan selamat tahun baru.