Apa Artinya Milenial?
Kaum milenial (bahasa Inggris: millennials) didefinisikan sebagai masyarakat muda yang lahir pada antara tahun 1980–2000, atau generasi yang sekarang berusia 19 sampai 39 tahun. Secara mayoritas, generasi ini terdiri dari mahasiswa yang sekarang berkuliah, keluarga muda, dan para eksekutif muda. Umumnya mereka belum memegang peran atau tanggung jawab sebagai “decision makers” (pengambil keputusan) tetapi kurang sabar untuk mengubah dunia yang mereka rasa sedang hancur oleh ulah generasi-generasi sebelumnya. Generasi milenial juga disebut Gen-Y.
Beberapa karakteristik yang umum dikaitkan dengan generasi milenial:
- pola berpikir yang lebih terbuka untuk pandangan-pandangan liberal dan humanistik,
- generasi pendukung hak kaum gay dan gaya hidup baru, non-tradisional,
- umumnya menghindari politik tetapi menjadi pecinta alam dan pembela Bumi,
- cara hidup yang berfokus untuk memuaskan diri dan hedonis,
- lebih mengutamakan uang/materialistis, ingin dikenal, punya citra diri yang baik,
- kurang menekankan penerimaan diri, atau masuk kelompok atau gabungan orang lain,
- dikenal sebagai “Generasi Aku” (Generation Me).
Pengaruh Generasi Milenial telah mengubah pemetaan kehidupan Dunia Barat dan menjadi tantangan besar terhadap etika, moralitas, sistem nilai dan evaluasi, sehingga segala sesuatu dipertanyakan dan fondasi-fondasi kehidupan masyarakat yang berabad-abad mulai dibongkar dan dihancurkan. Mereka ialah kelompok yang ingin segera mengubah pola hidup dunia karena mereka yakin bahwa generasi sebelumnya sedang merusak planet Bumi dan menghancurkan masa depan mereka. Indonesia pun tidak bisa menghindar dari dampak ini, karena pada zaman elektronik ini, semua informasi adalah instan dan masif.
Tantangan Gereja dan Pelayanan di Era Milenial
Dalam kehidupan bergereja dan melayani, kita sangat perlu memahami keadaan dunia dan isu-isu yang sedang mendominasi generasi kita sekarang:
Serangan dan bantahan ateisme terhadap dasar-dasar kebenaran Alkitab, khususnya dalam Kejadian 1-3
Setelah 150 tahun teori Darwinisme disebarkan, generasi baru, Gen-Y, kini telah berkeyakinan teguh bahwa manusia pada dasarnya berevolusi dari kera; bahwa Alkitab tidak benar; dan bahwa Allah tidak ada atau sudah mati. Inilah paham ateisme: suatu keyakinan atau “iman” bahwa Allah itu tidak ada. Di dalam segala keyakinan ini, sekali lagi, yang harus diutamakan adalah… AKU. Karena tidak ada Allah, maka tidak ada penciptaan, maka tidak ada hukum moralitas absolut, dan kalau saya mati kelak… sudah habis perkara. Tak ada lagi hal yang penting selain AKU. Jadi, kehidupan harus dievaluasi dan disesuaikan berdasarkan apa yang menguntungkan atau merugikan AKU. Inilah mentalitas yang mendasari kehidupan mayoritas dari generasi milenial saat ini. Perhatikan tantangannya terhadap gereja dan pelayanan kita:
- Kejadian 1:1 – Pada mulanya adalah Allah dan dari Allah.
Bantahan dunia: “Bohong! Allah itu tidak ada.” - Kejadian 1:1 – Allah mencipta.
Bantahan dunia: “Bohong! Semua terjadi karena peristiwa Big Bang (“Ledakan Besar”) dan evolusi.” - Kejadian 1:26 – Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
Bantahan dunia: “Bohong! Manusia ada sebagai hasil evolusi biologis dari kera.” - Kejadian 1:27 – Manusia diciptakan laki-laki dan perempuan.
Bantahan dunia: “Bohong! Di Australia saja paling sedikit ada 33 gender!* Di negara-negara lain bahkan sudah diakui ada 83 gender!” * (Woman, Man, Transgender Man, Transgender Woman, Trans person, Trans Man, Trans Woman, Female to Male, Male to Female, Transsexual, Cisgender, Cis Female, Cis Male, Gender Non-Conforming, None Gender, Non-Binary, Neutrois, Genderfluid, Genderqueer, Demigender, Demigirl, Demiboy, Agender, Intergender, Intersex, Pangender, Poligender, Omnigender, Bigender, Androgyne, Androgyny, Third Gender, Trigender) - Kejadian 1:26-28 – Hidup manusia itu spesial dan berharga. Allah mempunyai rencana luar biasa untuk manusia.
Bantahan dunia: “Bohong! Tidak ada Allah. Tidak ada hidup kekal. Manusia hanya hidup lalu mati. Tidak ada arti, makna, tujuan, maksud, atau keberhargaan lain. Manusia adalah benda gumpalan sel saja yang nantinya akan mati.” - Kejadian 2:17 – Dosa pasti akan dihukum.
Bantahan dunia: “Bohong! Tidak ada Allah; jadi, tidak ada dosa, tidak ada surga dan neraka, dan tidak ada hukuman. Makan dan minum dan bersenang-senang saja sesukamu, karena nantinya kamu akan mati juga. Setelah mati, habis perkara!” - Kejadian 2:18 – Allah menciptakan institusi perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan.
Bantahan dunia: “Bohong! LGBTQIA*-lah yang benar. Laki-laki boleh dengan laki-laki. Perempuan boleh dengan perempuan. Manusia boleh kawin dengan binatang. Cinta adalah cinta; antara siapa pun yang merasakan dan menginginkannya!” * (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Queer, Intersex, Asexual) - Kejadian 3:15 – Ada janji Juru Selamat untuk manusia.
Bantahan dunia: “Bohong! Allah itu tidak ada. Tidak ada dosa. Tidak ada hukuman. Tidak ada surga atau neraka. Tidak ada hidup setelah kematian. Jadi, manusia tidak perlu Juru Selamat. Setelah manusia mati, habis perkara. Tidak ada apa-apa lagi. Untuk apa diperlukan Juru Selamat?”
Agnostisisme di dalam Gereja
Ateisme ialah keyakinan ajaib karena para penganutnya memiliki iman bahwa tidak ada Allah; bagaimana bisa keyakinan ini bisa dibuktikan? Namun ada pula keyakinan yang terkesan sedikit lebih “wajar” dan disukai lalu dianut oleh banyak orang di era milenial ini: agnostisisme.
Agnostisisme adalah roh yang tidak peduli. Acuh tak acuh. Penganutnya disebut kaum agnostik. Memang, di dunia ini banyak sekali orang agnostik. Mereka bukan tidak percaya, mereka hanya tidak peduli: “kalau memang Allah itu ada, terserah Dia saja mau melakukan apa, saya tidak mau tahu”. Kaum agnostik juga hanya mementingkan AKU. Yang penting bagi mereka hanyalah kenyamanan diri mereka tidak terganggu atau terusik.
Sikap acuh tak acuh ini tanpa disadari juga masuk ke dalam Gereja; banyak anggota jemaat mengikuti ritual ibadah tetapi tidak menikmati hadirat Allah atau tidak bertumbuh di dalam persekutuan orang-orang percaya atau tidak berubah oleh pemberitaan Firman. Mungkin mereka mengaku percaya Yesus dan Firman-Nya, tetapi sikap hati mereka adalah agnostik, tidak peduli, tidak ada semangat untuk melakukannya, atau tidak ada kerelaan untuk taat kepada-Nya (Titus 1:6; 2 Timotius 3:1-9).
Perlawanan global terhadap kebenaran bahwa Allah adalah kehidupan dan kehidupan itu kekal adanya
Dalam Firman Tuhan, ditegaskan bahwa Allah adalah sumber kehidupan dan kehidupan itu adalah kekal. Dalam Pengkhotbah 3:11, dijelaskan bahwa Allah menciptakan kekekalan dalam setiap manusia, “Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” Suka atau tidak suka, setiap manusia adalah kekal. Mereka akan kekal di surga atau kekal di neraka. Setiap manusia adalah mahal, berharga, penting, dan bernilai kekal; tetapi generasi sekarang tidak mengindahkan kehidupan. Itulah sebabnya, misi kita kita sebagai Gereja adalah melayani dunia dengan membawa Injil kepada setiap manusia.
Di seluruh dunia, saat ini terjadi perlawanan yang menggila dan terang-terangan terhadap kebenaran ini, dalam berbagai bentuk. Yang menjadi gejala-gejala kegilaan ini termasuk:
- Aborsi (untuk alasan apa pun) – Mau laki-laki, tetapi bayinya ternyata perempuan, maka diaborsi. Ingin mendapat satu bayi, tetapi bayi yang dikandung ternyata kembar, maka salah satunya diaborsi. Ingin hidup bebas dan aktif berhubungan seksual dengan siapa saja yang diinginkan tanpa tanggung jawab sebagai orang tua, tetapi karena kegagalan kontrasepsi ternyata hamil, maka bayinya diaborsi. Di banyak tempat, kini “aborsi” bahkan bisa dilaksanakan setelah bayi lahir. Dunia tidak lagi melihatnya sebagai pembunuhan, meski aborsi pada dasarnya adalah tindakan mencabut nyawa seorang manusia yang telah diciptakan Allah. Dunia terus mengkampanyekan aborsi sebagai pilihan dan hak, dan setiap saat semakin banyak manusia yang menyetujuinya.
- Euthanasia – Mengakhiri kehidupan seseorang menjadi legal di berbagai negara, bahkan tanpa mempertimbangkan usia orang itu lagi. Alasannya bermacam-macam: bosan dengan kehidupan, putus hubungan dengan pacar, merasa tak punya masa depan, atau apa pun. Ada cara modern yang “aman” dan “legal”: beri tahu saja dokter kamu tidak mau hidup lagi, dan jelaskan alasannya dengan mantap. Di Eropa saja, sudah ada beberapa negara yang melakukan tindakan euthanasia medis terhadap remaja.
- Pembatasan masa hidup – Masalah perubahan iklim global, kekurangan makanan dan air, serta kelebihan populasi telah menghasilkan diskusi serius tentang panjang usia manusia dengan sekian argumentasi, yang kesimpulannya:
“Anda pasti tidak mau anak-anak Anda kelak melihat Anda menderita di masa tua, sakit dan sengsara. Anda juga pasti tidak mau mereka menderita kelaparan kelak karena orang tua seperti Anda hidup terlalu lama dan membuat makanan dunia habis!”
Diskusi tentang topik ini menjurus kepada kesimpulan bahwa kehidupan populasi bumi masa kini tak dapat dipertahankan, dengan kebutuhan utama untuk mengurangi jumlah manusia. Aborsi jutaan anak tidak berhasil menjadi solusi. Kebijakan “satu anak saja” di Tiongkok pun tidak berhasil. Maka, kehidupan manusia harus diperpendek. Dalam diskusi semacam ini, dibahas kemungkinan bahwa 70 tahun menjadi usia kematian atau batas kehidupan manusia. Kebanyakan orang masih cukup sehat sampai usia itu dan belum menjadi beban yang terlalu berat atas masyarakat; lalu melewati usia 70 tahun, para manula semakin menjadi beban bagi orang sekitar, jadi dianggap sebaiknya kita bersepakat mengakhiri hidup mereka pada batas usia itu supaya keturunannya tidak harus memikul beban itu.
Bayangkan, Anda esok hari berulang tahun ke-70. Keluarga besar Anda dan para sahabat diundang untuk menghadiri pesta perpisahan yang megah dan mulia, dan acara penting ini difasilitasi dan dibiayai oleh pemerintah. Makan, minum, bersenang-senang di dalam kebersamaan, lalu seluruh tamu undangan mengucapkan salam perpisahan kepada Anda, tepat pada waktu tengah malam. Kemudian, Anda yang kini telah berusia 70 tahun keluar melalui sebuah pintu khusus dan lenyap. Pintu tertutup. Anda tidak kembali lagi. Anda dimatikan.
Paham pembatasan masa hidup ini berdasarkan keyakinan bahwa tidak ada Allah, tidak ada dosa, tidak ada penghakiman, tidak ada surga dan neraka, dan tidak ada kehidupan setelah kematian. Padahal, semuanya itu palsu. Kebenarannya, ada Allah, ada dosa, ada penghukuman, ada surga ada neraka, dan ada Juru Selamat: Yesus Kristus.
Dampak semuanya ini besar. Serangan-serangan agama, politik dan sosial menyebabkan larangan penggunaan bahan bakar fosil sehingga harus segera dikurangi sampai bisa dihentikan. Di Australia, hal ini menyebabkan biaya penggunaan listrik meningkat sampai 300% dan masyarakat jadi menderita. Di Amerika Serikat, seorang tukang roti tidak mau membuat kue untuk pernikahan pasangan gay justru didenda sampai bangkrut dan toko rotinya tutup. Dunia sedang berubah drastis. Pemetaan politik, moral, norma, etiket, agama, dan sosial berubah jauh dan dalam 10-15 tahun ke depan dampaknya akan menjadi global. Kita di Indonesia pun akan semakin merasakannya.
Bagaimana Sikap dan Strategi Gereja yang Tepat dalam Menghadapi Era Milenial?
- Menggali kembali Firman Tuhan tentang kebenaran dasar dalam Kejadian 1-3
Seperti telah kita simak bersama, gerakan Generasi Milenial atau Gen-Y telah berhasil mengubah pola berpikir dunia dan paradigma-paradigma kehidupan. Sebagai orang percaya, kita tidak boleh melakukan dosa pembiaran atau terseret ikut menjadi agnostik terhadap kuasa Firman.
Bagi generasi tua atau muda, Firman adalah pewahyuan kebenaran yang kekal dan berlaku. Selidikilah kebenaran-kebenaran di dalam Kejadian 1-3 dan temukanlah jawaban-jawaban dalam Firman dan juga dalam ilmu pengetahuan. Mari menjadi bijak, berani, dan rajin. Jangan bodoh! Jangan menyerah! Saat ini ada banyak sekali bukti ilmiah yang meneguhkan kebenaran Alkitab tentang asal usul manusia, usia bumi yang jauh lebih muda dari perhitungan yang dipercaya banyak orang, kekhususan setiap makhluk hidup, dan kemustahilan suatu spesies berevolusi menjadi spesies yang berbeda atau lebih rumit. Sekarang bahkan sudah ditemukan darah dan daging fleksibel T-Rex dan berbagai spesies dinosaurus lainnya, yang membuktikan bahwa dinosaurus bukanlah makhluk yang hidup jutaan tahun lalu. Jangan malas; belajarlah!
2 Timotius 2:15: “Usahakanlah (Yunani – spoudazo = berusaha dengan cepat, belajar) supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.”
Kalau kita sebagai Gereja mencintai jemaat, kita akan mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh supaya menyelamatkan generasi ini.
- Menemukan kembali visi kita dan mengenali Maksud Abadi Allah
Generasi ini sedang berjalan buta tanpa pemimpin. Ada roh kegilaan seperti dinubuatkan dalam Daniel 4: akan terjadi tujuh kali kegilaan yang akan melanda dunia pada akhir zaman, seperti yang terjadi di zaman Nebukadnezar yang menjadi gila selama tujuh tahun. Tanpa pewahyuan, tanpa visi, kita juga bisa menjadi buta dan menjadi pemimpin buta yang memimpin orang buta. Zaman ini sedang berteriak membutuhkan untuk pahlawan-pahlawan iman, umat yang tahu dari mana kita dan ke mana kita.
Allah sudah memiliki rencana mulia “sebelum dunia dijadikan” dan kalau kita mau hidup efektif dan berhasil, kita akan mencari rencana kekal itu, dan mengajarkannya, dan mempraktikkannya, dan menghidupinya. Hasilnya, generasi masa kini mendapatkan ilham, inspirasi, wahyu, dan cahaya terang yang akan menjawab teriakan kebutuhan mereka.
Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda puas dengan perkembangan dan kemajuan pribadi Anda selama sepuluh tahun ini? Apakah Anda mau sepuluh tahun ke depan Anda menjadi sama seperti itu, atau tidak?
Jika Anda ingin masa sepuluh tahun ke depan menjadi masa pemulihan, pembangunan, dan masa tuaian besar, siapkan diri Anda sendiri untuk BERUBAH dan BERTUMBUH mencapai potensi yang Tuhan ciptakan di dalam diri Anda saat Dia memanggil Anda untuk mengikuti-Nya!