///Gereja yang Saling Mengasihi dengan Radikal

Gereja yang Saling Mengasihi dengan Radikal

Kita sudah merenungkan bulan lalu tentang ciri pertama Gereja zaman akhir, yaitu suka berdoa. Kali ini kita akan belajar tentang ciri kedua: Gereja yang saling mengasihi dengan radikal.

Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.” (1 Ptr. 4:8, TB)

 

Gereja zaman akhir adalah gereja yang saling mengasihi bukan dengan kasih manusiawi, tetapi dengan kasih Bapa yang sempurna. Mereka mengasihi singguh-sungguh seorang akan yang lain dengan kasih Agape, yaitu kasih Allah yang tidak bersyarat. Petrus menyatakan bahwa kasih Agape menutupi banyak dosa; inilah yang dimaksud dengan mengasihi dengan sungguh-sungguh atau mengasihi secara radikal. Apakah artinya?

 

 

Mengasihi = Mengampuni
Berdasarkan referensi sejarah dan budaya, istilah “menutupi dosa” sangat mungkin mengacu kepada konsep peraturan perjanjian lama tentang dosa yang “ditutupi” dengan darah binatang. Pada masa perjanjian lama, seseorang yang berbuat dosa akan datang kepada seorang imam lalu mengakui dosanya, dan imam itu akan mengorbankan seekor binatang korban lalu “menutupi” dosanya dengan darah binatang itu. Pada dasarnya, ini menunjukkan bahwa menutupi dosa dapat berarti mengampuni dosa. Dalam Alkitab terjemahan BIMK (Bahasa Indonesia Masa Kini), ayat ini menjelaskan bahwa kasih yang sungguh-sungguh itu menyebabkan kita mampu dan bersedia saling mengampuni:

 

Lebih daripada segala-galanya, hendaklah kalian sungguh-sungguh mengasihi satu sama lain, sebab dengan saling mengasihi kalian akan bersedia juga untuk saling mengampuni.” (1 Ptr. 4:8, BIMK)

 

Petrus menulis demikian mungkin juga karena dia teringat pengajaran Yesus tentang kasih yang bersedia mengampuni banyak dosa. Masih ingatkah Anda ketika Petrus bertanya tentang berapa kali sebenarnya ia harus mengampuni saudaranya yang berbuat kesalahan? Apakah jawabannya 7 kali sehari?

 

Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: ‘Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?’ Yesus berkata kepadanya: ‘Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.’” (Mat. 18:21-22, TB)

 

Jawaban Yesus bukanlah 7 kali, melainkan 70 kali 7 kali (490 kali) dalam sehari, dengan konteks terhadap saudara yang sama dan untuk kesalahan yang sama. Wah, mana mungkin kita mampu? Memang, hal ini tidak mungkin kalau kita menggunakan kasihi manusiawi kita. Namun bila kita menggunakan kasih Bapa, kita akan menjadi mampu dan rela mengasihi dengan mengampuni tanpa batas.

 

Menghadirkan Budaya Kerajaan Allah di Bumi

Gereja zaman akhir adalah komunitas kerajaan yang diutus oleh Allah ke bumi untuk menghadirkan budaya Kerajaan Allah di bumi, sehingga manusia yang belum percaya dapat melihat budaya Kerajaan Allah dan dapat dibawa masuk untuk hidup di dalam Kerajaan Allah pula.

 

Riwayat strategi kolonialisme Romawi dapat melukiskan hal ini dengan jelas. Pada zaman dahulu, ketika kerajaan Romawi menaklukkan sebuah kerajaan lain, mereka mengutus 300 penduduk sipil Romawi dengan dibiayai oleh kaisar Romawi sendiri untuk mendirikan koloni kerajaan Romawi di wilayah yang ditaklukkan itu. Koloni itu disebut “Roma kecil”. Tujuan pendirian koloni itu adalah untuk menghadirkan budaya kerajaan Romawi di wilayah yang ditaklukkan itu, karena kerajaan Romawi menganggap budayanya lebih tinggi/unggul daripada budaya wilayah yang ditalkukkan. Koloni “Roma kecil” bertugas mendemonstarikan budaya Romawi (tehnologi, musik, seni, nilai-nilai filosofi, dan cara hidup sehari-hari) kepada masyarakat sipil setempat, agar mereka melihat betapa baiknya atau hebatnya budaya Romawi dibandingkan dengan budaya setempat, sehingga mereka tertarik untuk bergabung menjadi warga negara Romawi. Memang strategi ini tidak berhasil dengan sempurna, tetapi sekalipun mereka tidak mau bergabung menjadi warga negara Romawi, sedikit atau banyak budaya Romawi telah memengaruhi dan mengubah budaya setempat di wilayah taklukan itu.

 

Demikian juga, prinsip yang sama harus terjadi dengan Kerajaan Allah di bumi ini. Budaya Kerajaan Allah adalah kasih, yaitu kasih Agape yang kita pelajari ini. Kristus menebus kita dari kehidupan berbudaya kegelapan ke kehidupan berbudaya terang dalam kasih Agape. Melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, Kristus melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa kegelapan dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya. Selanjutnya, Kristus mengutus warga Kerajaan-Nya (komunitas Kerajaan Allah) untuk membangun koloni-koloni Kerajaan Allah dan mendemonstrasikan budaya Kerajaan Allah di bumi ini. Ketika manusia melihat budaya Kerajaan Allah, yaitu kasih Agape, mereka akan melihat perbedaannya dengan cara hidup mereka sendiri sehingga mereka ingin bergabung menjadi warga Kerajaan Allah. Budaya Kerajaan Allah inilah yang akan “menggarami” budaya masyarakat di bumi. Bila kita saling mengasihi, dunia akan mengetahui bahwa kita adalah murid Kristus.

 

Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yoh. 13:34-35, TB)

 

Dengan membangun komunitas Kerajaan Allah di mana-mana, kita dapat mendemonstrasikan budaya kasih Agape dimana-mana, sehingga semakin banyak orang yang dapat melihat manifestasinya dan bergabung ke dalam Kerajaan Allah. Inilah yang harus dilakukan oleh Gereja zaman akhir. Gereja zaman akhir adalah gereja yang dapat memperluas Kerajaan Allah di bumi.

 

Proses ini tentu diawali dengan kita masing-masing hidup dalam kasih Agape, mengasihi sesama, lalu saling mengasihi dalam komunitas. Dari sini, orang-orang di luar komunitas akan melihat demonstrasi budaya hidup kasih Agape. Lalu, tahap selanjutnya yang juga penting adalah memenuhi bumi dengan komunitas-komunitas Kerajaan Allah yang menghidupi budaya Kerajaan Allah, yaitu memperluas Kerajaan Allah. Satu-satunya cara yang tepat untuk tahap ini adalah dengan memultiplikasikan komunitas-komunitas Kerajaan Allah yang berbudaya kasih Agape tersebut.

 

Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’ Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ‘Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’” (Kej. 1:26-28, TB)

 

Marilah kita menjadi komunitas-komunitas Kerajaan Allah dan menghidupi budaya kasih serta pengampunan yang radikal, sehingga orang-orang di sekitar kita dapat dipengaruhi oleh budaya Kerajaan Allah. Dengan kita menghidupi dan menghadirkan budaya Kerajaan Allah, akan semakin banyak orang yang mengalami kasih Allah.

2021-04-28T10:28:46+07:00