Penelitian ini dilakukan oleh sebuah tim dari Universitas Pisa di Italia. Mereka menemukan bahwa daya tarik jasmani kita terhadap pasangan hanya akan bertahan selama 2 tahun. Ketika pasangan memasuki fase hubungan yang semakin mapan, hormon seksualitas umumnya berkurang.
Gua udah “ill Feel” ama dia
Skala cinta dalam tubuh kita ditentukan oleh sebuah hormon yang bernama neutrophin. Hormon yang berada dalam aliran darah kita itulah yang mengendalikan tingkat hasrat kita terhadap pasangan. Neutrophin akan meningkat saat seseorang sedang dilanda asmara. Dengan meningkat berarti persediaan hormon ini makin berkurang. Jadi bagi pasangan yang selama pra nikah sudah terlanjur intim karena meng-“konsumsi” hormon asmara ini, tentunya saat mereka menikah stok persediaan hormon ini sudah di bawah level normal. Jadi kalau pasangan yang normal bisa menikmati hormon asmara ini dalam pernikahan selama 2-3 tahun, maka pasangan ini bisa-bisa hanya 1 tahun atau bahkan bisa-bisa “tekor” (deficit). Bisa dibayangkan apa jadinya masuk dalam pernikahan dengan “ill feel”, bulan madu sudah kehilangan madunya sejak awal tinggal bulannya saja. Itulah sebabnya akhirnya banyak pasangan yang mudah selingkuh, karena yang dicari adalah kenikmatan hormon neutrophins tesebut. Karena memang hormon asmara ini bisa timbul bila berhubungan dengan orang lain. Haah…jadi itulah alasannya mengapa sampai ada yang sampai rekor kawin cerai sampai 8 kali (selebritis Hollywood 1995, Lana Turner).
Kesimpulan penelitian tersebut diambil dari sampel darah relawan penelitian Universitas Pisa. Dari hasil analisa, hormon neutrophins yang dipercaya bisa membangkitkan gairah seksual, menurun pada orang-orang yang menikah lebih dari dua tahun.
Pertanyaannya: Bagaimana hubungan suami isteri setelah hormon asmara ini habis? Menurut penelitian yang sama, maka akan dihasilkan hormon oxtocyn yang lebih kuat menimbulkan rasa cinta. Reaksi yang sering timbul lebih kepada keinginan untuk memberi kehangatan seperti pelukan. Hanya masalahnya hormon oxtocyn ini baru dihasilkan selama ada “TRUST” (saling mempercayai) yang tetap terbangun di antara suami istri.
Padahal dalam pernikahan justru “TRUST” ini yang sulit dibangun, dengan perbedaan jenis kelamin, cara berfikir belum lagi ditambah perbedaan temperamen yang sering memancing timbulnya asumsi yang merusak “TRUST”. Memang ada orang bilang pernikahan adalah sesuatu yang paling mustahil dilakukan di dunia ini, mengapa? Karena dua orang yang sangat berbeda harus mengikatkan diri dalam komitmen seumur hidup dan harus berinteraksi selama hampir seharian.
Di sinilah letaknya pebedaan pernikahan Kristen dan bukan. Karena kalau pernikahan diluar Kristus, maka usaha yang dibangun untuk membangun TRUST di antara suami istri adalah dengan mengandalkan kekuatan sendiri, dan itu tidak mungkin dilakukan. Sedangkan pernikahan Kristen adalah pernikahan yang melibatkan Tuhan didalam membangun TRUST satu sama lain, bagaimana mempraktekkan KASIH AGAPE. Kasih inilah yang sanggup menjaga TRUST di antara suami isteri, yang akan mendorong terus diproduksinya hormon oxtocyn terus menerus.
Tapi di tahun-tahun pertama pernikahan (2-3 tahun) tidaklah mudah untuk bisa ‘handal’ membangun TRUST dengan KASIH AGAPE, karena masih banyak perbedaan yang baru terlihat di awal pernikahan. Oleh karena itu Tuhan anugerahkan hormon asmara neutrophin, supaya jika saat terjadi konflik karena perbedaan suami isteri lebih mudah mengampuni dan menerima dengan adanya hormon asmara ini, sampai sudah cukup waktu saling mengenal maka KASIH AGAPE mulai lebih dominan mewarnai hubungan mereka sehingga TRUST terbangun dan hormon oxtocyn diproduksi sampai kematian memisahkan mereka sesuai komitmen janji nikah mereka.
Tapi seandainya seperti diutarakan di bagian awal bahwa hormon neutrophin habis sebelum waktunya padahal pasangan ini belum cukup TRUST terbangun, maka hormon pengganti yaitu hormon oxtocyn belum bisa cukup dihasilkan. Maka menjadi tawarlah hubungan di antara kedua sejoli ini.
Semakin intim hubungan yang dilakukan pasangan sebelum menikah maka akan semakin cepat habis hormon asmara dan ini sebenarnya adalah bencana bagi pernikahan mereka.
Bimbingan PraNikah Abbalove sangat memahami keadaan ini, oleh karena itu salah satu prinsip yang terus menerus dipantau selama pasangan yang mengikuti program Bimbingan PraNikah adalah kemampuan mengatur tingkat keintiman dengan pasangan selama pra nikah. Pengorbanan besar yang diberikan selama pranikah untuk menjaga kekudusan tidak ada artinya jika dibandingkan dengan kebahagiaan yang akan diperoleh selama pernikahan nantinya.
Oleh : Yusuf Ho (Board of Leadership Bimbingan Pra Nikah Abbalove Ministries)
Acuan dari berbagai sumber