///Hidup dengan Iman Allah

Hidup dengan Iman Allah

Pada edisi sebelumnya, kita telah belajar memahami perbedaan iman yang manusiawi saja, yang dipengaruhi oleh kedagingan kita, dengan iman Allah yang dimiliki oleh Yesus Kristus. Dalam pembahasan kita, iman Allah juga disebut dengan iman Kristus. Kali ini, kita akan melanjutkan pembelajaran dan latihan kita dalam hal hidup dengan iman Kristus itu. Sejak kita dilahirkan baru, Kristus berdiam di dalam diri kita, supaya Dia dapat menjadi pusat hidup kita. Itulah tujuan-Nya. Lalu, bagaimanakah caranya kita mengizinkan Kristus hidup di dalam diri kita? Apakah bagian yang harus kita lakukan?

 

Aku telah disalibkan bersama Kristus. Aku hidup, tetapi bukan lagi aku, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan apa yang sekarang aku hidup di dalam daging, aku hidup oleh iman Putra Allah yang telah mengasihi aku dan yang telah menyerahkan diri-Nya demi aku.” – Galatia 2:20, MILT (2008)

 

Dari ayat ini, tampak bahwa kita harus hidup oleh iman Putra Allah. Ini berarti kita harus menggunakan iman Kristus, bukan iman manusiawi kita. Ini bisa dan pasti terjadi karena di dalam diri kita yang telah dilahirkan baru, yang hidup bukan kita lagi tetapi Kristuslah yang hidup di dalam kita. Dengan demikian, berarti iman Kristuslah yang bekerja di dalam kita. Paulus berkata bahwa cara Kristus mengasihi kita ialah menyerahkan diri-Nya bagi kita. Perhatikan bahwa yang Allah berikan kepada kita bukanlah “sesuatu” (benda, hal), tetapi seorang “pribadi”, yaitu diri Kristus sendiri. Kristuslah yang menjadi bagian kita dan berkuasa atas kita sekarang. Kristus ingin mengoperasikan hidup kita, dan iman-Nyalah yang akan bekerja di dalam hidup kita. Lalu, apakah ini berarti kita menjadi pasif dan tidak melakukan apa-apa? Sama sekali tidak! Penyatuan kita dengan Kristus membuat Dia manunggal dengan kita, dan ini berarti kita dan Kristus bergerak/bertindak bersama-sama dalam kesatuan. Tuhan tidak membuang peran diri kita, Dia tidak menghilangkan diri kita. Ketika kita bertindak dengan iman Kristus, itu berarti Kristus sendiri yang bertindak di dalam kita. Sejak kita manunggal dengan Kristus, iman Kristus itu pun manunggal dengan iman kita. Iman Kristus menjadi iman kita. Mari kita simak penjelasannya lebih lanjut berikut ini.

 

 Iman yang Sebiji Sesawi Saja

Sekali lagi, sejak kita lahir baru, Kristus telah berdiam di dalam roh kita sehingga iman Kristus telah ada di dalam kita. Karena itu, kita tidak perlu lagi berusaha memperoleh iman Kristus, tetapi yang penting kini bagi kita ialah hidup dengan menggunakan iman Kristus tersebut.

Tanpa menggunakan iman Kristus, tidak ada seorang pun yang mampu mempraktikkan standar kekristenan seperti dalam Alkitab. Kita tidak mungkin taat melakukan Firman sesuai dengan standar Allah dengan iman manusiawi. Kita tidak mungkin hidup saling mengasihi seperti Kristus mengasihi, hidup kudus, hidup benar, hidup dengan standar moral Alkitab, tanpa iman Kristus. Apalagi mengampuni seperti Kristus mengampuni kita! Suatu saat, murid-murid Yesus bertanya berapa kali mereka harus mengampuni seorang musuh dalam sehari. Apakah tujuh kali sehari? Apakah tujuh puluh kali sehari? Yesus tegas menjawab pertanyaan itu: mengampuni bukanlah tujuh kali, tetapi harus dilakukan 70 kali tujuh kali (Luk. 17:3-4; Mat. 18:22-23). Mendengar jawaban Yesus itu murid-murid, yang menggunakan iman manusiawi, berkata: “Tambahkanlah iman kami…” (Luk. 17:5). Memang benar, tak mungkin mengampuni, hidup benar, dengan standar Allah dengan iman manusiawi saja. Lalu, bagaimanakah murid-murid dapat mempraktikkan pengampunan yang demikian? Nah, Yesus menjawabnya dengan menjelaskan ukuran iman Allah: “Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.” – Lukas 17:6, TB

 

Perkataan Yesus “kalau sekiranya kamu mempunyai” berarti murid-murid memang belum mempunyai iman yang sebesar biji sesawi itu. Yesus menawarkan sesuatu yang tidak dimiliki oleh murid-murid saat itu, padahal jelas murid-murid mempunyai iman. Namun masalahnya, iman mereka itu barulah iman yang manusiawi, yang seberapa besarnya pun tidak akan memampukan mereka untuk mempraktikkan pengampunan dengan standar Allah itu. Yang Yesus jelaskan kepada mereka ialah iman Allah, yang meskipun hanya sebesar biji sesawi, kuasanya pasti. Iman Allah bukanlah soal ukuran yang besar atau kecil. Iman Allah ialah soal ada atau tidak; dan kita yang telah menjadi milik Kristus telah dikarunia iman Allah.

 

Iman yang Memindahkan Gunung

Suatu hari, Yesus sengaja mengutuk pohon ara sehingga mati sampai ke akar-akarnya. Kejadian itu tujuannya untuk mengajarkan pelajaran iman Allah kepada murid-murid-Nya. Pada hari berikutnya, Petrus memperhatikan bahwa pohon itu memang sudah mati sampai ke akar-akarnya. Dari kejadian ini, Yesus mengajarkan bahwa murid-murid pun dapat melakukan yang sama jika mereka mempunyai iman Allah. Iman apakah iman Allah itu?

 

Dan sambil menanggapi, YESUS berkata kepada mereka, “Milikilah iman Allah (Elohim – 2316)! Sebab, sesungguhnya Aku berkata kepadamu, bahwa siapa saja yang berkata kepada gunung ini: Terangkatlah dan tercampaklah ke laut, dan dia tidak dibimbangkan dalam hatinya, melainkan percaya bahwa apa yang ia katakan sedang terjadi, apa saja yang ia katakan, itu akan terjadi kepadanya. Oleh sebab itu Aku berkata kepadamu, segala apa saja yang kamu minta dengan berdoa, percayalah bahwa kamu sedang menerima, dan itu akan terjadi kepadamu. Dan ketika kamu berdiri untuk berdoa, ampunkanlah apabila kamu mempunyai sesuatu terhadap seseorang, supaya Bapamu di surga pun mengampunkan kepadamu kesalahan-kesalahanmu. Namun, jika kamu tidak mengampunkan, Bapamu di surga pun tidak akan mengampunkan kesalahan-kesalahanmu.– Markus 11:21-26, MILT (2008)

 

Jelaslah, agar kita dapat melakukan kehendak Allah (yang mustahil kita sanggup lakukan dengan iman manusiawi kita sendiri), kita perlu memiliki dan menggunakan iman Allah. Kata “iman” dalam penjelasan iman Allah ini dalam bahasa Yunani merujuk pada makna “iman yang sejenis dengan iman Allah”. Inilah iman Allah. Iman Allah ini telah diimpartasikan ke dalam hidup kita pada saat Kristus berdiam di dalam kita, yaitu saat kita dilahirkan baru di dalam Dia. Kita perlu belajar bagaimana hidup menggunakan iman ini.

 

 

Pemulihan Jiwa: Cara untuk Belajar Mempraktikkan Iman Allah

Iman Allah (iman Kristus) telah berada di dalam roh kita. Roh kita telah bersatu dengan Kristus, sehingga roh kita memiliki kapasitas atau kemampuan untuk percaya sesuai dengan Iman Allah. Roh kita tidak bermasalah dalam hal ini, tetapi jiwa dan tubuh kita yang belum sempurna memang masih selalu berusaha membimbangkan kita sehingga kita gagal mempraktikan iman Kristus melalui jiwa dan tubuh kita.

 

Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan.– Yakobus 1:6-7, TB

 

Perhatikan bahwa janji Tuhan tidak dapat diperoleh bila ada kebimbangan dalam hati kita. Hati kita adalah pusat segala pikiran, perasaan, kehendak yang berkaitan dengan jiwa maupun roh kita. Yang manakah yang membimbangkan hati kita: jiwa kita atau roh kita? Jiwa kita. Ketika di hati kita ada pertentangan antara keyakinan dalam iman Kristus yang ada di dalam roh dengan ketidakpercayaan dari jiwa dan daging, terjadilah keadaan “mendua hati”. Inilah yang disebut kebimbangan hati. Akibatnya, kita tidak menerima apa yang kita doakan. Lalu, apakah solusinya? Tak lain lagi, pembaharuan jiwa kita. Pembaharuan jiwa dimulai dari pembaharuan pikiran, yang kemudian memengaruhi perasaan dan akhirnya menjadikan tubuh kita taat melakukan kehendak Allah. Alhasil, kita menerima apa yang kita doakan. Itulah hidup di dalam iman Allah. Itulah pula yang Yakobus 1:19-26 ajarkan selanjutnya.

Mari kita belajar hidup mempraktikkan iman Allah dengan pemahaman yang baru kita pelajari ini, dengan semakin giat melakukan pembaharuan jiwa lewat perenungan Firman setiap hari. Kiranya kita semua terus bertumbuh dalam iman Allah di dalam kehidupan kita tahun ini.

2020-01-22T14:23:28+07:00