Pada bulan Februari 2023 yang lalu, saya berkesempatan mengunjungi kota Sapporo di Jepang. Kebetulan, saat itu ada acara pameran yang disebut “Ice and Snow Festival”. Lebih tepatnya, itu adalah sebuah pameran hasil karya seni pahatan es dan salju (ice and snow carving). Awalnya saya kurang paham perbedaan antara ice festival dengan snow festival, karena sekilas keduanya terkesan serupa, tetapi ternyata perbedaannya terletak pada bahan atau objek yang dijadikan karya seni. Di snow festival, karya seni pahat yang dipamerkan bahan dasarnya adalah snow atau salju, sementara di ice festival, bahan dasarnya adalah ice atau es padat.
Salju pada dasarnya lebih lembut dan tidak padat secara materi, sehingga lebih mudah dibentuk. Namun, hasil seni pahatannya tidak bisa rapi dan mendetail. Salju berbeda dengan es padat, yang karena memang sangat padat dan keras, lebih sulit dibentuk tetapi hasil pahatannya lebih rapi, banyak detailnya, dan lebih bertahan lama. Alhasil, ketika kedua jenis karya seni pahat itu dinikmati banyak orang, terlihat jelas bahwa ice festival lebih mengandung unsur seni yang tinggi dan hasilnya lebih indah-indah daripada di snow festival.
Menyaksikan kedua festival ini, saya jadi merenung tentang hidup kerohanian anak Tuhan. Banyak orang yang sekilas tampak sama dari luar. Berprestasi, penuh berkat, bahagia, dan bahkan menjadi idaman atau model kehidupan banyak orang. Padahal, sebagian dari mereka sesungguhnya hidup dengan banyak mengalami luka, kesedihan, kemarahan, bahkan sering kehilangan sukacita dan tidak menikmati kehidupan yang tampak indah dari luar itu. Kehidupan mereka pun tidak bisa bertahan lama baik-baik saja, karena jiwa mereka yang tidak dipadatkan dengan kebenaran. Rupanya, orang-orang yang berstatus anak Tuhan pun punya dua jenis kehidupan kalau dilihat dari bahan apa yang membentuk dan memadatkan rohnya: yang biasa dibentuk, dipadatkan, dipahat, dan diukir dengan kebenaran Firman Tuhan serta yang tidak. Yang menjadi indah dan bertahan lama dalam keindahan itu seperti karya seni es, serta yang indah jika dilihat dari jauh dan sesaat saja seperti karya seni salju.
Anak Tuhan yang hidupnya setiap saat dibentuk, dipadatkan, dipahat, dan diukir dengan kebenaran Firman Tuhan akan menjadi sebuah karya dan model kehidupan yang sempurna, yaitu kehidupan yang penuh kasih karunia. Mengapa? Karena Firman itu adalah Firman kasih karunia. Jiwa mereka menjadi tenang dan penuh kemurahan karena mereka memiliki pengenalan yang benar tentang Bapa yang penuh kasih karunia. Akhirnya, kehidupan mereka akan menampilkan sebuah model kehidupan yang sungguh-sungguh indah, kuat di setiap aspek, dan bertahan dalam setiap situasi. Mereka tidak terguncang karena kondisi dan keadaan, karena padatnya kebenaran Firman yang tertanam.
Sahabat sesama murid Kristus, kita mengerti bahwa kehidupan kita harus menjadi terang dan surat yang terbuka di hadapan orang banyak. Kita telah rela dibentuk oleh Sang Pemahat Agung, yaitu Kristus. Jadilah seperti es padat itu, yang padat dan terentuk indah dengan kebenaran Firman, sehingga kehidupan kita benar-benar menjadi contoh nyata bagi sesama dalam setiap aspek kehidupan. Mari tinggalkan usaha untuk tampil baik dalam aktivitas pelayanan atau di atas mimbar saja, di dalam pertemuan kelompok sel atau di lingkungan jejaring sehari-hari yang kita layani sesuai penempatan Tuhan saja, tetapi lebih dari itu, pastikan kehidupan kita benar-benar penuh keindahan dari dalam yang kuat dan kokoh, yang dapat dilihat secara detail di semua aspek kehidupan dan dalam setiap situasi. Bagaimana kita mencapai kualitas yang demikian? Kuncinya ada di seberapa padat kehidupan kita dipenuhi dengan Firman kebenaran kasih karunia, sehingga kita memiliki pengenalan yang benar akan Allah.
Saya sendiri bersyukur bisa hidup dalam kebersamaan komunitas yang penuh Firman, yang setiap saat saling memadatkan dengan Firman dan saling menyaksikan betapa kasih Bapa itu nyata dalam kehidupan kami. Bagaimana dengan Anda? Mari kita terus memadatkan diri dengan Firman, hidup dalam komunitas yang penuh Firman, sehingga kita bisa bisa menikmati kehidupan ini dengan lebih baik, dan kehidupan kita menjadi karya indah bagi semua orang untuk kemuliaan Bapa.
“Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.” – Filipi 3:10