Pada bulan ini kita akan merenungkan dua surat Paulus kepada Titus dan Filemon. Kedua surat ini kemungkinan besar ditulis hampir pada waktu yang bersamaan, yaitu sekitar antara tahun 62-64 M, di antara masa pemenjaraan Paulus di Roma yang pertama dan kedua (sebelum kematiannya).
Dalam kedua surat ini Paulus menekankan bahwa Injil mempunyai kuasa yang begitu dahsyat untuk mengubah kehidupan orang yang percaya. Mari kita lihat isi kedua surat ini masing-masing.
Surat Titus
Surat Titus ditulis oleh Paulus kepada salah satu anak rohaninya, yang ditinggalkannya di Kreta, Titus, untuk menunaikan tugas apostolik menetapkan para penatua dari jemaat yang telah dirintis olehnya (Tit 1:5). Pada saat Titus pergi ke Kreta, ternyata ditemukan bahwa ajaran-ajaran sesat telah menyelinap ke dalam jemaat di Kreta. Ajaran-ajaran sesat ini berasal dari ajaran Yahudi dan menekankan dongeng-dongeng dan ritual agama yang tidak berdasarkan iman sejati, sehingga tidak menghasilkan buah kesalehan yang sejati (Tit. 1:10-16). Itulah sebabnya, Paulus menjelaskan kepada Titus dan jemaat Kreta bahwa iman yang sejati pasti menghasilkan buah yang sejati pula.
Paulus menerangkan bahwa apabila seseorang mendapatkan ajaran yang sehat, dia pasti mendapatkan iman sejati, kemudian iman sejati pasti menghasilkan buah-buah perbuatan kesalehan dalam kehidupan nyata (Tit. 2:1-11). Selanjutnya, dia menerangkan bahwa iman sejati mengasilkan kasih karunia sejati, yang mampu mendidik seseorang untuk hidup berbuah sejati: “Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Dia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik. Beritakanlah semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu. Janganlah ada orang yang menganggap engkau rendah,” (Tit. 2:11-15 – TB).
Surat Titus sangat bermanfaat untuk menolong kita menghadapi dua jenis pengajaran ekstrem di dunia gereja saat ini. Yang pertama adalah ajaran legalistik yang terlalu menekankan perbuatan baik sehingga diperlukan disiplin-disiplin tertentu untuk memperoleh atau mempertahankan keselamatan. Pengajaran jenis ini disebut “injil perbuatan”. Bila kita percaya kepada Injil yang salah ini, kita tidak akan hidup dalam kasih karunia yang sejati, yang seharusnya bisa dialami lewat iman yang sejati. Sebaliknya, ajaran kedua yang juga sangat berbahaya, yaitu ajaran anugerah yang terlalu berlebihan sehingga keselamatan seolah sama sekali tidak berkaitan dengan disiplin-disiplin rohani. Paulus menerangkan bahwa kita tidak memperoleh kasih karunia karena mempraktikkan disiplin-disiplin rohani tertentu, tetapi orang yang menerima kasih karunia sejati akan didisiplin oleh kasih karunia yang sejati sehingga meninggalkan kefasikan/dosa dan dapat hidup kudus dan beribadah (Tit. 2:11-15). Jadi, disiplin rohani sesungguhnya adalah bagian dari kasih karunia keselamatan. Kita tidak diselamatkan oleh perbuatan baik, tetapi orang yang diselamatkan pasti akan rajin berbuat baik (Tit. 2:11-14;3:4-8).
Garis besar isi surat Titus:
1. Pembukaan (Tit. 1:1-4)
2. Syarat-syarat menjadi penatua (Tit. 1:5-9)
3. Ciri-ciri ajaran sesat/palsu di Kreta (Tit. 1:10-16)
a. Ajaran sia-sia yang tidak menghasikan iman sejati (Tit. 1:10-14)
b. Iman palsu tidak menghasilkan perbuatan baik (Tit. 1:15-16).
4. Perbandingan hidup yang sejati dengan hidup guru sesat/palsu (Tit. 2:1-3:8)
a. Iman sejati yg lahir dari ajaran yang sehat menghasilkan buah-buah kesalehan (Tit. 2:1-10)
• pada laki-laki tua (Tit. 2:1-2)
• pada wanita-wanita tua dan muda (Tit. 2:3-5)
• pada orang-orang muda (Tit. 2:6-8)
• pada hamba-hamba (Tit. 2:9-10)b. Kasih karunia sejati yang menghasilkan buah-buah kesalehan (Tit. 2:12-15)
• kasih karunia sejati menyelamatkan (Tit. 2:11)
• kasih karunia sejati mendisiplin/menguduskan (Tit. 2:12)
• kasih karunia sejati akan memuliakan tubuh kita pada kedatangan Yesus (Tit. 2:13)
• karya kasih karunia sejati terjadi karena Yesus telah menebus segala kejahatan kita (Tit. 2:14)
• ajaran kasih karunia sejati harus terus-menerus diberitakan sampai diyakini sepenuhnya (Tit. 2:15)c. Buah-buah yang nyata karena ajaran yang sehat (Tit. 3:1-8)
• buah-buah perbuatan baik di masyarakat (Tit. 3:1-3)
• diselamatkan bukan karena perbuatan baik, tetapi karena kelahiran baru (Tit. 3:4-7)
• berbuat baik sungguh-sungguh sesudah diselamatkan (Tit. 3:8)
5. Penanganan orang-orang yang sesat/bidat (Tit. 3:9-11)
6. Penutup (Tit. 3:12-15)
Surat Filemon
Surat Filemon adalah surat yang ditulis Paulus kepada Filemon, seorang pemimpin gereja rumah (komsel) di Kolose (Fil. 1:1). Paulus meyakini bahwa Injil mempunyai kuasa untuk mengubah hidup seseorang, dalam hal ini Filemon dan juga Onesimus, seorang hamba Filemon yang lari dari rumah Filemon karena perbuatan jahat (mungkin mencuri). Ternyata, Onesimus dipertemukan kepada Paulus di kota Roma, lalu Onesimus bertobat dan diubahkan oleh kuasa Injil yang didengarnya dari Paulus. Onesimus pun berubah dan menjadi orang yang menemani dan melayani Paulus di penjara. Melalui surat ini, karena Paulus meyakini bahwa Injil mempunyai kuasa perubahan hidup dan menghasilkan kuasa rekonsiliasi, dia menulis surat agar Filemon dapat menerima Onesimus kembali. Peristiwa ini adalah kesaksian tentang kasih Kristus yang sangat dahsyat bagi budaya Romawi, khususnya dalam hal hubungan tuan dan hamba.
Garis besar isi surat Filemon:
- Salam pembuka (Fil. 1:1-3)
- Ucapan syukur dan doa (Fil. 1:4-7)
- Permohonan Paulus kepada Filemon bagi Onesimus (Fil. 1:8-22)
- Salam penutup (Fil. 1:23-25)