///Jalan Menuju Hubungan Ilahi

Jalan Menuju Hubungan Ilahi

 

Membangun hubungan dengan Tuhan dan sesama adalah seperti sebuah perjalanan. Banyak jalan yang membawa kita pada berbagai tujuan, entah membawa kita pada hubungan yang lebih dekat atau luka-luka dan konflik yang tidak pernah terselesaikan. Salomo berkata, “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.” (Amsal 14:12). Setiap orang harus tahu jalan yang akan ditempuh selama hidupnya. Apakah jalan itu membawa kita pada Tuhan untuk menemukan sumber kehidupan yang melimpah-limpah, atau membawa kita pada kekuatiran dan kekeringan rohani. Ada 4 jalan yang harus kita pilih untuk menjalaninya, yakni :

1. Jalan Phileo (Kasih Persaudaraan)
Kasih phileo adalah kasih persaudaraan yang timbal balik. Artinya, kasih yang diungkapkan sebagai balasan atas kasih yang diterimanya, “Kalau kamu mengasihi aku, maka aku pun akan semakin mengasihi kamu.” Ketika orang lain kurang mengasihi kita, maka kita pun kurang mengasihinya. Kasih ini terbatas dan dapat berubah-ubah mengikuti keadaan hati. Jikalau hatinya terluka dan sakit, maka ia pun berubah. Sebenarnya phileo adalah kasih yang baik, tetapi karena kasih manusiawi yang hanya membuat kita terluka, lelah, dan frustasi.

2. Jalan Agape (Kasih Allah)
Agape adalah jalan yang diberikan Tuhan kepada kita. Ketika kita mengikuti jalan ini, maka kita akan berjumpa dengan Allah. Kasih agape adalah Allah sendiri (1 Yoh 4:16). Jika kita berjalan di jalan ini, maka kita pasti berjumpa dengan Allah yang adalah kasih agape itu sendiri (1 Yoh 4:10-12). Kasih agape adalah kasih yang diperintahkan Allah untuk kita praktekkan setiap hari. “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” (Yohanes 13:34). Kasih agape adalah perintah dan bukan undangan. Allah memerintahkan kita untuk mengasihi, karena kita sudah memiliki benih Allah yang adalah benih kasih agape (1 Yoh 3:9). Kasih agape hanya akan beroperasi dengan sempurna jikalau kita mempraktekkannya sebagai suatu ketaatan dan bukan sebagai suatu perasaan.

3.  Jalan Eros.
Di dalam Alkitab Perjanjian Baru memang tidak ada kata eros, namun kata ini banyak digunakan oleh budaya agama Yunani. Eros di dalam Alkitab diganti dengan kata hawa nafsu. Hawa nafsu adalah kasih terhadap diri sendiri, yang digambarkan sebagai ular yang memakan ekornya sendiri. Artinya, eros adalah ketertarikan dan kecintaan pada diri sendiri. Banyak anak Tuhan tanpa sadar menempuh jalan eros, karena eros adalah akar dari segala kejahatan. “Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri, di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.” (Yakobus 3:16). Kasih eros membuat persekutuan kita dengan Tuhan menjadi terputus, hubungan suami isteri rusak, bisnis dan pekerjaan serta gereja pun rusak.

4.   Jalan Campuran (Kasih yang tidak murni)
Kebanyakan orang percaya, khususnya yang masih belum dewasa, memiliki kasih yang belum murni. Sekalipun kita sudah dilahirkan kembali oleh Roh Kudus, kita butuh pemurnian diri dari kasih eros, yang penuh dengan motif-motif kedagingan (eros). Daud adalah orang yang berkenan kepada Tuhan, tetapi kasihnya kepada Tuhan sempat bercampur dengan kasih eros, sehingga ia berzinah dan membunuh Uria, suami Batsyeba. Ananias dan Safira juga mencampurkan eros dengan kasih agape di tengah-tengah kebangunan rohani, sehingga mereka mati (Kis 5:1-11). Kita membutuhkan jalan agape untuk melakukan kehendak Tuhan di dalam hidup kita.

2007-03-25T11:36:00+07:00