//Jauh di Mata, Dekat di Hati

Jauh di Mata, Dekat di Hati

Dengan memuncaknya perasaan ingin bertemu dan berkumpul bersama teman-teman saat ini setelah memasuki bulan kesekian masa pandemi, rupanya kita semua masih harus tinggal di rumah saja. Pemerintah masih menerapkan peraturan yang melarang kegiatan pertemuan dalam jumlah besar. Kita pun jadinya melanjutkan segala pertemuan dari jarak jauh melalui berbagai media, termasuk beribadah di gereja yang dilakukan melalui video online di internet.

 

Memang, banyak orang memiliki kebutuhan alamiah yang lebih besar untuk melakukan interaksi sosial dengan orang lain. Tidak bisa berkumpul santai sambil makan atau minum bersama, tidak bisa saling menceritakan kisah hidup dan isi hati, tidak bisa berjabat tangan atau merangkul, tidak bisa langsung saling mendoakan sambil berpegangan tangan dan membisikkan ucapan motivasi; semuanya ini membuat sebagian orang merasa jauh dan terasing. Di sisi lain, ada pula sebagian orang yang merasa kewalahan dengan segala situasi dan masalah akibat pandemi ini, sehingga memilih untuk berdiam dan menyendiri. Masalah keuangan, kekhawatiran sehari-hari, kecemasan menghadapi ketidakpastian masa depan, konflik dengan sesama anggota keluarga di rumah; semuanya seolah menggulung hati dan pikiran orang-orang ini sehingga mereka beralih ke “gua” kesendirian. Tidak berinteraksi dulu dengan orang lain menjadi pilihan demi ketenangan pribadi, sampai diri mereka kuat kembali dan siap kembali berada bersama orang lain.

 

Mungkin, kita pun mengalami salah satu dari kedua sisi kebutuhan ini. Kita yang merasa terasing tanpa pertemuan fisik lupa bahwa kita sebenarnya masih dan tetap merupakan bagian dari satu komunitas Tubuh Kristus, keluarga yang tak bisa dibatasi oleh pertemuan fisik atau keterikatan darah, kesatuan yang diikat oleh Roh Tuhan yang sama di dalam kita semua. Sebaliknya, kita yang merasa kewalahan sehingga memilih menyendiri pun lupa bahwa tak mungkin salah satu anggota tubuh yang sedang sakit atau terluka diamputasi/dipotong dulu, dibiarkan sendirian, lalu disambung kembali ke tubuhnya ketika sudah sembuh dan kuat kembali. Justru kesembuhan dan pemulihan kekuatan hanya bisa terjadi kalau anggota tubuh itu tetap tersambung pada tubuhnya, dan kita yang sedang lemah pun perlu senantiasa hidup terhubung dengan komunitas Tubuh Kristus itu! Tubuh Kristus bukanlah tubuh yang hidup dan berfungsi dengan memotong putus anggota-anggota tubuhnya yang sakit atau lemah; anggota-anggota Tubuh Kristus yang sehat dan kuat justru sudah seharusnya bekerja sama untuk membantu kesembuhan dan pemulihan si sakit/lemah (1 Kor. 12:25-26).

 

Isi hati Tuhan selalu sama dalam hal anggota tubuh-Nya. Tuhan ingin senantiasa terhubung dengan kita, dan Tuhan ingin kita senantiasa saling terhubung di dalam tubuh-Nya. Apa pun cara dan medianya, hubungan di antara anggota-anggota Tubuh Kristus ialah proses kerja Tuhan mengalirkan anugerah, kasih, dan kuasa-Nya; bukan hanya di antara anggota-anggota tubuh-Nya itu, tetapi juga kepada mereka yang belum menjadi anggota tubuh-Nya, yang akan mengenal Kristus melalui tubuh-Nya.

Hidup yang terhubung dengan Kristus hanya bisa dilakukan dengan hidup bersama dalam komunitas sesama pengikut Kristus. Cobalah ingat, saat kita pertama kali mengenal Kristus dan menerima-Nya di dalam hati, bukankah kita mengalami kasih-Nya melalui perbuatan orang lain, menyaksikan kuasa-Nya melalui kesaksian orang lain, dan menikmati kebaikan-Nya melalui hubungan dengan orang lain pula? Tubuh Kristus ialah cara hidup dan tempat hidup yang pasti dan permanen bagi kita, termasuk pada masa sulit karena pandemi ini. Tetaplah hidup di dalam Tubuh Kristus senantiasa, dengan menjaga hubungan terus-menerus dengan Tuhan serta dengan sesama saudara/i seiman. Di dalam Tubuh Kristuslah kita akan bersukacita dan sejahtera! Maukah Anda juga mengalaminya?

 

Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati. sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. – Kisah Para Rasul 2:46-47

 

2020-08-28T13:01:24+07:00