Dalam sebuah percakapan dengan teman-teman sekomunitas sel tentang karunia Roh Kudus baru-baru ini, pikiranku teringat kembali akan perjalanan rohaniku sejak pertama kali menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, terutama soal hubunganku dengan Roh Kudus.
Aku berlatar belakang dari gereja tradisional, dengan berbagai kegiatan ibadah yang sudah terpatok dengan pakem-pakem liturgi. Bagi kami di gereja itu, sangat asing bahkan tidak ada pengajaran mengenai hal baptisan Roh Kudus atau karunia berbahasa roh. Ketika akhirnya aku secara pribadi lahir baru dan bergabung dengan komunitas di gereja yang sekarang, cukup lama aku menantikan hingga memperoleh karunia bahasa roh. Meskipun aku telah lahir baru dan sering didoakan untuk mengalami baptisan Roh Kudus, dan aku pun sangat rindu untuk mengalaminya, momen itu sepertinya tak kunjung datang padaku. Sampai suatu hari, dalam perjalanan kerja saat hatiku menyembah Tuhan sambil berkendara, aku mengalami jamahan Roh Kudus yang belum pernah kurasakan sebelumnya, lalu mulutku mulai berkarunia bahasa roh. Dia menjamahku dan memenuhiku dengan cara yang sangat pribadi! Sejak hari itu, dalam berbagai kesempatan ketika seorang diri, entah di dalam kamar sebelum tidur, saat berkendara, saat kesepian, saat takut dan khawatir, atau pada saat-saat pribadi lainnya, aku kembali berbahasa roh dan menikmati jamahan-Nya secara khusus.
Salah satu dari banyak pengalaman yang aku rasakan terkait Roh Kudus di dalamku terjadi dalam kesempatan pergi bertugas kerja keluar kota. Tim kami saat itu mendapatkan kamar penginapan yang rupanya dianggap oleh kebanyakan rekan sebagai angker dan horor. Rekan-rekan wanita saat itu rela tidur “bertumpuk” beramai-ramai di satu tempat tidur dalam sebuah kamar karena takut. Wah… aku dihadapkan pada pilihan antara ikut-ikutan pindah ke kamar lain itu meski berdesakan dan akan gagal beristirahat dengan baik, atau tetap sendirian dalam kamar yang konon angker bak “uji nyali”. Karena keesokan paginya kami bertanggung jawab untuk berbagai tugas kerja yang penting, bagiku tidak mungkin rasanya harus berdesakan dalam satu tempat tidur dan mengorbankan kualitas istirahat. Jadilah, aku memilih tidur sendiri dalam kamar sesuai pengaturan awal, yang katanya angker itu. Tanpa kumengerti, aku mantap saja memutuskan untuk tidak pindah kamar. Ketika hari sudah semakin malam dan aku mencoba memejamkan mata, apakah ada rasa takut di hatiku? Ya, ada, tak dapat kupungkiri bahwa rasa takut itu muncul, bahkan aku sempat merasakan bulu kudukku berdiri. Namun, seketika itu pula, ada suara yang lembut tetapi tegas berbicara di dalam hatiku, “Apa yang engkau takutkan ketika engkau bersama-sama Aku?”
Malam itu, aku tahu Roh Kudus bersamaku, dan itu cukup bagiku. Aku tidak takut lagi, bahkan hatiku mulai dialiri dengan damai sejahtera dan rasa syukur. “Oh, Tuhan… Terima kasih, Engkau mengingatkan aku bahwa ada Roh Allah berdiam di dalamku. Jika Allah berdiam di dalamku seharusnya aku hanya melihat dan merasakan Allah, karena Allah melebihi segala-galanya… Aku bukan merasakan hal-hal lain yang tidak ada artinya dan tidak berkuasa apa pun atas diriku.” Sambil memejamkan mata, aku terus berkata-kata dalam bahasa roh, dan damai sejahtera itu terasa hangat menyelimutiku, menggantikan rasa takut yang sebelumnya muncul. Ketika itulah Firman-Nya berbicara di dalam hatiku lagi, Roma 8:26, “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.” Rasa takut pun hilang. Tanpa terasa, aku tertidur dan keesokan paginya terbangun dalam keadaan segar dan bersemangat.
Semua rekan wanita, yang malam sebelumnya beramai-ramai tidur di satu tempat tidur di kamar lain, muncul di pagi hari itu dengan mata sembab dan wajah mengantuk. Ternyata mereka tidak bisa beristirahat dan tetap ketakutan sambil saling bercerita tentang kejadian-kejadian seram yang pernah mereka alami atau tahu. Mereka bertanya tentang apa yang terjadi pada diriku pada malam sebelumnya saat sendirian di kamar angker, dan kuceritakan bahwa tidak ada apa-apa yang terjadi, bahkan aku tertidur pulas sampai pagi setelah berdoa. Satu persatu mereka berdecak kagum, bahkan sebagian mengacungkan jempol, “Wow! Luar biasa, kamu hebat!” Kujawab bahwa aku tahu ada Tuhan di dalamku, dengan hati yang bangga akan kehebatan-Nya, “Ada Allah di dalam diriku, kenapa harus takut?”
Aku percaya, inilah yang membedakan kita, anak-anak Tuhan, dengan orang-orang dunia ini: Roh Kudus berdiam di dalam diri setiap orang percaya, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah…” (1 Kor. 6:19a).
Suatu kali, aku mengalami pengalaman lainnya lagi yang menunjukkan keberadaan Roh Kudus di dalamku. Kali itu Roh Kudus membawaku menang atas ketakutan dalam sebuah masalah pekerjaan. Salah satu customer perusahaan tempat aku bekerja mengajukan komplain tentang salah satu produk yang mereka beli dari perusahaan kami. Mereka mengklaim sudah melakukan semua langkah sesuai prosedur tetapi produk kami bermasalah dan merusak sistem mesin mereka. Akibatnya, menurut mereka terjadi kerugian bernilai besar karena masalah produk kami itu. Perusahaan akhirnya mengutus aku untuk melakukan investigasi dan menugasiku untuk menyelesaikan masalah itu. Aku pun berangkat. Namun, sejujurnya selama perjalanan aku merasa gentar; aku seorang wanita yang harus sendirian menghadapi para pria itu, mulai dari level kepala bagian hingga staf teknis, tanpa tahu detail kerja produk yang dikeluhkan dan tanpa mengerti harus memberi solusi apa. Dalam perjalanan itu, yang kulakukan hanya berdoa, berseru dalam hati, dan berbahasa roh.
Benar saja, setibanya di kantor customer, aku disambut dengan wajah-wajah kecewa dan masam. Jantungku pun berdebar makin kencang, tubuhku terasa lemas karena gemetar, tetapi aku berusaha menahan ketakutan itu dengan senyum yang dipaksakan. Saat itulah, suara Roh Kudus terdengar amat sangat jelas berbicara kepadaku di dalam hati, “Coba kamu minta mereka untuk membuka tangki mesin heat exchanger di sistem mereka.” Spontan, aku taat. Segera saja kuminta para staf teknis untuk membuka dan mengecek bagian itu. Singkatnya, mereka menunjukkan apa yang mereka temukan kepada kepala-kepala bagian, dan terbuktilah bahwa masalah sebenarnya ada pada sistem mereka. Perusahaan kami tidak perlu mengganti kerugian apa pun, bahkan perusahaan customer secara khusus meminta maaf karena telah mempersalahkan kami. Haleluya! Tuhan itu baik dan sungguh luar biasa! Hatiku bersukacita hingga ingin rasanya aku melompat-lompat! Aku tahu Dia tidak akan pernah mempermalukan anak-anak-Nya dan Dia mendengarkan setiap doa umat-Nya (Mzm. 65:3a).
Roh Kudus yang berdiam di dalam diri kita adalah pribadi Allah sendiri, dan oleh Dia kita setiap orang percaya beroleh kemerdekaan, kelepasan, dan kemampuan untuk melakukan segala hal dalam proses kehidupan yang kita jalani. Bagian kita adalah menyadarinya dan berinteraksi dengan-Nya setiap saat, agar mengalami Dia. Dari proses yang terus-menerus seperti inilah kita menjadi makin sejalan dengan hati Tuhan dan makin serupa dengan Dia. “Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan. Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar,” (2 Kor. 3:17-18).
Saat ini, hidup yang aku jalani bukan lagi hidupku yang lama, karena Roh Allah memberiku pengertian untuk mengenal Dia dengan benar. Aku mengenal Yesus pada awalnya karena pekerjaan Roh Kudus melalui orang lain, tetapi kini aku mengenal Dia makin dalam karena pekerjaan Roh Kudus di dalamku. Demikian juga, Tuhan memakai hidupku dan Dia bekerja melalui aku untuk maksud dan rencana-Nya agar orang-orang di sekitarku pun mengenal Dia. Roh Kudus memberi aku kepekaan untuk menjadi berkat dan memotivasi orang lain. Bagaimana dengan kita masing-masing? Kita yang telah diberi karunia Roh Kudus ini sebenarnya dapat selalu mempraktikkannya di mana pun: di komunitas sel, di antara sahabat-sahabat, di tengah-tengah keluarga, di lingkungan kerja atau bisnis, dan di mana saja Tuhan menempatkan kita. Ada kalanya ada dorongan Roh Kudus menyuruhku untuk menulis pesan Firman dan kasih-Nya untuk seseorang, atau memberikan sesuatu kepada seseorang. Sering kali, orang yang menerima pesan atau pemberian itu menanggapinya dengan berterima kasih bahwa dia sangat diberkati dan mendapat pengertian baru akan hal yang sedang dia alami. Luar biasa Allah yang berdiam di dalam kita!
Sungguh, tidak ada apa pun yang akan dapat memisahkan kita yang telah didiami Roh Allah ini dari kasih-Nya (Roma 8:38-39). Meresapi kebenaran yang indah ini, mari kita menjalani kehidupan dengan mengandalkan Dia; bukan karena kekuatan dan kemampuan kita tetapi oleh Allah yang melakukannya bagi kita.
Refleksi Pribadi:
- Apakah selama ini hidupmu sudah berdampak berkat bagi orang di sekitarmu dan bagi komunitas dekatmu?
- Apa komitmenmu hari ini untuk mengaktifkan karunia Roh Kudus yang ada padamu?
- Mulailah dari tindakan kecil dan setialah melakukannya, agar buah Rohmu terlihat dan karunia Roh di dalammu berdampak bagi orang-orang sekitarmu!