Bunga sering menjadi simbol kasih atau perhatian dari seseorang kepada sesamanya. Dalam peristiwa kedukaan atau kesukaan, rangkaian bunga sering menjadi ekspresi yang menunjukkan bahwa kita mengasihi sesama kita yang sedang mengalaminya. Karenanya, sebagian besar dari kita pasti senang ketika mendapat bunga yang dikirim secara khusus oleh orang yang mengasihi kita. Melalui kiriman bunga inilah kita tahu bahwa si pengirim memperhatikan dan mengasihi kita.
Pada bulan lalu, balai kota Jakarta sempat dipenuhi ribuan rangkaian bunga yang dikirim oleh masyarakat Jakarta kepada Pak Ahok dan Pak Djarot, Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, yang dalam Pilkada Putaran 2 lalu kalah suara. Orang banyak mengirimkan karangan bunga kepada kedua pejabat yang mereka cintai dan mereka harapkan. Fenomena ribuan karangan bunga di balai kota sebagai lambang kasih dan dukungan ini ramai dibicarakan di berbagai media, bahkan dicatat sebagai rekor MURI jumlah karangan bunga terbanyak yang dikirimkan.
Dalam status iman kita sebagai orang Kristen, kita adalah anak Tuhan, yang menjadi anak-Nya karena kasih yang Dia wujudkan lewat kematian Yesus di salib. Mari periksa kembali diri kita, apakah kita selama ini masih mencari bukti bahwa orang lain mengasihi kita? Sebagai suami, kita sering menuntut agar istri memperhatikan dan mengasihi dengan cara tunduk dan taat kepada kita. Sebagai istri, kita menuntut agar suami mengasihi dengan bahasa kasih yang diingini dan romantisme yang biasa dilakukan orang banyak. Sebagai anak, kita menuntut agar orang tua mengasihi dengan memperhatikan semua kebutuhan kita. Sebagai orang tua, kita menuntut anak mengasihi kita dengan cara taat dan hormat, bahkan mungkin dengan mengikuti keinginan kita.
Ketika tidak mendapat bukti kasih itu dan tidak merasa dikasihi, kita menjadi marah, bahkan membalasnya dengan kebencian dan menyakiti sesama. Padahal sesungguhnya, sebagai anak Tuhan kita tidak perlu lagi dikasihi orang lain atau membuktikan kasih dari orang lain itu dengan bentuk apa pun. Justru sebaliknya, kitalah yang harus menyatakan kasih itu pada sesama.
Dunia akhir-akhir ini membutuhkan kasih, dan anak Tuhan dituntut untuk menunjukkan kasih itu. Kita yang merupakan anak-anak Tuhan sesungguhnya sudah menerima kasih yang sempurna, yaitu kasih Allah. Ingat, bukan karangan bunga yang dikirim Allah sebagai bukti kasih-Nya, tetapi anak-Nya sendirilah yang dikirim-Nya sebagai bukti bahwa Allah mengasihi kita. Lewat kematian Kristus di atas kayu salib, kita telah menerima kasih yang sempurna. Dengan kasih yang sempurna yang telah kita terima ini, apakah kita masih perlu mengharapkan bukti kasih yang lain? Apakah kita masih menuntut bukti kasih dari pasangan, orang tua, anak, atau bahkan kiriman karangan bunga dari sesama sebagai bukti bahwa kita dikasihi?
Ekspresi kasih antar sesama manusia memang baik, tetapi sadarlah bahwa kasih itu telah menjadi milik semua anak Tuhan, sehingga justru kitalah yang harus menunjukkan dan memberikan kasih itu pada sesama yang belum mengenal kasih. Daripada menuntut bukti kasih dari orang lain, mengapa tidak memulainya lebih dahulu dengan mengekspresikan kasih Allah yang ada di dalam kita kepada dia?
Kasih Allah nilainya jauh lebih besar dari bahasa kasih apa pun yang bisa dinyatakan manusia, termasuk jauh lebih besar dari ribuan karangan bunga yang sanggup dikirim manusia. Karena itu, tenanglah dan percayalah bahwa kita berharga di mata Tuhan dan kita dikasihi-Nya. Amin.
“Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.” (1 Yoh. 4:9)