///Kebangunan Rohani dan Penuaian Besar

Kebangunan Rohani dan Penuaian Besar

Selama pandemi Covid-19 ini, saya mengamati bahwa kebangunan rohani sudah mulai terjadi. Dampak kebijakan pembatasan sosial dan kesulitan ekonomi telah menyebabkan gereja harus kembali ke pola kehidupan seperti yang dijalankan oleh gereja mula-mula dahulu. Alhasil, gereja belajar untuk kembali esensi kehidupan beribadah dan berjemaat, sehingga mengalami pekerjaan Roh Kudus secara dahsyat di dalam komunitas jemaat. Pemulihan, kelepasan, kesembuhan, dan mukjizat; pendeknya, kebangunan rohani; menjadi kian sering dialami oleh komunitas-komunitas jemaat yang demikian. Selanjutnya, kebangunan rohani ini otomatis membuahkan orang-orang percaya baru yang masuk ke dalam kumpulan orang percaya yang sudah ada. Ujungnya jelas, sesuai dengan nubuatan yang tertulis di dalam Alkitab: penuaian besar.

 

Mari mencermati situasi ini dengan lebih jelas. Fenomena kebangunan rohani ini secara khusus terjadi pada komunitas-komunitas orang percaya yang tekun mempraktikkan kembali esensi kehidupan beribadah dan berjemaat seperti pada gereja mula-mula. Mereka tekun berbagi hidup, saling mengajar dalam kebenaran, saling menopang dan melayani dalam karunia-karunia roh, dan pergi sebagai utusan Kerajaan Allah untuk menjangkau orang-orang yang belum percaya. Secara sederhana, kebangunan rohani terjadi pada mereka yang kembali bergaya hidup sebagai Tubuh Kristus. Artinya, ada bagian tanggung jawab yang harus kita kerjakan sebagai Tubuh Kristus sebelum mengalami kebangunan rohani dan penuaian besar itu. Lalu, apa tepatnya tanggung jawab yang harus kita kerjakan itu? Gereja yang bagaimanakah yang akan mengalami kebangunan rohani dan penuaian besar?

 

Gaya Hidup Tubuh Kristus

Gereja, pada waktu dibentuk oleh Roh Kudus, adalah sebuah organisme yang dianalogikan sebagai suatu tubuh yang hidup, yang disebut Tubuh Kristus (1 Korintus 12:12-13). Pada perkembangannya, Tubuh Kristus tumbuh membesar ketika anggotanya bertambah dengan masuknya orang-orang percaya baru ke dalam komunitas gereja/jemaat.

Kemudian sesungguhnya, mereka yang menyambut gembira perkataannya itu, mereka dibaptiskan; dan pada hari itu kira-kira tiga ribu jiwa telah ditambahkan… – Kisah 2:41, MILT (2008)

Those who believed what Peter said were baptized and added to the church that day—about 3,000 in all. – Acts of the Apostles 2:41, NLT

Perhatikan, kata “ditambahkan” menunjukkan bahwa penambahan itu terjadi karena faktor di luar usaha jemaat/gereja, yaitu pekerjaan Tuhan sendiri, yang menambahkan kepada Tubuh Kristus anggota-anggota baru. Namun, jika pasal ini kita baca secara utuh seluruhnya, jelaslah bahwa penambahan itu Tuhan kerjakan kepada gereja yg menghidupi gaya hidup Tubuh Kristus. Kita telah mulai membahas gaya hidup Tubuh Kristus pada edisi sebelumnya, yaitu dari peringatan Paulus tentang bahaya ajaran sesat di Kolose 2:19. Paulus memperingatkan jemaat bahwa gereja yang tidak bergaya hidup tubuh adalah gereja yang tidak lagi berpegang teguh kepada kepala dan dan tidak memiliki hubungan kasih di antara sesama anggotanya (Kolose 2:19). Kisah Para Rasul pasal 2 menyebutkan berbagai ketekunan yang secara khusus dilakukan tiap-tiap hari oleh jemaat mula-mula, yang kemudian menjadi wadah masuknya anggota-anggota baru ke dalam Tubuh Kristus. Pada edisi ini, kita akan melihat secara lebih praktis dan terperinci apa tepatnya gaya hidup Tubuh Kristus itu.

 

Havruta

Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. … Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. – Kisah Para Rasul 2: 41-47

Ada hal-hal yang secara khusus dilakukan secara tekun oleh jemaat mula-mula: saling belajar dan mengajar dalam pengajaran rasul-rasul, bersekutu dan berkumpul, memecahkan roti/makan bersama, berdoa, bersatu, saling menolong dan memberi sesuai kebutuhan, bersehati, bergembira bersama, memuji Allah; semua inilah yang dimaksud dengan gaya hidup Tubuh Kristus. Inilah gaya hidup yang menjadi wadah Tuhan mengerjakan kebangunan rohani dan penambahan banyak anggota baru atau penuaian besar. Bagaimana melakukan berbagai ketekunan ini?

Gereja pada zaman jemaat mula-mula berbeda ukuran jumlah dan lingkup wilayahnya dengan gereja pada zaman sekarang. Segala ketekunan itu menjadi efektif dan dapat dilakukan karena komunitas jemaat mula-mula tidak sebesar atau seluas komunitas gereja masa kini. Untuk dapat melakukan segala ketekunan yang sama secara praktis, kita perlu kembali ke ukuran jumlah dan lingkup wilayah yang dulu efektif. Ini berarti gereja masa kini perlu mempraktikkan gaya hidup Tubuh Kristus dalam komunitas kecil, yang memungkinkan terjadinya ketekunan-ketekunan seperti jemaat mula-mula secara terus-menerus. Idealnya, ini berarti komunitas yang berisi 2-3 orang saja. Gaya hidup Tubuh Kristus tidak dapat dipraktikkan sendirian atau secara individual karena anggota tubuh tidak mungkin hanya satu (1 Korintus 12:13-14) dan harus ada unsur “saling” dalam berbagai ketekunan itu; serta tidak dapat pula dipraktikkan secara massal pada jumlah anggota jemaat yang terlalu banyak (misalnya, puluhan atau ratusan atau bahkan ribuan) karena harus ada unsur hubungan yang mendalam di dalam “saling” itu. Inilah yang disebut dengan havruta, yang pada konteks masa kini di gereja lokal kita sering disebut “kompak” (komunitas sepakat).

Contoh havruta terbaik ialah komunitas Yesus sendiri ketika Dia hidup di bumi. Ia hidup bersama 12 murid-Nya, tetapi juga memiliki kelompok-kelompok kecil beranggotakan 2-3 orang saja dari murid-murid itu, yang diutusnya untuk mengabarkan injil Kerajaan Allah kepada mereka yang belum percaya. Dengan pola demikian, havruta Yesus efektif hidup sebagai Tubuh Kristus dan mengalami kebangunan rohani serta penuaian besar yang berdampak hingga saat ini.

Namun, cukupkah membagi jumlah anggota jemaat menjadi kelompok-kelompok kecil saja? Tentu tidak. Havruta atau kompak yang sejati berbeda dengan sekadar kelompok kecil biasa. Selain jumlah anggotanya atau ukurannya, gaya hidupnya menjadi faktor terpenting yang menentukan apakah sebuah kelompok merupakan havruta/kompak sejati atau bukan. Mari kita pelajari perbedaannya.

Havruta/kompak sejati Kelompok kecil saja
Selalu terhubung dengan Sang Kepala, setiap saat. Hanya kadang-kadang terhubung dengan Sang Kepala, biasanya saat ada acara bersama saja (saat pertemuan komsel, pemuridan, dll.).
Ada persekutuan roh yang mendalam di antara anggotanya.

 

Tidak ada persekutuan roh; hubungan di antara anggotanya cenderung masih kurang mendalam.
Ada hubungan kasih Agape di antara anggotanya. Hanya kasih manusiawi yang mendasari hubungan di antara anggotanya.
Selalu terjadi praktik karunia-karunia untuk saling membangun di antara anggotanya. Tidak ada praktik karunia-karunia untuk saling membangun dalam kebutuhan para anggotanya.

 

Kelompok kecil yang merupakan havruta/kompak sejati pasti mengalami kebangunan rohani, seperti yang kita baca dalam Kisah Para Rasul pasal 2. Selanjutnya, kebangunan rohani itu jika dilanjutkan dengan pengutusan, pasti membawa penuaian besar.

 

Diutus untuk Menghadirkan Kerajaan Allah

Havruta/kompak sejati yang telah menjalani gaya hidup Kerajaan Allah tentu siap diutus untuk menghadirkan kerajaan Allah di bumi. Dalam proses pengalaman kebangunan rohani secara internal, havruta/kompak sejati tentu mulai melihat kebutuhan orang lain secara eksternal, khususnya kebutuhan rohani mereka yang belum percaya. Roh Kudus yang telah bekerja di antara para anggota havruta/kompak itu pun pasti bergerak dan menggerakkan mereka untuk pergi menjangkau orang-orang yang belum percaya.

Saat havruta/kompak itu pergi, mereka menghadirkan Kerajaan Allah bagi kehidupan orang-orang yang dijangkau, dan dengan demikian memperluas Kerajaan Allah di bumi. Hal ini kemudian menjadi pola yang terulang terus-menerus oleh makin banyak havruta/kompak, dan menjadi penuaian besar yang terus bergulir. Inilah sebenarnya konsep gereja yang kita kenal sebagai ekklesia.

 

Ekklesia

Dalam sejarahnya, ekklesia adalah sebuah dewan kota yang terdiri dari orang-orang yang dipanggil dari kalangan rakyat biasa atau militer untuk menjadi mitra kerja bagi raja suatu wilayah dalam membuat keputusan-keputusan bagi masa depan kota dan bangsanya, terutama dalam hal perluasan wilayah kerajaan mereka.

Tugas utama ekklesia adalah membuat keputusan untuk perluasan/ekspansi kerajaan. Melalui pertimbangan dan keputusan-keputusan strategis, ekklesia berekspansi dengan cara mengutus pasukan perang yang dipimpin oleh para jenderal yang disebut apostolos (artinya, “yang diutus”), untuk menguasai daerah musuh lewat peperangan. Jenderal-jenderal (apostolos) tersebut memimpin pasukan tentara untuk menghancurkan pintu gerbang kota yang diserang, memasuki kota tersebut, mengalahkan pasukan musuh, dan memberitakan tentang kerajaan mereka, termasuk membudayakan cara hidup kerajaan mereka, di kota yang baru ditaklukkan itu (referensi: buku Ekklesia, Eddy Leo). Konsep inilah gereja sebagai ekklesia yang didirikan di bumi oleh Yesus, Sang Kepala Gereja.

Gereja sebagai ekklesia adalah kumpulan orang-orang yang dipanggil keluar dari kerajaan kegelapan, untuk memerintah bersama Kristus, lalu diutus untuk menghadirkan dan memperluas Kerajaan Allah di bumi. Bagaimanakah ekklesia menghadirkan Kerajaan Allah di bumi? Gereja sebagai ekklesia mengutus kompak-kompak (unit terkecil ekklesia/Tubuh Kristus) untuk mengusir setan, menyembuhkan orang sakit, berbuat baik, memberitakan injil Kerajaan Allah di lingkungan-lingkungan terdekat, di kota-kota, dan di bangsa-bangsa. Ketika ekklesia pergi, Tuhan memberikan kepadanya kunci-kunci kerajaan-Nya untuk mendobrak pintu gerbang kerajaan kegelapan, membebaskan jiwa-jiwa dari kerajaan kegelapan, lalu membawa mereka masuk ke dalam Kerajaan Allah. Demikianlah Kerajaan Allah berekspansi di bumi.

 

Mari; sebagai jemaat orang percaya yang hidup pada masa ini, kita berfokus untuk bergaya hidup Tubuh Kristus, menjadi havruta/kompak sejati yang hidup dalam kebangunan rohani, dan siap diutus untuk menuai jiwa-jiwa sehingga memperluas Kerajaan Allah di bumi. Sampai kedatangan-Nya tiba.

2020-09-26T16:36:18+07:00