Tak terasa bulan Juni dan Juli sudah kita lewati. Bulan Juni dan Juli umumnya menjadi masa liburan sekolah bagi anak-anak sekolah. Pada tahun-tahun yang lalu, biasanya masa liburan sekolah diisi dengan kegiatan perjalanan wisata sekeluarga ke berbagai tempat. Namun karena kondisi pandemi, dengan masih banyaknya kebijakan pembatasan perjalanan, pada tahun ini masa liburan wisata menjadi berbeda. Masa liburan sekolah kali ini diisi dengan berbagai aktivitas yang dilakukan oleh keluarga-keluarga di rumah masing-masing saja.
Pada era normal sebelum terjadi pandemi, masa liburan sekolah yang tidak diisi dengan perjalanan wisata sama sekali cenderung terasa berat dan sulit bagi anak-anak. Dalam sebuah percakapan dengan anak saya sendiri, saya menanyakan perasaannya tentang masa liburan sekolah kali ini, yang lewat begitu saja tanpa ada perjalanan wisata. Respons dan jawabannya cukup mengagetkan saya, karena ternyata ia merasa biasa saja. Masa liburan sekolah di rumah saja tanpa diisi perjalanan wisata rupanya bisa dinikmati oleh anak saya. Saat saya penasaran menelisik labih lanjut, anak saya menjelaskan alasannya. Hal ini terjadi karena sebelum masa liburan sekolah, semua anak sudah terbiasa berada dan beraktivitas di rumah. Mereka sudah terbiasa menikmati rumah dengan segala situasi di dalamnya, bersama seluruh keluarga. Maka, masa liburan pun sama saja dengan masa sebelumnya. Apalagi, pada masa liburan maupun masa bersekolah, seluruh anggota keluarga juga berada dan beraktivitas di rumah saja. Para orang tua yang biasanya bekerja di kantor, kini sebagian masih melakukan aktivitas bekerja di rumah, sehingga suasana di rumah menjadi hangat dan anak-anak menjadi betah tinggal di rumah.
Memperhatikan situasi ini, saya teringat akan respons saya sendiri ketika berada di dalam rumah Tuhan. Kalau kita memang terbiasa berada di luar rumah Tuhan, wajar saja jika kita tidak punya kerinduan untuk tinggal di dalam rumah-Nya. Kita lebih senang menghabiskan waktu dengan mengisi berbagai aktivitas di luar rumah Tuhan. Sebaliknya, kalau kita terbiasa tinggal dan menikmati kehangatan rumah Tuhan, tentu kita tidak ingin mencari kenikmatan atau kehangatan di luar rumah Tuhan. Kedua respons ini pasti terjadi, meski situasi yang kita alami berubah-ubah.
Sesungguhnya, apa nikmatnya tinggal di dalam rumah Tuhan?
Tinggal di dalam rumah Tuhan mendatangkan sukacita, karena kita bisa merasakan kasih karunia-Nya bagi hidup kita. Tinggal di dalam rumah Tuhan memberikan kehangatan, karena kita senantiasa bersama-sama dengan Dia. Apa pun situasi hidup yang sedang kita hadapi hari ini, kalau kita memilih untuk tinggal dalam rumah-Nya, kehadiran, kuasa, dan kasih-Nya membuat kita kuat dan sejahtera dalam melewati semuanya. Di luar rumah-Nya, kita justru hanya akan menemukan kekhawatiran, ketakutan dan putus asa.
Kita adalah anak-anak Tuhan; jangan ragu akan kasih dan penyertaan Tuhan di dalam rumah hadirat-Nya, apalagi di tengah-tengah situasi hidup yang semakin banyak guncangan. Kekuatan dan damai sejahtera kita hanya dapat ditemukan di dalam rumah Tuhan. Seperti masa liburan yang tanpa perjalanan wisata yang tak terasa telah usai, setiap guncangan situasi di luar pun tak terasa akan kita lewati bersama Tuhan. masalah kehidupan kita juga akan dengan mudah kita lewati. Tetaplah tinggal di dalam rumah Tuhan bersama keluarga rohani kita, maka kita akan lebih mudah melewati setiap masa bersama Bapa kita, Allah yang penuh kasih dan kuasa.
Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku daripada diam di kemah-kemah orang fasik. – Mazmur 84:11