“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.” – Lukas 6:31
Salah satu pernyataan Yesus yang paling terkenal dalam khotbah-Nya ialah pernyataan yang sering disebut Aturan Emas: kita harus memperlakukan orang lain sebagaimana kita sendiri ingin diperlakukan oleh orang lain. Aturan ini berorientasi pada cara kita memandang, menilai, dan memperlakukan orang lain.
Yesus ialah pemimpin yang berorientasi pada manusia (“people-oriented”), seperti tampak pada ajaran-Nya ini. Yesus memiliki kualitas kepemimpinan yang sangat peduli kepada orang lain, sangat mahir dalam berurusan dengan orang-orang, dan merupakan teladan yang sempurna dalam cara memimpin orang dengan efektif. Pertanyaannya, sebagai seorang supervisor, manager, atau direktur, jenis pemimpin seperti apakah Anda? Apakah Anda seorang pemimpin yang berorientasi pada hasil (“result-oriented”), yang hanya mau tahu hasil akhir saja tanpa mau terlibat dalam proses pengerjaannya atau mengatasi kendalanya? Apakah Anda seorang pemimpin yang berorientasi pada citra diri (“image-oriented”), yang senang melihat orang yang Anda pimping agal dan tidak mampu melakukan tugasnya, kemudian Anda tampil bak satu-satunya pahlawan yang mampu menyelesaikan segala-galanya sendiri? Inginkah Anda menjadi seorang pemimpin yang people-oriented seperti Yesus, yang berusaha melihat orang yang Anda pimpin maju serta berhasil, yang secara tulus senang melihat keterampilan dan prestasi mereka meningkat?
Banyak pemimpin tanpa sadar masih memiliki paradigma peninggalan zaman feodalisme, “Kalau anggota tim saya pintar, nanti posisi saya terancam… Lebih baik saya biarkan mereka “bodoh” saja, supaya saya yang terlihat pintar dan saya yang dihormati orang banyak.” Akibatnya, perusahaan hanya memiliki beberapa pemimpin yang kompeten tetapi banyak sekali pegawai yang kurang terampil. Selain berlawanan dengan ajaran Yesus tadi, kondisi ini bagaikan bom waktu yang mengancam kehidupan perusahaan. Jika suatu saat pemimpin yang kompeten itu tidak lagi berada bersama perusahaan, yang tertinggal hanyalah kumpulan pegawai berkompetensi rendah.
Pemimpin yang “people-oriented” ialah pemimpin yang peduli dengan “manusia”, senantiasa berusaha bersikap manusiawi, lebih mementingkan kemajuan prestasi setiap orang yang dipimpin, menaruh perhatian terhadap pengembangan SDM, dan secara umum sangat berorientasi pada kebaikan dan kepentingan manusia dalam bidang dan lingkup kepemimpinannya. Bagaimana caranya menjadi pemimpin yang demikian? Berikut ialah beberapa cara untuk mengembangkan kualitas “people-oriented” pada diri Anda sebagai pemimpin:
1) Tanamkan paradigma bahwa setiap anggota tim adalah penting dan masing-masingnya saling membutuhkan dalam tim yang Anda pimpin. Keinginan manusia yang paling besar dalam konteks tim adalah “diakui dan dibutuhkan” oleh orang lain, dan inilah yang perlu Anda terus tanamkan dalam tim Anda. Bahkan, tunjukkan bahwa Anda dan mereka saling membutuhkan peran masing-masing.
Tips praktis untuk melakukannya:
- Kumpulkan anggota tim yang Anda pimpin dan tegaskan secara eksplisit hal itu,
- Lakukan pernyataan ini secara berkala (misalnya, dalam pertemuan bulanan) untuk mengingatkan kembali kebenarannya kepada seluruh tim,
- Tunjukkan dalam tindakan nyata bahwa Anda memang serius dengan perkataan Anda, misalnya dengan sering memancing ide-ide atau usul dari tim Anda tentang cara-cara melakukan suatu tugas; jangan mengambil alih semua ide dan arahan meski Anda telah menguasai bidang tugas itu, berikan ruang untuk anggota tim Anda menunjukkan peran dan nilai mereka bagi tim.
2) Tunjukkan kepada orang yang Anda pimpin hal-hal yang ia/mereka kuasai lebih baik daripada Anda. Izinkan orang lain merasa nyaman dan bernilai dan dibutuhkan secara wajar dalam tim kerja yang Anda pimpin, khususnya dalam hal-hal yang memang menjadi keunggulan mereka. Biasakan memuji dan menghargai keunggulan mereka dengan mengakui kekurangan atau kelemahan Anda dalam hal keunggulan mereka itu.
Tips praktis untuk melakukannya:
- Sampaikan hal ini secara pribadi dan spesifik kepada masing-masing anggota tim, jangan secara kolektif,
- Lakukan hal ini secara wajar dan sepantasnya, jangan terlalu sering sehingga terkesan palsu atau dipaksakan,
- Sesuai porsi yang sepantasnya, tetap tunjukkan keunggulan dan wewenang kepemimpinan Anda; bagaimana pun, Anda memang merupakan pemimpin mereka, maka Anda sudah sepantasnya memiliki kompetensi di atas kompetensi mereka.
3) Berikan penugasan pada orang yang tepat. Sebagian pemimpin sengaja memberikan tugas kepada anggota tim yang memang tidak memiliki kompetensi untuk tugas itu, supaya si anggota tim terbukti gagal dan dirinya sendiri terbukti lebih superior saat menyelamatkan keadaan. Jangan lakukan hal ini. Pastikan sebelum delegasi bahwa si anggota tim memahami tujuan penugasan dan memiliki keterampilan yang setidaknya potensial untuk melakukannya. Kalau keterampilannya kurang, Anda juga berkesempatan untuk menginvestasikan pengaruh dengan cara mendampingi sekaligus melatih dia.
Tips praktis untuk melakukannya:
- Pastikan anggota tim sudah memahami tugasnya dengan benar sebelum mulai melakukan penugasan, misalnya dengan memintanya mengulangi penjelasan Anda secara lengkap,
- Alokasikan jadwal singkat untuk melatih keterampilan teknis yang anggota tim Anda butuhkan untuk menyelesaikan tugasnya.
4) Bangun keterbukaan dalam komunikasi tim. Pemimpin yang “result-oriented” dan “image-oriented” sudah tentu sangat tidak “people-oriented”. Bagi mereka, komunikasi adalah sesuatu yang tak penting, bertele-tele, dan menghabiskan waktu. Padahal, komunikasi tim yang bersifat dialog (bukan monolog/satu arah) sangatlah penting untuk Anda menginvestasikan pengaruh yang positif sebagai pemimpin. Taburlah benih kepedulian kepada orang-orang yang Anda pimpin, maka Anda akan menuai buah kepedulian mereka pula kepada tim dan kepada Anda sebagai pemimpin mereka.
Tips praktis untuk melakukannya:
- Luangkan waktu 15 menit pertama di pagi hari dengan menyapa setiap anggota tim Anda. Tanyakan hal-hal yang tak berkaitan langsung dengan pekerjaan sebagai bentuk kepedulian Anda, seperti tentang keluarga mereka, tanpa berlama-lama membahasnya. Selanjutnya, tanyakan juga hal-hal yang berkaitan langsung dengan pekerjaan, khususnya pekerjaan pada hari itu; apakah mereka mengalami kendala atau kesulitan tertentu, dsb. Jika ada hal yang membutuhkan keterlibatan Anda sebagai pemimpin, alokasikan waktu untuk melakukannya.
- Lebih banyaklah mendengar daripada berbicara. Setiap kali bertanya, simak benar-benar jawaban anggota tim Anda. Jangan asal berbicara atau bertanya hanya demi Anda sudah menyapa mereka.
5) Latihlah mentalitas mengucap syukur dalam diri Anda maupun dalam tim yang Anda pimpin. Selalu ingatkan diri Anda untuk mengucap syukur, termasuk untuk setiap anggota tim yang Anda pimpin dan untuk tanggung jawab kepemimpinan yang Anda pegang dalam pekerjaan. Tularkan mentalitas mengucap syukur ini dalam segala kesempatan kepada seluruh tim kerja yang Anda pimpin. Mentalitas mengucap syukur akan membentuk pola pikir positif. Anda akan menuai hasilnya dalam bentuk sikap positif terhadap satu sama lain dalam tim kerja dan semangat kerja yang positif.
Tips praktis untuk melakukannya:
- Selalu ingatkan seluruh anggota tim Anda bahwa bekerja adalah bentuk ibadah; lakukan ini dalam forum pertemuan atau rapat,
- Secara pribadi atau kolektif, ingatkan tim Anda untuk berfokus pada apa yang telah kita terima dan miliki dari Tuhan, bukan mengeluh karena apa yang tidak kita miliki.
Pada akhirnya, sebagai pemimpin, saat Anda sungguh-sungguh peduli pada anggota tim Anda dan memanusiakan mereka masing-masing, Anda akan mengembangkan orang-orang yang berkualitas unggul dan pekerjaan/usaha Anda akan membuahkan hasil yang luar biasa. Karena itu, perlakukan anggota tim kerja Anda sebagaimana Anda pun ingin diperlakukan, seperti yang Yesus ajarkan.