Memahami Kehendak Bebas
Kehendak bebas adalah hasil dari buah pikiran dan perasaan yang baik atau tidak baik, dan itu bisa terjadi pada kita masing-masing. Sayangnya, banyak manusia memilih membebaskan kehendak bebasnya dengan sebebas-bebasnya, tanpa batas, sehingga kehidupan mereka menjadi meleset atau berdosa.
Penyalahgunaan Kehendak Bebas dalam Alkitab
Rasul Yohanes menuliskan bahwa Yesus telah datang kepada milik-Nya sendiri, yaitu manusia yang dikasihi-Nya, tetapi manusia itu menolak Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Ini menunjukkan bahwa manusia memang diberi kehendak bebas oleh Tuhan, tetapi telah salah mempergunakan kehendak bebas itu dengan tidak menaati Firman Allah, yaitu tidak percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Akibatnya, kehendak bebas justru membuat manusia menjadi menderita dan mengalami kesusahan terus-menerus.
Yohanes 1:11 (TB), “la datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.”
Yakobus 1:14-15 (TB), “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.”
Dalam kehendak bebasnya, manusia telah dicobai oleh keinginannya sendiri dan dia tidak mampu mengendalikannya. Akhirnya, mautlah yang mendatangi dia.
Kehendak Bebas yang Terkendali
Kehendak bebas sebenarnya bisa dikendalikan dengan ketaatan pada Allah. Firman Tuhan berkata bahwa kalau kita taat dan percaya pada Firman-Nya, kehendak bebas itu akan menjadi terkendali karena dibatasi oleh kasih dan kuasa Tuhan.
Raja Amon adalah contoh kasus kehendak bebas yang tidak terkendali. Dia telah berbuat dosa dan mengikuti jalan kejahatan ayahnya, Raja Manasye. Tuhan kemudian menghukum Raja Amon karena melakukan kejahatan di mata-Nya, dan Tuhan tidak memberikan ampun karena dia tidak mau bertobat. Raja Amon telah menggunakan kehendak bebasnya untuk kejahatan di mata Tuhan
2 Raja-Raja 21:20, 22 (TB), “la melakukan apa yang jahat di mata TUHAN seperti yang telah dilakukan Manasye, ayahnya.”
Pada akhirnya, Raja Amon meninggalkan Tuhan, Allah nenek moyangnya, dan hidup menyimpang dari kehendak Tuhan.
Kehendak Bebas yang Menyesatkan
Selain Raja Amon, bangsa Israel juga pernah memilih jalan yang sesat dan melupakan Tuhan, sehingga Tuhan menimpakan malapetaka dan hajaran yang keras kepada mereka, meski mereka merupakan umat yang dikasihi-Nya. Tuhan menghajar karena Tuhan mengasihi bangsa Israel, tetapi ternyata mereka tidak bertobat juga, bahkan mereka melawan Tuhan. Tuhan telah menyediakan berkat di Sion, tetapi bangsa Israel memilih jalan yang sesat.
Yeremia 3:21 (TB), “Mereka telah memilih jalan yang sesat, dan telah melupakan TUHAN, Allah mereka.”
Keseimbangan dan Sinergi antara Kebenaran dan Kasih
Kehendak bebas manusia akan menuntun manusia menuju kehidupan yang sebaik-baiknya seperti kehendak Tuhan jika ada keseimbangan dan sinergi yang saling tepat dan melengkapi antara kasih dan kebenaran. Kita tidak boleh hanya melakukan kasih tanpa taat kepada kebenaran, dan kita tidak boleh melakukan kebenaran secara legalistik tanpa mengasihi.
Jika dilihat satu per satu, kasih Agape adalah kasih yang tidak menuntut balas, sedangkan kebenaran adalah hukum yang mutlak berlaku antara sebab akibat, kesempatan dan risiko, serta proses dan hasil. Baik kasih maupun kebenaran sejatinya adalah pribadi Allah sendiri; keduanya seyogyanya menjadi satu tanpa terpisahkan.
Manusia cenderung mengutamakan atau mempergunakan salah satunya saja tanpa keseimbangan, antara kasih atau kebenaran. Banyak manusia terlalu mengikuti kebenaran yang legalistik sehingga akhirnya mereka melupakan kasih. Juga sebaliknya, banyak manusia atas nama kasih tidak menaati kebenaran sehingga terjadi ketidakseimbangan yang terus-menerus berputar- putar seperti tidak ada habisnya dengan hal-hal buruk.
1 Korintus 10:23 berkata bahwa segala sesuatu diperbolehkan tetapi segala sesuatu belum tentu berguna, bermanfaat, apalagi membangun. Selanjutnya, 1 Korintus 10:24 menyatakan bahwa kalau kita memperlakukan sesama kita dengan egois, hal itu tidak berkenan di hadapan Tuhan; kita tidak boleh mencari keuntungan diri sendiri tetapi kita harus mementingkan keuntungan bersama.
1 Korintus 10:23-24 (TB), “‘Segala sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. ‘Segala sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. Jangan seorang pun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain.”
Demikian pula, Firman Tuhan di Matius 22:39 (TB) berkata, “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Yang harus kita lakukan ialah mengejar keseimbangan dan sinergi itu dalam kehendak bebas kita. Mari kita mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Kebenaran sejati selalu diukur dengan dampaknya; apakah berguna, membangun, dan berdampak bagi sesama.
Kesimpulannya, kehendak bebas yang sejati sejati adalah kebebasan berkehendak yang dibatasi oleh kebenaran Firman Tuhan sekaligus kasih Allah yang Agape secara seimbang dan tersinergi.