//Memuridkan dan Dimuridkan

Memuridkan dan Dimuridkan

Beberapa minggu lalu, gereja-gereja di seluruh dunia terkejut karena tersiar kabar memprihatinkan tentang dua orang pelayan Tuhan yang terkenal yang menyatakan di hadapan publik bahwa mereka meninggalkan iman Kristen. Terlepas dari berbagai kontroversi yang ada, sebagai sesama anggota Tubuh Kristus kita sebaiknya tidak ikut-ikutan menghakimi mereka.

 

Namun, kita tetap perlu belajar dari kejadian ini. Kedua pelayan Tuhan ini hanyalah contoh dari banyak kasus lain yang serupa. Berapa sering kita mendengar tentang orang Kristen yang mundur atau bahkan murtad dari imannya? Kira-kira selama dua tahun terakhir ini, setiap kali saya sendiri mendengar tentang orang Kristen yang “membuang” imannya, serentetan pertanyaan pasti muncul di hati saya, “Apakah orang ini pernah dimuridkan? Bagaimana komunitasnya sebenarnya? Apakah dia hidup bersama komunitas sesama orang percaya? Kapan terakhir kalinya dia mempelajari dan merenungkan Firman Tuhan bersama komunitasnya?”

 

Kita yang berjemaat di Abbalove Ministries tentu telah sering kali mendengar tentangf betapa pentingnya komunitas sesama orang percaya (sering disebut “komsel”) serta memuridkan dan dimuridkan. Saya sendiri saat pertama kali bergabung di Abbalove Ministries tidak terlalu mengerti pentingnya dimuridkan dengan sungguh-sungguh, tetapi kini saya melihat mengapa hal ini begitu penting.

 

Pertama-tama, pemuridan (hubungan yang saling aktif memuridkan dan dimuridkan) membuat kita terlatih untuk mempertanggungjawabkan iman kita, atau hidup bertanggung jawab. Hidup bertanggung jawab berarti kita memikul tanggung jawab untuk meneruskan dasar iman yang kokoh kepada generasi selanjutnya, bukan hanya mempunyai dan “menyimpan” iman itu secara pribadi. Lewat pemudidan, kita bukan hanya membaca dan belajar Firman sendirian, tetapi bertumbuh bersama di dalam pemahaman iman dengan pemurid dan murid. Ini seperti yang Paulus lakukan terhadap Timotius: mewariskan iman; dan inilah yang harus kita lakukan dalam pemuridan.

 

Selanjutnya, pemuridan menolog kita untuk mengalami kasih Tuhan terhadap umat-Nya. Banyak orang malas memuridkan hanya karena berpikir membangun hubungan yang nyaman dan cocok antara yang memuridkan dengan yang dimuridkan itu terlalu sulit atau merepotkan. Padahal, dari teladan Paulus dan Timotius, kita melihat bahwa pemurid dan muridnya bisa saja memiliki gaya kepribadian yang sama sekali berbeda, tetapi hubungan pemuridan di antara keduanya kuat sekali bagaikan ayah dan anak. Semestinya, ketika kita mengalami kasih Bapa Surgawi, kita pun mampu melihat betapa Bapa mengasihi semua anak-anak-Nya yang kita muridkan. Pemuridan menjaga hati kita supaya tetap selaras dengan hati Bapa.

 

Yang terakhir, kita perlu menyadari bahwa kadang kita membutuhkan pertolongan dari orang lain, sekaligus bisa memberikan pertolongan kepada orang lain. Yesus telah memberikan teladannya. Ia datang ke dunia untuk menghapus dosa kita semua, karena memang kita tidak akan pernah sanggup menghapus dosa-dosa kita sendiri. Ini menunjukkan bahwa pemuridan membuat kita menyadari bahwa kita membutuhkan pemurid untuk menolong kita melewati dan menaklukkan tantangan kehidupan. Setidaknya, bisa jadi si pemurid pernah mengalami apa yang sedang kita alami, dan kita bisa belajar dari kesalahannya atau mendengar nasihatnya, agar kita mampu melewati pengalaman ini dengan tetap berpegang pada kebenaran yang telah kita pahami.

 

Nah, setelah mengerti betapa pentingnya pemuridan, jika Anda belum terlibat aktif dan sungguh-sungguh di dalamnya, mulailah mencari orang-orang yang bisa memuridkan Anda. Jika Anda sudah dimuridkan tetapi belum memuridkan, carilah orang yang bersedia Anda muridkan. Kita patut bersyukur karena berada di tengah-tengah komunitas jemaat yang terus-menerus mengingatkan kita tentang betapa pentingnya pemuridan. Mari, inilah saatnya kita juga mengalami dampak dan berkat dari pemuridan.

Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita di dalam pemuridan ini!

2019-09-26T13:35:39+07:00