///Mengalami Hidup Maksimal dalam Kerajaan Allah : Disiplin Berdoa, Berpuasa, Memberi

Mengalami Hidup Maksimal dalam Kerajaan Allah : Disiplin Berdoa, Berpuasa, Memberi

Dalam edisi bulan sebelumnya kita membahas sasaran standar kualitas manusia roh bagi orang yang hidup dalam Kerajaan Allah, yaitu kondisi hati yang benar (dikaiosune) (Mat. 5:20, 48). Dalam edisi ini, kita akan melihat bagaimana cara mencapai sasaran tersebut. Matius pasal enam adalah strategi yang diberikan Kristus untuk itu, yaitu dengan mempraktikkan disiplin-disiplin rohani. Kali ini kita akan berfokus secara khusus pada tiga disiplin rohani di antara semuanya: Berdoa, Berpuasa, dan Memberi.

 

Yesus mengajar murid-murid-Nya motivasi hati di balik praktik disiplin-disiplin ini. Apabila murid-murid itu mempraktikkan disiplin-disiplin rohani tersebut dengan motivasi dan cara yang benar, mereka akan mengalami transformasi hati dari dalam, sehingga kualitas kebenaran di dalam hati mereka menjadi makin serupa dengan Kristus. Maka, ketiga disiplin rohani dasar tersebut adalah sarana kasih karunia yang diberikan Kristus agar kita dapat hidup maksimal di dalam Kerajaan-Nya (Kingdom living). Mari kita pelajari satu per satu.

 

1.Berdoa: Doa Bapa Kami, Doa Kerajaan (Mat. 6:5-14; Luk. 11:1-13)

Doa Bapa Kami bukanlah ritual doa atau agama yang diajarkan Yesus kepada pengikut-Nya. Doa Bapa Kami sebenarnya adalah doa Kerajaan Allah, yang memampukan murid-murid untuk hidup maksimal dalam Kerajaan Allah. Mengapa demikian? Karena doa Bapa Kami adalah “hidup Kerajaan yang didoakan, serta doa Kerajaan yang dihidupi”. Isinya terdiri dari 3P dalam Kerajaan Allah, yaitu Penyembahan, Pemerintahan, dan Penyediaan.

 

a. Penyembahan dalam Kerajaan Allah                                  

       “Bapa kami yang ada di surga, dikuduskanlah nama-Mu…”

Doa Kerajaan dimulai dari hubungan keintiman (pengenalan) pribadi akan siapa Bapa kita, Sang Empunya Kerajaan itu (Yoh. 4:22-24). Bapa kita adalah pribadi yang penuh kasih dan keadilan. Itulah sebabnya oleh Roh kita dapat berseru Abba, ya Bapa (Gal. 4:5-6). Abba adalah panggilan untuk pribadi-Nya sebagai Bapa yang dekat dan mengasihi kita, tetapi kita juga harus memanggil Dia Bapa sebagai pribadi Bapa Surgawi yang kudus dan adil/benar. Ini berarti hubungan dan pengenalan pribadi akan Dia. Kadar pengenalan kita kepada Bapa menentukan apakah dalam hidup ini kita mempraktikkan penyembahan yang benar dalam Kerajaan-Nya. Kita harus seimbang dalam pengenalan akan Bapa, yaitu Bapa yang penuh kasih sekaligus Bapa yang penuh keadilan/kebenaran. Pengenalan kedua sisi ini memampukan kita untuk mempraktikkan penyembahan dalam Kerajaan Allah yang penuh keintiman dan takut akan Allah. Ini terkandung dalam kata-kata doa Bapa Kami yang Yesus ajarkan:

  • “Bapa kami yang di surga”: artinya Bapa kami yang hadir di alam roh (Dia Maha Hadir dan ada di mana-mana).
  • Dikuduskanlah nama-Mu”: artinya kita harus menguduskan (mengkhususkan, memisahkan, menghormati, meninggikan, takut akan) nama Tuhan. Kita harus menyembah Dia dalam Roh dan kebenaran, dalam keintiman dan takut akan Allah.

 

b. Pemerintahan dalam Kerajaan Allah

“… datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga.”

 Prioritas utama dalam hidup kita adalah hidup di dalam Kerajaan Allah. Apakah Kerajaan Allah itu? Kerajaan Allah adalah kehadiran pemerintahan Allah atas dan dalam hidup kita. Pemerintahan Allah harus ada bukan hanya di surga tetapi juga di bumi, dalam konteks kehidupan pribadi kita. Maka, setiap hari kita harus mendoakan hidup kita agar pemerintahan Allah itu datang atas kita; atas tubuh, jiwa/mental, dan roh kita. Selain itu, kita juga berdoa agar Kerajaan Allah (pemerintahan Allah) datang atas keluarga, jemaat, kota, dan bangsa-bangsa. Bagaimanakah caranya? Kerajaan Allah/pemerintahan Allah datang kepada kita melalui pekerjaan Roh Kudus.

 

Ada banyak pekerjaan Roh Kudus untuk mendatangkan pemerintahan Allah atas kta. Tanpa Roh Kudus, kita tidak dapat dilahirkan baru dan masuk ke dalam Kerajaan Allah; Roh Kudus memeteraikan kita menjadi milik Kerajaan Allah; Roh Kudus memenuhi kita supaya pemerintahan Allah sepenuhnya menguasai kita dan kedagingan kita “mati”; Roh Kudus memakai kita untuk mendemonstrasikan kuasa Roh (Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, tetapi kuasa); Roh Kudus memampukan kita untuk memberitakan injil Kerajaan lewat kesembuhan dan mengusir setan; dan banyak lagi lainnya. Semua ini perlu kita doakan, agar bukan kehendak kita (kedagingan kita) yang terjadi, tetapi kehendak Allah (kehendak Roh, sesuai dengan Firman-Nya) itulah yang terjadi dan membawa kita menjadi makin serupa dengan Kristus.

 

c. Penyediaan dalam Kerajaan Allah               

Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]” 

 

Jika kita telah mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, kita tidak usah khawatir akan kebutuhan-kebutuhan hidup kita dalam Kerajaan Allah (Mat. 6:33). Allah berjanji bahwa Dia akan memenuhi kebutuhan hidup kita dalam Kerajaan Allah secara menyeluruh. Sebagai Bapa, Dia menjamin penyediaan-Nya dan menjanjikan persediaan yang cukup untuk kebutuhan rohani, jiwani/mental, dan jasmani, termasuk perlindungan dari yang jahat.

 

Apa saja yang kita perlu doakan dalam hal penyediaan Bapa ini?

  • Kita harus berdoa agar ada persediaan makanan jasmani, jiwani/mental, dan rohani;
  • Kita harus berdoa untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita agar kita tidak menyimpan kepahitan terhadap orang lain. Ini adalah untuk kesehatan mental kita.
  • Kita harus berdoa agar kita tidak masuk/jatuh dalam pencobaan, tetapi lepas dari segala kejahatan (mengalami perlindungan Tuhan).

Semua hal permohonan doa kita ini di atas pasti dikabulkan, karena “Dialah yang empunya Kerajaan, dan kuasa, dan kemuliaan, sampai selama-lamanya.”

 

 2. Berpuasa (Mat. 6:16-18; 1 Kor. 9:24-27)

Berpuasa bukanlah sekadar kewajiban agamawi dalam ajaran Yesus, melainkan justru praktik yang sangat berkaitan dengan hidup dalam Kerajaan Allah. Berpuasa adalah cara yang ditetapkan oleh Tuhan agar kita dapat merendahkan diri di bawah pemerintahan Kerajaan Allah, sehingga tubuh kita tidak menjadi “penguasa yang jahat” atas manusia roh kita, tetapi menjadi “hamba yang baik” atas manusia roh kita.

 

Paulus pun mengajarkan pemahaman ini. “Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak,” (1 Kor. 9:24-27, TB).

 

Paulus mengumpamakan pergumulan dia melawan tubuhnya (hawa nafsunya) adalah seperti pertandingan adu tinju gulat, yang dikenal dengan sebutan pankration (olah raga bela diri gabungan tinju dan gulat di kota Isthmus, dekat kota Korintus, pada zaman Yunani kuno). Paulus dan tubuhnya (hawa nafsunya) adalah seperti dua orang yang sedang beradu tinju gulat untuk saling menguasai lawannya. Keduanya saling memukul, menjatuhkan, menguasai lawan sampai kalah. Demikian pula kita dalam hidup ini. Kita selalu beradu melawan tubuh kita (hawa nafsu kita) untuk saling menguasai. Lalu, bagaimanakah caranya kita agar dapat memenangkan pertandingan itu? Paulus berkata bahwa kita harus melatih tubuh kita (“memukulnya” sampai babak belur), menguasainya sepenuhnya (memperhambanya) (1 Kor. 9:27). Apa cara yang paling efektif untuk memperhamba tubuh kita? Salah satu cara yang paling efektif adalah melalui disiplin berpuasa. Lewat berpuasa, kita berlatih menguasai kedagingan kita, sehingga kita dapat hidup maksimal dalam Kerajaan Allah. Berpuasa adalah cara paling efektif yang ditetapkan oleh Allah untuk merendahkan diri di hadapan-Nya (Mzm. 35:13; Yes. 58:3).

 

3. Memberi (Mat. 6:1-4, 19-34)

Memberi yang diajarkan dalam Perjanjian Baru berbeda dari konsep memberi dalam Perjanjian Lama. Kita tidak lagi menerapkan hukum persepuluhan dan persembahan yang ketat seperti dalam Perjanjian Lama menurut aturan imamat Lewi dalam hukum Taurat. Dalam Perjanjian Baru, kita telah menerapkan keimamatan Melkisedek dan kita telah dibebaskan dari hukum Taurat. Namun meski kita dalam Perjanjian Baru menerapkan imamat Melkisedek, kita masih menerapkan prinsip memberi seperti dalam imamat Lewi, yaitu jemaat yang tidak berfokus untuk hidup sepenuh waktu di dalam pelayanan rohani harus bertanggung jawab membiayai kehidupan pemimpin/pekerja yang melayani sepenuh waktu melalui persepuluhan dan persembahan. Dari praktik dalam Perjanjian Baru inilah di dalam tubuh Kristus terjadi pembangunan tubuh Kristus menuju kedewasaannya (1 Kor. 9:7-14; Ef. 4:7-16).

 

Memberi di dalam Perjanjian Baru harus dilakukkan dengan motif yang benar dan dengan sukarela karena kasih. Pemberian yang demikian akan menjadi pemberian yang mengubah karakter si pemberi sendiri (2 Kor, 9:2-15). Pemberian yang diberikan dengan motif untuk membangun reputasi pribadi atau mencari untung justru menimbulkan kerusakan moral si pemberi, bahkan dia dapat terjatuh ke dalam dosa cinta uang (1 Tim. 6:2b-10). Sayang, ini sering terjadi di tengah-tengah gereja masa kini. Perlu ada pemulihan konsep memberi di gereja masa kini, yaitu memberi sebagai tindakan penyembahan kepada Tuhan sekaligus sebagai pengucapan syukur kepada Tuhan yang menjadi penguasa tunggal atas hidup dan harta kita. Bahkan bukan hanya memberikan persepuluhan sebesar 10% dari penghasilan kita, harta kita pun seharusnya juga dipergunakan untuk membiayai misi Kerajaan Allah di bumi ini (Mat. 6:19-34).

 

Disiplin berdoa, berpuasa, dan memberi merupakan disiplin-disiplin rohani dasar yang sangat penting diterapkan sesuai ajaran Yesus. Dalam proses praktiknya, kita akan mengalami pertumbuhan menuju sasaran kualitas kebenaran manusia roh yang semakin serupa Kristus. Selamat mempraktikkan.

2023-03-30T11:11:46+07:00