Dalam 2 Timotius 3:1-17, Paulus menyatakan hal-hal yang akan terjadi pada akhir zaman, yang sebetulnya telah nyata terlihat pula pada kelakuan manusia yang muncul saat ini. Tampaknya, sekarang kita hidup telah memasuki zaman yang dimaksudkan oleh Paulus, sesuai ucapannya, “Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar,” (2 Tim. 3:1). Istilah dalam bahasa Yunani untuk “masa yang sukar” berarti “masa yang amat sangat sukar”. Apa maksudnya dan mengapa pada akhir zaman terjadi masa yang sedemikian amat sangat sukar bagi semua manusia?
- Manusia beribadah secara lahiriah tetapi tidak mengenal kebenaran (2 Tim. 3:1-9)
“Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakikatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu! Sebab di antara mereka terdapat orang-orang yang menyelundup ke rumah orang lain dan menjerat perempuan-perempuan lemah yang sarat dengan dosa dan dikuasai oleh berbagai-bagai nafsu, yang walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran. Sama seperti Yanes dan Yambres menentang Musa, demikian juga mereka menentang kebenaran. Akal mereka bobrok dan iman mereka tidak tahan uji. Tetapi sudah pasti mereka tidak akan lebih maju, karena seperti dalam hal Yanes dan Yambres, kebodohan mereka pun akan nyata bagi semua orang.” (2 Tim. 3:1-9)
Dari bagian ini, jelaslah bahwa pada akhir zaman manusia secara lahiriah tetap beribadah: membaca Alkitab, berdoa, menyanyi, mengikuti kebaktian, dsb; namun mereka memungkiri kekuatan ibadah itu. Artinya, mereka tidak lagi mengalami dan tidak lagi percaya bahwa ibadah mereka menghasilkan “kuasa ibadah”. Derek Prince menjelaskan bahwa kuasa ibadah ialah “kuasa yang akan mengubah diri kita semakin saleh (godly) saat kita beribadah”. Bahkan, pada akhir zaman banyak manusia semakin rajin beribadah, sembari hidupnya tetap tidak mengalami perubahan menjadi semakin saleh (godly). Manusia walaupun beribadah menjadi semakin mencintai diri sendiri, suka membual, sombong, pemfitnah, tidak tahu mengasihi, dsb. Ulah semacam inilah yang menyebabkan manusia mengalami masa yang amat sangat sukar. Jadi selain banyaknya bencana alam dan tantangan-tantangan secara global, kelakuan manusia sendirilah yang menjadi penyebab utama kesukaran akhir zaman yang amat sangat ini.
- Manusia yang beribadah dengan benar mengalami penganiayaan (2 Tim. 10-13)
“Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku. Engkau telah ikut menderita penganiayaan dan sengsara seperti yang telah kuderita di Antiokhia dan di Ikonium dan di Listra. Semua penganiayaan itu kuderita dan Tuhan telah melepaskan aku dari padanya. Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya, sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan.” (2 Tim. 3:10-13)
Bentuk dan penyebab kedua dari kesukaran di akhir zaman adalah aniaya. Penderitaan orang Kristen sejati semakin berat karena bukan hanya disebabkan oleh alam atau kelakuan-kelakuan “orang Kristen palsu” di atas, tetapi juga karena orang yang beribadah jugs menderita aniaya. Ibadah sejati pasti akan menyebabkan aniaya bagi orang Kristen sejati. Pada akhir zaman selalu akan terjadi siklus ini: ibadah sejati selalu menyebabkan kebangkitan rohani (revival) lalu mendatangkan terjadinya aniaya, kemudian aniaya itu pun selalu menyebabkan terjadi ibadah sejati dan kebangkitan (revival) yang lebih jauh lagi.
- Terjadi penyesatan (2 Tim. 3:13; 2:14-26)
“Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus, yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman sebagian orang.” (2 Tim. 2:17-18)
“Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya, sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan.” (2 Tim. 3:12-13)
Maksud dan penyebab kesukaran ketiga adalah ajaran sesat, yaitu upaya-upaya agar orang-orang yang mencari kebenaran dan orang-orang Kristen sejati menyimpang dari kebenaran. Ketika manusia tidak mengenal kebenaran, manusia menjadi hidup tidak bermoral seperti yang dilukiskan dalam 2 Timotius 3:1-3.
Mengenal Kebenaran sebagai Kekuatan di Akhir Zaman
Kita telah melihat pernyataan Paulus bahwa pada akhir zaman manusia beribadah secara lahiriah, selalu ingin diajar, tetapi tidak pernah “mengenal kebenaran”. Mengenal kebenaran artinya bukan sekadar “mengetahui kebenaran”, atau sekadar menambah pengetahuan di otak, tetapi justru “mengalami keintiman atau hubungan pribadi” dengan Firman. Kata “mengenal” dalam bahasa aslinya mempunyai pengertian “mempunyai hubungan intim” dengan Firman, yaitu “bersatu (manunggal)” dengan Firman itu. Inilah sebenarnya yang dimaksud Yesus menjadi tanah hati yang baik, yang jika ditanami dengan benih Firman, pasti akan berbuah. Lalu, bagaimanakah caranya agar kita dapat mengenal kebenaran?
“Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (2 Tim. 3:14-17)
Mari kita lihat penjabarannya dari ajaran Paulus tentang bagaimana caranya agar di zaman yang sukar ini kita dapat mengenal kebenaran dan kuat sehingga tetap bertumbuh dalam iman.
- Tetap Berpegang pada Firman: Pemuridan
“Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.” (2 Tim. 3:14-15)
Paulus mengajarkan bahwa Timotius akan mengenal kebenaran kalau dia “tetap berpegang pada kebenaran”. Ini sesuai dengan prinsip di dalam ajaran Yesus sendiri.
“Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh. 8:31-32)
Timotius berpegang teguh pada kebenaran karena ada orang-orang yang mengajarinya, baik masa itu maupun sejak masa kecilnya di dalam keluarga. Inilah kelompok pemuridan. Timotius sejak kecil hingga dewasa dan menjadi orang percaya mempraktikkan kelompok pemuridan (sangat mungkin adalah dengan pola pemuridan Havruta). Salah satu faktor pendorong agar kita dapat mengenal kebenaran adalah melalui kelompok pemuridan (di lingkungan gereja lokal kita, sering disebut “Kompak” – Komunitas Sepakat). Tanpa kelompok pemuridan kita tidak mungkin mencapai pengenalan akan kebenaran, karena kelompok pemuridan memberikan mekanisme saling akuntabilitas dan memfasilitasi kehadiran Kristus di komunitas. Tanpa akuntabilitas dan kehadiran Kristus, tidak mungkin kita mencapai pengenalan akan kebenaran (Kol. 3:16).
- Segala Tulisan yang Diilhamkan Allah Memang Bermanfaat: Mengerti dan Mempraktikkan Semua Manfaat Firman Sepenuhnya
“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian, tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (2 Tim. 3:16-17)
Permasalahan banyak orang yang rajin beribadah dan selalu mau diajar tetapi tidak pernah mengenal kebenaran, adalah karena mereka tidak mengerti hakikat Firman (Alkitab) dan manfaatnya. Alkitab adalah tulisan yang diilhamkan Allah, bukan sekadar tulisan tokoh-tokoh agama. Jika kita tidak percaya Alkitab adalah tulisan yang diilhamkan Allah, kita tidak akan pernah sampai pada pengenalan akan kebenaran, dan tidak akan mengalami semua manfaat Firman Tuhan dalam hidup kita, yang teruji melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
- Apakah kita bersedia mengizinkan Firman mengajar kita?
- Apakah kita bersedia mengizinkan Firman menyatakan kesalahan-kesalahan kita?
- Apakah kita bersedia mengizinkan Firman memperbaiki kelakuan-kelakuan kita?
- Apakah kita bersedia mengizinkan Firman mendidik kita dalam kebenaran?
Sebagai kesimpulan, kita dapat melihat dari kedua poin penting ini bahwa belajar Firman Tuhan sampai mengenal kebenaran dan memiliki iman yang menjadi kekuatan di akhir zaman bukanlah hanya urusan pribadi, tetapi juga urusan komunitas. Mari melakukannya dengan utuh: secara pribadi dan di dalam kelompok pemuridan.