MENJADI KORBAN YANG HIDUP BAGI ALLAH DI MANA-MANA.
Awal rusaknya hubungan antara Allah sebagai pencipta dengan manusia yang diciptakanNya terjadi ketika dosa ketidaktaatan masuk di antara mereka. Pada saat Adam dan Hawa memilih untuk memberontak kepada Allah, maka dosa masuk ke dalam dunia. Dosa mulai merajalela di mana-mana untuk menjauhkan manusia dari Allah. Namun Allah sang pencipta tidak kehilangan cara untuk menjangkau manusia yang berdosa itu untuk kembali kepada-Nya. Akhirnya Ia mengutus Tuhan Yesus untuk datang ke dalam dunia dan mati di kayu salib demi menebus dosa-dosa manusia. Dengan demikian, manusia bisa bersekutu kembali dengan Allah sebagai penciptanya.
Tetapi untuk bersekutu dengan Tuhan yang Maha kudus, manusia dituntut untuk mempersembahkan kehidupannya yang kudus pula. Hal seperti ini sangat sulit untuk dilakukan. Namun, Paulus memberitahu jalan keluarnya, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati,”(Roma 12:1).
Apa maksud Paulus dengan nasihat tersebut? Maksudnya adalah kita dapat menjadi korban persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah dalam keluarga, kantor, kampus, bisnis, pekerjaan, lingkungan, kota dan bangsa. Ibadah yang sejati kepada Allah bisa dilakukan lewat ucapan mulut kita yang memberkati orang lain. Apakah ucapan mulut dan tindakan kita menjadi bukti bahwa kita adalah korban persembahan yang hidup bagi Allah atau tidak? Kita harus membuktikannya. Karena itu, marilah kita waspada terhadap terhadap dosa agar tidak tergoda oleh iblis untuk memberontak kepada Allah. ayb.