“Kalau sudah mengalaminya, rasanya kurang lama…”
Kami bersyukur bisa mengikuti Bimbingan Pra Nikah (BPN) di Abbalove. Pada awal mengikuti BPN, karena semata-mata untuk diberkati di Abbalove. Namun setelah mendengar bahwa kelas BPN membutuhkan waktu 9 bulan, niat kami sedikit mengendur. Kami bertanya-tanya: apakah benar dengan bimbingan pranikah yang lama seperti itu bisa mendapatkan suatu pernikahan yang kudus? Banyak pertimbangan dan pergumulan yang harus kami putuskan untuk tetap mengikuti BPN.
Mulanya, kami berpikir bahwa pembina BPN akan ikut campur dengan urusan kami berdua, sehingga kami merasa tidak nyaman. Ternyata, tidaklah demikian, pembina kami memberi kebebasan kepada kami untuk menentukan pilihan. Pembina memberikan kebenaran-kebenaran yang mereka ketahui dari firman serta membagikan kesaksian yang menguatkan kami. Banyak kebenaran dibukakan, salah satunya adalah kekudusan. Dulu, kami berpikir bahwa kekudusan adalah hanya tidak boleh melakukan hubungan suami isteri sebelum kami resmi menikah. Ternyata kami mendapat pencerahan bahwa awal jatuh ke dalam dosa hubungan intim adalah ketika mulai sentuhan-sentuhan kecil seperti ciuman, pelukan dan akhirnya terjebak dalam percabulan. Jadi, kami bertobat dan berkomitmen untuk memulai hubungan yang kudus dengan tidak bergandengan tangan dan ciuman. Pada saat mempraktekkan hal ini, rasanya ada yang “kurang” dari yang biasa kami lakukan. Contoh: Kalau kami jalan-jalan di mall, kami seakan-akan seperti orang yang sedang marah-marahan, karena tidak bergandengan tangan. Ketika Hendrik pamitan pulang, biasanya melakukan “cipika-cipiki,” dulu. Sekarang kami tidak lakukan lagi, karena kami mau mempersembahkan masa pranikah yang kudus, agar Tuhan memberkati pernikahan kami.
Setelah mengikuti kelas BPN, kami mengenali pasangan lewat tipe temperamen ketika mengisi kuesioner yang ada. Karena kami berdua memiliki tipe stabil, maka setiap kali ada konflik, kami menggantung masalahnya. Puji Tuhan, pelajaran ini menyelesaikan konflik yang ada lewat saling terbuka satu sama lain. Kami belajar menyelesaikan konflik dan membuat kami makin dewasa. Tanpa terasa kami telah menyelesaikan sembilan bulan BPN, sehingga akhirnya kami pun diberkati oleh Tuhan saat pernikahan kami berlangsung. Kami ingin terus memgikuti kelas ini setelah menikah, karena kebenaran yang dibagikan sangat menguatkan keluarga kami. (Hendrik & Petty, menikah 18 September 2010)