///No Turning Back

No Turning Back

Magdala dalam bahasa Ibrani berartinya “menara”. Inilah nama sebuah pelabuhan nelayan di pantai barat laut Genesaret, Israel. Letaknya kurang lebih 5 km dari kota Kapernaum. Dari desa itulah Maria Magdalena berasal, sesuai dengan sebutan yang diberikan orang kepadanya: Maria Magdalena, yang artinya Maria yang berasal dari Magdala.

Maria Magdalena adalah salah satu murid perempuan yang mengikuti pelayanan Yesus. Lukas 8:1-3 menyebut beberapa perempuan yanng mengikuti Yesus berjalan keliling dari kota ke kota untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah. Salah satunya adalah Maria Magdalena. Inilah pengalamannya.

—-

Rasanya seperti baru dilahirkan kembali, saat aku menerima pembaharuan dari Tuhanku. Dahulu aku hanya perempuan yang berdosa dan terikat oleh kegelapan; saat itu sepertinya tidak mungkin lagi untuk aku memiliki masa depan. Hari-hariku sebelumnya begitu gelap dan tanpa arti. Aku bahkan tidak tahu bagaimana caranya melewati penderitaan ini. Tubuhku penuh dengan kesakitan. Penguasa tubuhku ini setiap hari menyiksaku dengan berbagai macam cara. Sering, tiba-tiba saja aku merasa sakit pada kepalaku hingga jatuh pingsan atau dadaku sesak hingga aku kesulitan bernapas, dan masih banyak lagi ulah roh-roh jahat yang menguasai dan menyiksa tubuhku. Rasanya waktu itu aku tidak sanggup lagi untuk hidup. Dikuasai oleh tujuh roh iblis dalam tubuhku membuat aku seperti orang yang tidak layak lagi disebut orang hidup. Sejujurnya, aku yang dahulu lebih pantas disebut mayat hidup, karena tubuhku penuh dengan luka, pikiranku kosong, dan aku tak punya tujuan hidup. Tidak ada teman yang aku miliki untuk aku berbagi. Memang sudah ada beberapa tabib yang kutemui, tetapi tak satu pun dari mereka sanggup menyembuhkan penyakitku ini. Bahkan aku juga mendatangi beberapa “orang pintar”, tetapi semua upaya itu juga tidak membuahkan hasil. Aku tetap seperti itu. Tidak ada harapan rasanya untuk aku hidup normal seperti perempuan-perempuan lain.

Saat bangun dari tidur pagi itu, seperti biasa, aku berjalan-jalan keluar rumah untuk melihat-lihat para nelayan melabuhkan perahun di pinggir pantai. Jala-jala mulai dibentangkan untuk dijemur dan diperbaiki jika ada yang koyak. Pagi begitu cerah, dan hari itu aku bisa merasakan tubuhku yang terasa lebih bugar daripada biasanya, sehingga aku sangat menikmati pagi itu. Sambil berjalan, kudengar orang-orang ramai memperbincangkan sesuatu. Kudekati mereka dan kupasang telingaku tajam-tajam: oh… ternyata ada seorang tabib yang akan datang ke kampung kami! Kata mereka, tabib itu tidak hanya andal mengobati berbagai penyakit, tetapi juga sanggup mengusir roh-roh jahat yang menguasai hidup orang. Waahh… itu berita baik untukku!

Esok harinya, aku sengaja bangun lebih awal. Aku menanti-nantikan Sang Tabib Agung tersebut. Serasa ada secercah harapan di hatiku ketika aku mendengar berita ini. Aku bersiap-siap berangkat ke tanah lapang sambil berharap ada mukjizat buatku.

Masih di jalan saja, kulihat orang-orang telah berbondong-bondong keluar rumah. Sang Tabib Agung tersebut telah tiba di kampungku! Orang-orang berdesak-desakan ingin mendekat kepada diri-Nya. Kulihat orang lumpuh berdiri dan berjalan, orang buta melihat kembali, dan banyak orang bersorak gembira melihat mukjizat-mukjizat itu. Menyaksikan hal tersebut, semakin besar harapanku untuk aku bebas dari penderitaanku. Tanpa kusadari, tiba-tiba tangan yang kuat itu menyentuh pundakku. Sang Tabib Agung itu berdiri di hadapanku!

Mataku seakan tak sanggup menatap cahaya kemuliaan di wajah-Nya. Aku jatuh tersungkur di kaki-Nya. Seketika itu, Dia mengulurkan tangan-Nya dan tubuhku mulai memberontak. Ada kuasa dalam tubuhku yang memaksaku untuk meronta-ronta. Namun, aku pun dapat merasakannya, kuasa pada sentuhan-Nya dan suara-Nya itu jauh lebih besar daripada kuasa yang memberontak di dalam tubuhku. Segera saja, aku merasakan tubuhku lemas tak berdaya. Ada aliran hawa yang keluar tuntas, hingga dadaku terasa bernapas lega kembali. Sang Tabib Agung menatapku dengan tajam sekaligus lembut sambil berkata, “Engkau telah sembuh, bangunlah dan jangan berbuat dosa lagi.” Kurasakan jiwaku bebas. Ya, aku sudah dibebaskan!

Mulai saat itu, aku memutuskan untuk mengikuti Sang Tabib Agung itu. Hanya Dia-lah yang menjadi penyelamatku; Dia menyembuhkanku dari penyaki, Dia mengusir roh-roh jahat dari dalam diriku, dan Dia juga membebaskan aku dari penderitaan berat selama bertahun-tahun. Di dalam Dia, mengikut Dia, aku aman. Tidak ada kuasa yang lebih besar daripada kuasa-Nya. Dia-lah Tuhan bagi hidupku, dan sebab itulah aku yakin untuk melayani-Nya seumur hidupku.

Kini, aku ada bersama-sama dalam rombongan Tuhanku untuk berjalan bersama-Nya dari kota ke kota untuk mewartakan kabar sukacita yang besar, bahwa ada kebebasan yang sejati dan kehidupan yang kekal di dalam Tuhanku. Selain 12 murid Tuhanku, di dalam rombongan ini juga ada beberapa perempuan lain. Mereka dahulu sama sepertiku, semuanya menngikut Tuhanku setelah dipulihkan dari masa lalunya. Setiap pagi kami mendengarkan Tuhanku berbicara kepada kami dan kami sangat menikmati waktu-waktu Tuhanku berbicara.

Terasa sungguh, aku sangat diberkati tinggal di dalam rombongan ini. Kami saling membantu dalam melayani, dan kami saling berbagi jika ada kesulitan saat kami melayani. Kami pun membagikan kasih yang telah kami terima ini kepada orang lain, sehingga orang lain pun dapat merasakan kasih Tuhanku. Inilah keluarga baruku. Aku menemukan kehidupan yang baru bersama Tuhanku dan komunitas keluarga ini membuatku makin dewasa, makin penuh kasih, serta makin serupa dengan sifat Tuhanku. Pasti, aku tidak akan kembali ke masa laluku.

—-

Maria Magdalena jelas seorang murid yang setia mengikut Yesus. Dia hadir pada saat penyaliban Yesus dan membantu proses penguburan Yesus. Dia juga hadir bersama Maria ibu Yakobus dan Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. Pada akhirnya, Maria Magdalena mendapat anugerah besar karena menjadi murid pertama yang melihat Yesus setelah bangkit dari kematian. Kesetiaan seorang murid yang menyerahkan hidupnya kepada Allah tak pernah sia-sia di mata-Nya.

“Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal. 2:20)

 

(diadaptasi dari Luk. 8:1-3; Yoh. 19:25; Mrk. 16:1; Yoh, 20:16-18; dan referensi www.alkitabsabda.org, oleh Liana Bunardi)

 

Refleksi Pribadi:

  1. Apakah saat ini Anda mengalami pergumulan/penderitaan/penyakit dalam hidup Anda?
  2. Sudahkah Anda datang kepada Yesus, Sang Tabib Agung, dengan hal yang Anda alami itu?
  3. Sudahkah Anda tertanam di dalam komunitas yang menolong Anda makin bertumbuh?
2021-07-26T22:43:42+07:00