//Nuh : Diselamatkan karena Hidup oleh Iman

Nuh : Diselamatkan karena Hidup oleh Iman

Dalam kitab Ibrani, tertulis prinsip penting tentang keterkaitan iman kita dengan seberapa kita diperkenan oleh Allah, “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, dia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia,” (Ibr. 11:6). Sebenarnya, apa itu iman, yang ditegaskan begitu penting ini? Jawabannya terdapat dalam kitab yang sama, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat,” (Ibr. 11:1). Makna penting ini diperkuat oleh tulisan Rasul Paulus juga, “Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa,” (Roma 14:23b). Jelaslah, kita harus hidup dan berjalan di dalam iman agar berkenan kepada Allah.

 

Pada edisi ini, kita akan belajar tentang hidup oleh iman dari tokoh Alkitab yang bernama Nuh. Nuh adalah orang yang diselamatkan karena hidup dalam iman, bahkan hidup oleh iman. Ialah satu-satunya orang yang hidup bergaul dengan Allah pada zamannya. Musa menuliskannya, “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Dia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya,” (Kej. 6:5-6). Begitu memilukan hati Tuhan kondisi kehidupan manusia saat itu, hingga selanjutnya ditegaskan kembali, “Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan,” (Kej. 6:11). Begitu rusaknya manusia, sampai Allah memandang bumi rusak karenanya dan tidak dapat diperbaiki. Maka, Allah berfirman, “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka,” (Kej. 6:7). Menariknya, meski Tuhan memutuskan untuk membinasakan segala yang hidup, keputusan-Nya itu rupanya tidak berlaku bagi Nuh serta keluarganya. Musa mencatat penyebabnya, “Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN,” (Kej. 6:8). Mengapa hanya Nuh yang disebut demikian? Karena, “Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah,” (Kej. 6:9). Inilah keunggulan Nuh yang membuatnya berbeda di tengah-tengah semua manusia lainnya yang hidup rusak dan merusak seluruh bumi. Nuh berkenan di mata Tuhan, hidupnya bergaul karib dengan Tuhan, dan menurut prinsip Firman Tuhan, hal ini berarti Nuh hidup dalam/oleh iman.

 

Mari kita perhatikan lebih teliti: iman bagaimana yang Nuh miliki ini?

 

  1. Iman Nuh membuatnya berkeputusan untuk hidup benar, walau sendirian

Betapa hebatnya keputusan Nuh untuk hidup benar! Walau sekelilingnya terus-menerus berbuat jahat, Nuh secara konsisten memilih untuk hidup tidak bercela. Iman Nuh akan Tuhan yang hidup dan melihat cara hidupnya membuat dia terbiasa berinteraksi dengan Tuhan serta taat kepada kebenaran, hingga hidupnya pun diperkenan Tuhan. Tertulis, “Karena iman, maka Nuh — dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan — dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu dia menghukum dunia, dan dia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya,” (Ibr. 11:7).

 

  1. Iman Nuh membuatnya tidak ragu untuk melakukan hal baru yang belum dikuasainya

Ketika Tuhan memutuskan untuk melenyapkan segala makhluk hidup dengan air bah, Nuh menerima arahan baru dari Allah untuk membuat bahtera. Ingat, manusia suka melakukan hal-hal yang sudah terpola dengan baik, sudah rutin, sudah biasa, dan tidak suka berubah untuk melakukan hal-hal yang baru. Namun, Nuh berbeda dari kebanyakan orang, “Karena iman, maka Nuh — dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan — dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya,” (Ibr. 11:7a). Tidak terbayangkan oleh Nuh untuk mempersiapkan bahtera, karena dia belum pernah melihatnya. Membuat bahtera, meski dengan petunjuk yang sangat terperinci dari Allah, adalah hal baru yang sama sekali belum dikuasainya. Hanya karena imannya kepada kebenaran perkataan Tuhanlah dia berani melakukan hal baru yang sulit itu. Oleh imannya itu, Nuh bukan saja mendapati dirinya diperkenan Tuhan, tetapi juga keluarganya ikut diselamatkan dari kebinasaan.

 

  1. Iman Nuh membuatnya tidak takut untuk hidup dalam janji Allah, meski waktu penggenapan janji itu belum tiba

Allah berjanji kepada Nuh untuk menyelamatkan keluarganya melewati peristiwa air bah yang melenyapkan segala makhluk hidup di luar bahtera. Janji itu dipegang dan dipercayai Nuh di dalam imannya. Iman ini membuat Nuh taat dalam seluruh prosesnya, meski dia sama sekali tidak tahu kapan janji Allah itu digenapi kelak. Akhir dari penantiannya sungguh indah. Nuh sekeluarga, beserta seluruh hewan yang diperintahkan untuk mereka bawa di dalam bahtera, selamat. Hujan dan air bah berakhir, tanah kembali kering, dan Tuhan memberikan pelangi di langit sebagai tanda perjanjian kekal-Nya kepada manusia melalui iman Nuh yang terwujud nyata dalam ketaatannya itu. Sampai saat ini, bila kita melihat pelangi di awan, itu adalah tanda dari Allah kepada Nuh dan umat manusia bahwa Dia tidak akan lagi membinasakan seluruh umat manusia seperti itu.

 

Kita yang hidup di akhir zaman ini tentu mengalami dan menyaksikan bahwa kejahatan manusia makin bertambah-tambah. Namun, kita pun memiliki teladan-teladan iman yang luar biasa. Kata Paulus, “Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka,” (Ibr. 13:7b). Hari ini, kita belajar dari hidup Nuh, dalam iman dan ketaatannya akan janji Allah. Kita pun bisa hidup beriman seperti Nuh. Rasup Paulus menuliskan perintah agar kita meneladani tokoh-tokoh iman ini, sekaligus menegaskan bahwa kita memiliki roh yang sanggup untuk melakukannya, “Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: ‘Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata’, maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata,” (2 Kor. 4:13). Seperti yang telah dilakukan Nuh, kita pun dapat membuat perbedaan dengan dunia, yaitu kita menjadi orang-orang yang hidupnya berkenan kepada Allah karena kita hidup oleh iman di dalam Dia.

2021-05-27T09:48:38+07:00