///Orang Tua sebagai Penabur Benih

Orang Tua sebagai Penabur Benih

Sukacita penabur adalah ketika menemukan tanah yang subur, tanah yang gembur. Di sinilah benih dapat masuk ke dalam, akarnya bertumbuh masuk ke dalam tanah, dan hanya ada sedikit sekali duri yang menghambat pertumbuhan tanaman itu.

Kebanyakan dari anak-anak kita sebenarnya adalah tanah yang gembur. Persekutuan Penginjilan Anak telah menyajikan hasil penelitian mereka di AS tentang usia orang-orang ketika menjadi Kristen. Satu persen dari para responden mengaku menanggapi berita keselamatan sebelum usia empat tahun. Delapan puluh lima persen menyerahkan hidup kepada Yesus ketika berusia antara empat sampai empat belas tahun. Sepuluh persen diselamatkan di antara usia lima belas dan tiga puluh tahun. Dan, hanya 4 persen yang masuk ke dalam Kerajaan Allah setelah mereka berusia di atas tiga puluh tahun.

Jelaslah bahwa kebanyakan anak mau mendengar pesan Allah. Tanah hati mereka belum menjadi keras, akarnya mendapat kesempatan untuk tumbuh jauh ke dalam, dan kekhawatiran akan hidup jasmani belum bertumbuh di dalam hati mereka.

Paulus berkata, “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allahlah yang memberi pertumbuhan” (1 Kor. 3:6). Jadi memang kita menanam, kita menyiram, dan kita bahkan mencoba untuk mencabut beberapa rumput liar, tetapi Allahlah yang menumbuhkan benih-benih itu. Sesungguhnya Yesus berkata, “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku” (Yoh. 6:44). Maka bahkan sebelum kita mencoba untuk mengajarkan pesan Allah, kita perlu berdoa agar Allah menarik anak-anak kita kepada Yesus. Selain itu, ada juga beberapa hal lain yang dapat kita lakukan untuk menolong menyiapkan tanah hati anak kita. Hal-hal kreatif akan menolong anak-anak kita agar lebih mudah memahami Pribadi Allah yang kita sembah. Karena itu, kita perlu menerapkan Yakobus 1:5-6, yang jelas menyatakan bahwa kita dapat meminta hikmat dari Tuhan supaya ada pencerahan ide kreatif bagi kita sebagai orang tua untuk dapat menolong anak-anak kita menjadi tanah yang gembur bagi Kebenaran Firman Allah yang ditaburkan.

Selain berdoa secara pribadi untuk meminta hikmat Allah, kita juga perlu sering mendiskusikan hal tersebut bersama dengan suami atau istri kita, supaya gagasan apa pun yang dilakukan merupakan hasil kesepakatan kita bersama sebagai orang tua. Jangan lupa, tanggung jawab mendidik anak-anak di dalam jalan Tuhan adalah tanggung jawab bersama suami dan istri sebagai orang tua. Memiliki rekan kerja akan membantu kita melakukan tanggung jawab dengan baik. Syukurlah, Tuhan juga memberikan pertolongan tambahanNya. Komunitas sel di mana kita bertumbuh secara rohani adalah cara Tuhan yang lain untuk memberikan inspirasi bagi kita sebagai orang tua dalam mendidik anak.

Mari, terus tabur benih pesan Allah di dalam tanah hati anak-anak kita, sampai kita melihat benih itu beakar kuat dan berbuah lebat serta berbuah tetap di dalam hidup anak-anak kita.
(saduran dari buku “Cara untuk Mengajar Anak Anda tentang Allah” karya Karyn Henley)

2016-03-29T07:09:56+07:00