“Janganlah khawatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah khawatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?” (Matius 6:25)
Sejak 2000 tahun yang lalu, ternyata kekhawatiran telah menjadi wabah penyakit yang meluas, bahkan turun-temurun. Penyakit ini dapat menimpa siapa saja; mulai dari orang tua, orang muda, si miskin, maupun si kaya. Bentuknya beragam dan jenis tingkatan penyakitnya pun berbeda-beda. Apakah Anda termasuk yang pernah/sedang mengalaminya?
Khawatir berasal dari kata merinmao dari kata merizo artinya “membagi” – menggambar arah yang berbeda – dan itulah cara kerja kekhawatiran, yaitu membagi fokus pikiran kita dan membawa fokus kita ke arah yang lain. Dengan demikian, kekhawatiran membuat kita takut akan hal yang lebih buruk terjadi dan mendorong kita untuk mencoba mengendalikan masa depan. Sebenarnya jika kita amati dengan jujur dan teliti, hanya ada tiga aspek yang sering menjadi penyebab kekhawatiran, yaitu sandang (pakaian/penampilan), pangan (makanan-minuman), dan papan (tempat tinggal). Kekhawatiran, di area kehidupan yang mana pun, tidak memberikan kemuliaan bagi Allah, karena dengan memelihara kekhawatiran sesungguhnya kita sedang menyatakan bahwa Allah tidak cukup dan tidak sanggup mengerjakan solusi atas situasi dan kehidupan kita.
Di Matius 6:25, Tuhan Yesus memberikan cara untuk kita menang dari rasa khawatir: tidak berbuat apa-apa, tetapi percaya saja. Betapa sederhananya! Peringatan “jangan khawatir” merupakan sebuah perintah yang isinya meminta kita untuk tidak melakukan sesuatu. Lalu, perintah ini meminta kita untuk diam dan tenang. Inilah perintah yang hanya dapat dilakukan dari sikap dasar beriman kepada Tuhan. Yang dibutuhkan bukanlah iman yang besar, melainkan iman yang kuat dan tidak bimbang.
Perintah “jangan khawatir” juga berarti kita perlu berhenti resah, berhenti terbebani dengan hal-hal yang mengganggu. Dan memang benar, hal ini merupakan kebenaran penting yang harus diingat, karena Tuhan siap dan akan melengkapi semua kebutuhan kita.
Di dalam Alkitab ada seorang tokoh wanita yang bernama Rut. Apa yang Rut alami tentunya membawa dirinya pada suatu masa yang penuh kekhawatiran dan dapat membuatnya putus asa. Masa sulit itu dialaminya sejak kematian suaminya (Rut 1:5). Sejak suaminya meninggal, dia mengalami kesulitan ekonomi yang buruk. Bahkan, dia berhadapan dengan keputusan ibu mertuanya yang memilih untuk meninggalkan Moab dan kembali ke tanah kelahirannya. Tak bisa dibayangkan betapa peliknya situasi yang dihadapi Rut; tanpa suami dan harus meninggalkan tanah kelahirannya dengan seorang wanita tua. Rut tentu menghadapi kondisi yang sangat menakutkan, dan wajar baginya untuk khawatir. Namun, Rut tahu bahwa Allah yang dipercaya oleh keluarga suaminya adalah Allah yang hidup. Itulah sebabnya, dia memutuskan untuk melayani ibu mertuanya di negeri yang asing baginya. Hatinya yang tetap tenang dan percaya itu membawa dirinya pada suatu momentum perkenanan Tuhan. Tuhan hadir dan memberkati hidupnya; Rut dipertemukan dengan seorang suami dan hidup sangat bahagia.
Seorang tokoh wanita dalam sejarah bernama Corrie Ten Boom memberikan resep yang bagus untuk menang atas kecemasan, kekhawatiran, dan keresahan, “Pandanglah Yesus dan beristirahatlah.” Ya, memandang Yesus akan membuat kita sadar kembali akan kesanggupan-Nya dan kasih-Nya atas kita, sehingga fokus kita bukan lagi pada kebutuhan dan masalah yang mengkhawatirkan itu.
Kekhawatiran hanya akan mengalihkan fokus perhatian kita dari Kristus, yang cukup dan sanggup untuk menolong kita (2 Kor. 12:9, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna,”). Mari pandang Yesus saja, karena itulah istirahat kita dari segala kekhawatiran.
Pertanyaan Refleksi:
- Apakah masih ada rasa kekhawatiran yang mengganggu Anda dalam menapaki perjalanan yang baru di tahun ini?
- Apa yang selama ini menjadi fokus perasaan dan pikiran Anda dalam hal yang Anda khawatirkan itu? Masalahnya dan kebutuhannya, atau kesanggupan Tuhan untuk menolong dan mengerjakan solusinya?
- Temukan perkataan Firman Tuhan tentang situasi Anda saat ini. Catatlah dan peganglah pesan Firman-Nya itu menjadi iman Anda untuk menjalani tahun ini.