Kedorlaomer adalah pemimpin dari raja-raja yang menaklukkan raja-raja di sejumlah daerah, termasuk Sodom dan Gomorah. Singkatnya, Kedorlaomer adalah ahli strategi perang dan memiliki pasukan yang kuat. Lot dan keluarganya, yang tinggal di Sodom, menjadi tawanan raja ini. Mendengar keponakannya ditawan, Abraham membawa 318 orang untuk membebaskan Lot dan ia berhasil mengalahkan pasukan Raja Kedorlaomer (Kejadian 14:14). Kemudian, Abraham kembali, dan tiba-tiba Melkisedek, raja Salem, muncul. Ia bukan hanya raja, tetapi juga imam Allah yang Mahatinggi. Ia membawa anggur dan roti serta memberkati Abraham. Perhatikan perkataan Melkisedek yang menarik: “Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu,” (Kejadian 14:19-20). Secara teori perang dan strategi perang, Abraham tidak mungkin menang dengan 318 orang melawan pasukan yang lebih besar (mungkin ribuan orang). Maka jika Abraham menang, sudah pasti itu bukanlah karena kehebatannya sendiri. Melkisedek berkata bahwa Allah Yang Mahatinggilah yang memberikan kemenangan kepada Abraham. Sebagai respons atas perkataan luar biasa dari Melkisedek ini, Abraham memberikan sepersepuluh dari semua harta rampasan (Kejadian 14:20).
Siapakah Melkisedek? Ibrani 7:1-4 menjelaskan, “Sebab Melkisedek adalah raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi; ia pergi menyongsong Abraham ketika Abraham kembali dari mengalahkan raja-raja, dan memberkati dia. Kepadanya pun Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya. Menurut arti namanya Melkisedek adalah pertama-tama raja kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu raja damai sejahtera. Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya. Camkanlah betapa besarnya orang itu, yang kepadanya Abraham, bapa leluhur kita, memberikan sepersepuluh dari segala rampasan yang paling baik.” Penulis surat Ibrani menyatakan bahwa Melkisedek adalah gambaran Anak Allah, yaitu Yesus Kristus, yang kemudian dinyatakan di Perjanjian Baru. Kemunculannya sangat mendadak di tengah raja Sodom dan Abraham. Melalui Melkisedek, Tuhan sedang berbicara kepada Abraham agar tidak sombong, bahwa ia menang bukan karena kehebatannya, tetapi Allah Yang Mahatinggi. Abraham menanggapi suara Tuhan dengan memberikan sepersepuluh dari hasil rampasan terbaik kepada Melkisedek sebagai tanda bahwa sumber hidupnya dan sumber kemenangannya adalah Tuhan.
Ketika saya lahir baru di Sydney, Australia, semasa kuliah di sana, saya diajarkan untuk memberikan sepersepuluh dari setiap berkat yang saya terima. Saat itu, saya hanya setia saja untuk memberikan meski saya tidak begitu mengerti maknanya. Saya memberikan uang yang saya dapatkan dari pemberian orang tua saya. Itu bukan uang saya. Saya memberi karena diajarkan bahwa ini adalah perintah Allah, sampai pada suatu acara retret, saya bertanya kepada salah seorang pembicara, “Pak, bagaimanakah caranya menghitung sepersepuluh, karena saya belum bekerja?” Saat itu, saya merasa bangga sekali karena sekalipun tidak bekerja, saya memberikan persepuluhan. Namun, jawaban dari pembicara itu menyambar saya, “Orang yang bertanya tentang persepuluhan itu adalah orang pelit!” Saya sedikit tersinggung dengan jawaban tersebut. Selanjutnya, ia berkata bahwa sebenarnya Tuhan telah memberikan segala-galanya bagi kita. Yesus memberikan nyawa-Nya bagi kita di atas kayu salib. Jadi, kita harus menyerahkan semuanya, bukan hanya 10 persen. Dia mengutip ayat ini: “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna,” (Roma 12:1-2).
Sebenarnya, mengapa saya bertanya tentang cara menghitung sepersepuluh? Pikiran saya berkata bahwa jika saya salah menghitung sehingga kurang $1 dari persepuluhan, saya akan terkena kutuk; sebaliknya jika saya memberikan lebih $1 saja, saya akan rugi. Itulah sebabnya, saya mau perhitungan yang saya lakukan tepat sesuai jumlahnya. Dengan tindakan ini, saya telah menunjukkan bahwa saya tidak lagi hidup dalam prinsip iman. Saya sedang mempraktikkan gaya hidup menurut aturan Hukum Taurat. Itu adalah pengalaman masa lalu saya. Sampai hari ini pun saya tetap masih setia menyisihkan sepersepuluh dari semua pendapatan saya untuk memberikan persepuluhan. Namun, cara berpikir saya sekarang berbeda. Saya menemukan bahwa Abraham memberikan persepuluhan sebagai rasa hormatnya kepada Tuhan. Jadi, persepuluhan adalah sebagai tanda pengakuan bahwa Tuhanlah Allah Yang Mahatinggi, yang telah memanggil kita untuk percaya kepada Dia dan memberi kita kehidupan yang sekarang di bumi dan kehidupan yang kekal dalam kemuliaan-Nya.
Warisan iman dari Abraham tentang persepuluhan ini juga turun sampai kepada Yakub. Waktu itu, Yakub sedang melarikan diri dari ancaman akan dibunuh Esau. Namun di tengah jalan, yaitu di Betel saat ia tidur, ia mendapat mimpi. Ada tangga yang panjangnya dari bumi sampai ke surga. Malaikat Allah turun naik di tangga itu. Dalam mimpinya, Yakub mendengar perkataan Tuhan, “Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu”. Mendengar janji Tuhan ini, bernazarlah Yakub: “Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN akan menjadi Allahku. Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu,” (Kejadian 28:20).
Saya tidak tahu dari manakah Yakub mendapatkan konsep tentang pemberian persepuluhan. Namun, saya percaya bahwa Abraham telah mengajar Ishak sampai Yakub tentang persepuluhan. Jadi, ketika Yakub kabur pun, ia masih memiliki prinsip iman yang telah tertanam di dalam hati Yakub untuk tetap percaya bahwa Tuhan adalah Allahnya sendiri, yang akan memelihara hidupnya. Sebagai tanda bahwa ia menghormati Tuhan, ia akan memberikan sepersepuluh dari apa yang ia dapatkan.
Setelah saya mengerti prinsip ini dan waktu saya mulai bekerja di sebuah perusahaan, cara saya memberi persepuluhan menjadi berbeda. Saya tidak lagi terlalu memperhitungkan rupiah demi rupiah ketika memberi persepuluhan kepada Tuhan. Saya lebih memperhatikan sikap hati saya ketika memberi persepuluhan. Saya melepaskan sepersepuluh dengan perasaan sukacita. Saya melakukan ini bukan lagi sebagai Hukum Taurat, tetapi ungkapan syukur dari hati saya yang terdalam. Saya tidak setuju dengan orang-orang yang mengajarkan persepuluhan dengan menabur ketakutan dengan berkata, “Terkutuklah orang yang tidak memberikan persepuluhan,” (Maleakhi 3:9). Seharusnya spirit memberi, termasuk memberi persepuluhan, haruslah prinsip iman.
Saat Abraham ditawarkan oleh raja Sodom (yang sudah dikalahkan oleh Kedorlaomer) sejumlah harta benda miliknya, Abraham berkata, “Aku bersumpah demi TUHAN, Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi: Aku tidak akan mengambil apa-apa dari kepunyaanmu itu, sepotong benang atau tali kasut pun tidak, supaya engkau jangan dapat berkata: Aku telah membuat Abram menjadi kaya.” (Kejadian 14:22-23). Ini berarti Abraham bukan hanya memiliki iman, tetapi juga memiliki integritas. Abraham tidak mau hidupnya diberkati karena kekayaan raja Sodom, tetapi ia hanya mau diberkati oleh Allah Yang Mahatinggi yang kepada-Nya ia percaya dan beriman. Prinsip inilah yang harus ada pada kita. Bisakah kita berkata kepada anak-anak kita bahwa “segala keberadaan papa dan mama hari ini adalah karena anugerah Tuhan dan bukan karena yang lain”?
Warisan yang kita tinggalkan kepada anak kita janganlah berupa harta. Warisan terbesar yang dapat kita tinggalkan kepada anak-anak kita adalah warisan iman. Anak-anak yang menerima warisan iman akan tetap bergantung kepada Tuhan meski harus melewati ujian iman. Mereka pasti menang. Saya senang anak-anak saya juga memberi persepuluhan sebagai pengakuan bahwa semuanya dari Tuhan, sekalipun uang itu adalah pemberian kami orang tua mereka. Jadi, memberikan persepuluhan adalah sebagai ungkapan syukur karena pemeliharaan Tuhan dan bukan semata-mata karena keharusan.
Musa di dalam Hukum Taurat mengambil prinsip memberi sepersepuluh dengan tujuan supaya pelaksanaan kegiatan oleh suku Lewi di Kemah Musa tidak terganggu. “Mengenai bani Lewi, sesungguhnya Aku berikan kepada mereka segala persembahan persepuluhan di antara orang Israel sebagai milik pusakanya, untuk membalas pekerjaan yang dilakukan mereka, pekerjaan pada Kemah Pertemuan,” (Bilangan 18:21). Suku Lewi adalah satu-satunya suku dari 12 suku Israel yang tugasnya khusus mengurusi segala peribadatan di Kemah Musa dan kemudian Bait Suci di Yerusalem. Mereka tidak mendapat bagian tanah di Kanaan untuk berladang waktu bangsa Israel kembali dari perbudakan di Mesir. Untuk menopang hidup mereka, Tuhan memberi perintah pada Musa untuk menggunakan prinsip persepuluhan.
Dalam Perjanjian Baru, Paulus juga mengatur supaya orang-orang yang mengajar, orang-orang yang memberitakan Injil, orang-orang yang menggembalakan jemaat, hidup dari pemberian jemaat. Memang ia tidak memakai kata “persepuluhan” yang artinya mengenai jumlah. Namun pada prinsipnya, ada pemeliharaan untuk orang-orang yang dipanggil sepenuh waktu untuk pekerjaan Tuhan, mereka perlu dibiayai hidupnya, sekalipun Paulus sebagai rasul tidak mau mengambil hak tersebut. “Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah, kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu,” (1 Korintus 9:12-14). Baca juga Galatia 6:6 dan 1 Timotius 5:17-18 tentang hal ini.
Memberi dalam Perjanjian Baru bukanlah tentang angka tertentu atau sepersepuluh, tetapi lebih berkaitan dengan sikap hati dan bertujuan supaya terjadi keseimbangan dan kecukupan. Kepada jemaat di Korintus, Paulus mengaturnya, “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” (2 Korintus 9:7). Ini berarti jika kita tidak rela di dalam hati untuk memberi, tidak ada gunanya kita memberi, karena yang Tuhan perhitungkan adalah maksud atau sikap hati. Jangan memberi persepuluhan karena terpaksa atau dengan hati yang tidak rela. Mengapa? Karena memberi adalah sebuah respons yang bersifat pribadi antara kita dengan Tuhan. Ini adalah bagian dari perjanjian kita dengan Tuhan. Lebih baik kita memberi kepada Tuhan dengan sukacita, dari pada kita melakukannya dengan bersungut-sungut.
Paulus menjelaskan bahwa memberikan segala sesuatu (termasuk praktik persepuluhan) harus sesuai dengan dua prinsip dalam konteks Perjanjian Baru, yaitu:
1. Prinsip iman, yang juga sudah dipraktikkan oleh Abraham dan Yakub. Hukum iman berkata bahwa “aku melakukan ini karena aku mengasihi Tuhan. Tuhanlah yang berkuasa memelihara hidupku.” Kolose 3:23 jelas menegaskan hal ini, “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”
2. Prinsip kasih karunia. Dasar dari kasih karunia adalah melakukan segala sesuatu dengan hati yang rela karena kita sudah menerima kasih karunia berupa keselamatan. 2 Korintus 8:9 menyatakannya, “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.”
Dengan kedua prinsip ini, kita melakukan segala sesuatu, termasuk memberi persepuluhan, dengan hati yang penuh sukacita. Memberi persepuluhan tidak lagi diletakkan dalam konteks Hukum Taurat, yang dipraktikkan oleh Musa dan orang Israel. Hukum Taurat berbicara tentang upah. Kamu akan menerima upah bila melakukannya. Namun bila kamu tidak melakukannya, kutuk akan turun ke atas kamu. Padahal, praktik memberi persepuluhan sudah ada sebelum Hukum Taurat, seperti yang dilakukan Abraham dan Yakub dengan prinsip iman atau hukum iman. Hukum iman masih tetap berjalan terus, karena orang benar hidup oleh iman.
Yesus sendiri pun pernah berbicara soal persepuluhan ketika bertemu dengan ahli Taurat dan orang Farisi. Matius 23:23 menceritakannya, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam Hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.” “Jangan abaikan” berarti kita tetap melakukan meski dengan cara yang berbeda. Jika Anda bertanya kepada saya apakah persepuluhan itu penting atau tidak penting, saya akan menjawab bahwa persepuluhan adalah penting. Mengapa? Karena saya tahu siapa saya, sebagai orang yang sudah mendapat kasih karunia Tuhan. Bagi saya, persepuluhan adalah ekspresi iman saya kepada Tuhan. Hal itu bersifat pribadi antara saya dengan Tuhan. Prinsip iman ini sangat penting dan menentukan dalam kekristenan kita, karena tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.
Ketika Yesus ditanya soal apakah yang paling utama di dalam Hukum Taurat, Ia tidak menyebutkan larangan jangan membunuh atau jangan berzinah. Namun, Yesus berbicara soal hati manusia dan apa yang ada di dalam hati, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri,” (Matius 22:37-39). Yesus mementingkan urusan hati, sedangkan ahli Taurat dan orang Farisi yang hidup di zaman itu mementingkan tradisi dan hal-hal yang lahiriah dari Hukum Taurat, sehingga mereka menjadi sombong. Dulu, saya melihat persepuluhan seperti sebuah Hukum Taurat. Itu sebabnya, saya selalu memperhitungkan segala sesuatu dengan Tuhan, dengan maksud supaya saya mendapatkan berkat serta tidak mengalami kutuk. Namun setelah saya mengerti prinsip Yesus yang lebih mengutamakan sikap hati ini, saya bersukacita untuk melakukannya dengan sepenuh hati.
Saya sudah mendengar banyak kesaksian tentang banyak pintu-pintu berkat dari surga terbuka kepada orang-orang yang taat memberikan persepuluhan. Ada banyak berkat yang mengalir pada mereka yang bersedia dan taat untuk melakukannya dengan hati yang penuh dengan sukacita dan lahir dari prinsip iman kepada Tuhan yang menjadi Sumber segala berkat.
Pertanyaan selanjutnya adalah ke manakah uang persepuluhan yang diberikan kepada gereja saat ini mengalir. Yang pertama, persepuluhan dipakai untuk membiayai orang-orang yang memberikan hidupnya sepenuh waktu bekerja di kantor gereja maupun melayani sebagai staf pengabdi, penatua, maupun pelayan Tuhan. Yang kedua adalah membayar biaya-biaya yang berhubungan dengan kegiatan gereja di hari Minggu, seperti operasional ibadah minggu, pembicara, tim penyembahan, KEGA, majalah Build, penyewaan gedung (kalau ada) maupun fasilitas lainnya seperti AC, peralatan musik dan tata suara, dan sebagainya. Yang ketiga adalah urusan penggembalaan, diakonia, komsel, dan acara-acara jemaat seperti SPK, retret, pelatihan, maupun Paskah/Natal. Yang keempat adalah biaya untuk pelayanan ke gereja-gereja baik di daerah-daerah maupun di luar negri. Yang kelima, persepuluhan kita mendukung penjangkauan jiwa-jiwa (pekerjaan misi) di dalam maupun di luar negeri. Semua pelayanan ini berjalan oleh dukungan keuangan dari uang persepuluhan yang telah Anda berikan ke gereja setiap minggu atau setiap bulan.
Di Abbalove, sudah ada sistem yang bertahun-tahun mengatur pemakaian persepuluhan supaya ada akuntabilitas (pertanggungjawaban), efisiensi penggunaan dana, dan harus tepat guna (artinya, tidak sembarangan dipergunakan). Keputusan pengeluaran dana membutuhkan tanda tangan dari minimal tiga orang pemimpin yang berwenang. Penatua atau pemimpin jemaat tidak boleh memperkaya diri atau mengambil keuntungan untuk pribadi dan keluarga dari persepuluhan. Mereka diberi gaji (disebut persembahan kasih) setiap bulan. Saya percaya, persepuluhan selain dipakai untuk pemeliharaan jemaat seperti penggembalaan, juga perlu dialokasikan lebih besar (selain dana misi/BIT) untuk pengembangan jemaat, supaya Amanat Agung yaitu menjadikan semua bangsa murid Kristus, bisa menjadi fokus utama.
Uang ialah benda mati. Namun, bagaimana cara kita mempergunakan uang yang adalah benda mati itu untuk melayani manusia yang hidup agar mereka berubah sampai memiliki kualitas murid Kristus, itu adalah tujuan yang penting dan sangat mulia. Persepuluhan adalah salah satu bagian dari prinsip hidup orang beriman. Apakah kita dapat berkata, “Tuhan, hidup saya hari ini adalah sebuah perjalanan iman yang saya tempuh seperti Abraham. Ia hanya berasal dari sebuah perkampungan kecil di Ur Kasdim, tetapi ia hidup oleh iman. Ia melangkah bersama Tuhan untuk menggapai impian yang terbesar.” Anda mungkin berasal dari kampung kecil di Kediri, di Kupang, di Riau, di Tondano, di Pangkalan Bun, atau kampung-kampung yang lain. Dengan iman atau tanpa iman (karena belum kenal Yesus), Anda melangkah ke Jakarta atau kota besar lainnya. Sekarang Anda hidup dalam iman, berkuliah, bekerja, menikah, membesarkan keluarga, dan melakukan banyak hal bersama Tuhan. Pengakuan bahwa hanya Tuhanlah satu-satunya Sumber kehidupan Anda membuat Anda ada sampai hari ini. Semuanya adalah karena kasih karunia dari Tuhan. Maukah kita memberikan 100 persen hidup kita, waktu kita, tenaga kita, hati kita, untuk melayani orang-orang yang sudah maupun yang belum mengenal Tuhan?
Sebagai keluarga besar jemaat Abbalove Ministries, kita memberi persepuluhan kita karena percaya dan mengakui Tuhan yang adalah sumber kehidupan, sumber berkat, dan sumber kemenangan kita