Prinsip Gramatika (Tata Bahasa)
Dalam menafsirkan isi Alkitab, selain soal konteks, kita perlu berpegang pada prinsip umum yang kedua, yaitu gramatika atau tata bahasa yang digunakan. Seperti kita ketahui, naskah asli kitab-kitab dalam Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani, sedangkan naskah asli kitab-kitab dalam Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani. Kedua bahasa asing ini memiliki struktur tata bahasa yang berbeda dengan bahasa Indonesia; bahasa Ibrani memiliki aturan gramatika yang cenderung lebih sederhana daripada bahasa Indonesia (tetapi makna kosakatanya jauh lebih kaya dan luas), sedangkan bahasa Yunani memiliki aturan gramatika yang jauh lebih rumit daripada bahasa Indonesia (bahasa Yunani bahkan dijuluki “tidak dapat dipahami” oleh para penutur bahasa Inggris, karena kerumitannya).
Kita patut bersyukur bahwa Alkitab yang dikelola dan dicetak oleh LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) berbahasa Indonesia, dan terjemahan bahasa Indonesia ini merupakan hasil dari kerja keras ahli-ahli bahasa Ibrani dan Yunani, sehingga secara umum Alkitab bahasa Indonesia versi Terjemahan Baru yang diterbitkan LAI sudah cukup memadai untuk membantu pemahaman pembacanya dalam proses pembelajaran Firman Tuhan. Walau kadang tidak secara sempurna dapat menggambarkan makna sesungguhnya/harfiah karena masalah aturan tata bahasa dan gaya penulisan sastra yang berbeda, secara umum kita dapat menangkap makna yang dimaksud. Contohnya, pepatah-pepatah, frasa, atau istilah dalam kebudayaan Yunani dan agama Yahudi pada zaman Alkitab sering kali tidak terdapat dalam bahasa dan budaya Indonesia. Kalau bagian-bagian ini diterjemahkan apa adanya kata per kata, pemahaman kita justru dapat menyimpang dari makna sebenarnya yang dimaksud penulis, sehingga penafsiran kita akan keluar dari konteksnya. Di sinilah kita melihat bahwa prinsip gramatika dan prinsip konteks harus berjalan berbarengan.
Dengan maksud baik agar mempermudah pemahaman langsung para pembaca “awam”, para penerjemah Alkitab LAI sering menggunakan pertimbangan-pertimbangan tertentu sehingga menyederhanakan penerjemahan berbagai bagian. Kita sebaiknya tetap berusaha memeriksa makna dalam bahasa asli pada kata atau bagian yang sedang kita berusaha tafsirkan dalam Alkitab, karena penyederhanaan semacam ini juga mengandung risiko keluar dari makna harfiahnya sehingga melahirkan penerapan/pengajaran tafsirannya yang meleset atau berbeda.
Mari kita simak beberapa contoh berikut ini:
- Mazmur 116:15 dalam Alkitab versi TB terbitan LAI berbunyi, “Berharga kematian semua orang yang dikasihi Tuhan.” Jika dilihat dalam bahasa aslinya (bahasa Ibrani), frasa “orang yang dikasihi Tuhan” ialah חָסִיד – châsı̂yd, yang berarti orang saleh, sebagaimana terjemahannya dalam Alkitab bahasa Inggris versi KJV (King James Version) dan semua versi Alkitab berbahasa Inggris lainnya. Maka, terjemahan yang lebih tepat dan harfiah sesuai makna aslinya ialah, “Berharga kematian semua orang saleh di mata Allah.”
- Galatia 5:24 dalam Alkitab versi TB terbitan LAI berbunyi, “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.” Frasa “telah menyalibkan daging” di sini dalam bahasa Indonesia berarti sebuah pekerjaan yang sudah selesai dilakukan, karena ada kata “telah”; padahal dalam kenyataannya kita sebagai orang Kristen yang telah lahir baru dalam hidup kita di dunia masih memiliki hawa nafsu dan berjuang dengan keinginan daging. Paulus bahkan menyatakan setiap saat kita perlu menyadari bahwa kita milik Kristus dan seharusnya hidup bukan karena keinginan daging. Melihat kembali frasa tersebut, pengertian hal ini terjadi karena bahasa Indonesia memiliki tata bahasa yang tidak sedemikian terperinci atau sekompleks bahasa Yunani. Dalam bahasa Yunani, kata kerja yang digunakan dalam frasa terjemahan “telah menyalibkan” ini adalah kata kerja bentuk “aorist active indicative”, yang maksudnya adalah suatu pekerjaan yang dikerjakan sejak dulu tetapi masih terus dikerjakan hingga saat ini secara nyata. Maka, kalau diterjemahkan secara harfiah kalimat ayat ini seharusnya menjadi, “Barangsiapa menjadi milik Kristus, ia sejak pertama kali mengikut Yesus terus-menerus menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.”
Dengan beberapa contoh ini, kita mempunyai alasan yang kuat untuk meneliti suatu bagian Firman Tuhan yang sedang kita baca dan tafsirkan dari sudut tata bahasa asli penulisannya, agar kita sebagai orang beriman, apalagi pemimpin di tengah-tengah jemaat atau komunitas dapat memahami makna yang benar dan merenungkan serta mempraktikkan dan mengajarkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kecintaan kita kepada Firman Tuhan seharusnya membuat kita rela untuk “bersusah-payah” menggali makna asli dari Firman yang tertulis itu.
Tentu saja, mempelajari bahasa Ibrani dan Yunani adalah cara yang ideal untuk proses penafsiran ini, tetapi karena keterbatasan waktu dan faktor-faktor lainnya, apalagi saat ini perkembangan teknologi informasi melalui internet membuat segala informasi dari seluruh dunia mudah dan cepat sekali untuk diakses melalui alat-alat bantu seperti Google, aplikasi e-Sword, Bible Works, dan banyak lagi lainnya, kita tidak perlu secara khusus mempelajari bahasa Ibrani atau Yunani.
Lalu, apa saja langkah-langkah yang perlu kita ambil dalam menafsirkan Firman Tuhan dengan prinsip gramatika dengan dukungan berbagai alat bantu yang tersedia?
- Membandingkan ayat-ayat yang kita sedang gali maknanya menggunakan berbagai versi terjemahan Alkitab, terutama versi-versi yang menekankan makna harfiah/literal. Sebagai catatan, masing-masing versi terjemahan Alkitab menekankan tujuan yang berbeda-beda; ada yang bertujuan agar mudah dimengerti oleh pembaca “awam” sehingga menggunakan gaya bahasanya sederhana dan sering kali merupakan buah tafsiran si penerjemah, ada yang diterjemahkan dari bahasa asli seharfiah mungkin seperti versi YLT (Young’s Literal Translation), LITV (Literal Translation of The Holy Bible), NET (New English Translation), atau ABP (Apostolic Bible Polyglot).
- Menggunakan kamus-kamus Alkitab dan konkordansi, misalnya versi Strong dan Thayer.
- Menggunakan alat-alat bantu elektronik seperti Google dan aplikasi e-Sword, Bible Works, dsb.
- Untuk bahasa Ibrani (PL), kita sangat perlu melihat nuansa atau konsep maknanya pada setiap kata serta konteks kalimatnya. Untuk bahasa Yunani (PB), kita perlu sangat memperhatikan aspek bentuk kata kerjanya dalam tata bahasa yang digunakan.
Mempelajari prinsip gramatika atau tata bahasa sebenarnya memerlukan waktu yang tidak singkat, karena melihat tingkat kesulitan dan kerumitannya dalam bahasa asli penulisan. Namun, usaha penafsiran kita yang dilakukan dengan sukacita dan rajin menggunakan Alkitab versi TB terbitan LAI yang dibantu dengan langkah-langkah ini secara umum sudah cukup memadai untuk kita bertumbuh dalam pemahaman akan Firman Tuhan. Apabila kita terus bertekun dan bersungguh-sungguh melakukannya, kita tidak akan menyimpang jauh dari makna sebenarnya yang tertulis dalam Alkitab, apalagi karena seperti yang sudah disebutkan tadi, penerjemahan Alkitab LAI dilakukan oleh para ahli bahasa Ibrani dan bahasa Yunani.
Kesimpulannya, jika kita ingin mengerti lebih dalam dan rindu melakukan serta mengajarkan kehendak Allah dengan sebaik-baiknya, kita memang perlu belajar menggunakan prinsip gramatika. Namun, penafsiran dengan prinsip gramatika tidak boleh mengabaikan prinsip yang pertama yaitu prinsip konteks, yang sudah kita bahas dalam dua edisi build! sebelumnya.
Mari terus mencintai Firman Tuhan dan memelihara sikap yang rendah hati untuk diajar oleh Firman Tuhan; maka Roh Kudus akan menunjukkan pertolongan-Nya dalam wujud pertumbuhan iman dan buah-buah pelayanan kita.
NET (New English Translation) adalah versi Alkitab terjemahan bahasa Inggris yang diterbitkan oleh Biblical Study Press LLC. Penerbit ini membubuhkan catatan khusus dalam versi Alkitab ini:
“Bagian Pendahuluan dalam Alkitab versi NET menunjukkan manfaat khususnya dalam hal keterangan dari penerjemah, sehingga makna bahasa aslinya menjadi jauh lebih mudah dipahami dan pembaca dapat langsung memahami dasar pemikiran penerjemah dalam proses penerjemahannya.” |