“Aku Akan Menjadikan Kamu Penjala Manusia”
Proses Pembelajaran dan Pelatihan setiap Murid Kristus
Di tengah-tengah pandemi Covid-19 ini, kita melihat bahwa Tuhan mengizinkan situasi yang begitu sulit bagi gereja dan masyarakat di dunia ini. Dalam perspektif Kristen, semua ini terjadi dalam rencana Tuhan yang sempurna, khususnya dalam konteks kebangunan rohani dan penuaian besar supaya kerajaan-Nya diperluas pada akhir zaman ini. Firman Tuhan menyatakannya dengan jelas,
Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya. Matius 24:14, TB
Dari kebenaran ini, jelaslah bahwa kegerakan terbesar pada akhir zaman adalah kegerakan penuaian besar-besaran. Injil Kerajaan Allah akan diberitakan kepada semua suku (etnis/kelompok masyarakat) menjadi kesaksian. Inilah Amanat Agung. Karena alasan dan tujuan inilah, Yesus menjadikan para murid-Nya penjala manusia. Murid-murid yang dijadikan penjala manusia ini bukan hanya 12 orang rasul yang kita baca di kisah-kisah Injil, melainkan kita semua, murid-murid Kristus yang hidup di masa sekarang, pula.
Mari kita lihat proses dan gambaran utuhnya.
Titik Awalnya: Mengikut Yesus (“Mari, ikutlah Aku”)
Proses Yesus menjadikan kita penjala manusia dimulai dari titik awal kita mengikut Dia, “Yesus berkata kepada mereka: ‘Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia,” (Mat. 4:19, TB). Dari titik awal ini, Yesus memulai proses-Nya dan menjalankan metode-Nya bagi kita. Panggilan untuk kita mengikut Dia adalah panggilan untuk kita menjadi murid (mathetes), yaitu pemagang. Pada zaman Yesus, pemuridan adalah proses hidup sehari-hari mengikuti seorang rabi, belajar dari rabi tersebut sebagai pemagang, sampai tamat pelajarannya. Setiap murid tidak belajar di kelas (synagoge) saja, tetapi terutama belajar dengan rabinya secara langsung di lapangan, dalam kelompok berdua atau bertiga (havruta). Proses pemagangan ini berlangsung setiap hari. Murid-murid Yesus pun mengikuti Yesus sebagai pemagang dengan pola dan proses yang demikian, yang semuanya diawali dari titik menerima panggilan untuk mengikut Dia. Kita yang telah menerima panggilan ini perlu menyadari bahwa kita pun telah berada dalam proses dan perjalanan magang bersama Yesus sebagai penjala manusia.
Kendaraannya: Havruta (“Kamu akan Kujadikan penjala manusia”)
Pada zaman Yesus, semua rabi menggunakan metode havruta (kelompok pertemanan/persahabatan) untuk mengajar para pemagang. Havruta adalah kelompok pemuridan 2-3 orang yang telah digunakan oleh bangsa Yahudi sejak masa pembuangan di Babilonia, yang lalu menjadi paling populer pada zaman Yesus, dan bahkan masih dipertahankan sampai masa kini. Itulah sebabnya, semua rasul dipanggil mengikuti Yesus dalam kelompok-kelompok kecil, bukan dipanggil masing-masing secara individual. Inilah kendaraan yang harus kita persiapkan untuk menjadi penuai jiwa pada akhir zaman. Kita semua yang dipanggil menjadi pemagang Yesus perlu dan hendaklah hidup di dalam havruta (komunitas pemuridan). Melalui havruta-lah Kristus akan melatih dan menjadikan kita penjala-penjala manusia.
Pada masa kini, kebanyakan pola pemuridan di gereja-gereja yang ada bukanlah mengikuti Yesus dan menjadi pemagang Yesus, tetapi justru mengikuti seorang “pemurid” dan menjadi pemagang dari “pemurid” tersebut dalam hal program-program atau materi-materi tertentu. Memang banyak program dan materi pemuridan yang baik dan berguna, tetapi manusia tentu terbatas dan tidak sempurna seperti Yesus dalam memuridkan kita serta tidak mampu menjadikan kita penjala manusia. Di sisi lain, saat ini banyak pula orang Kristen yang berpendapat lebih baik langsung mengikut Tuhan saja tanpa merasa perlu dimuridkan oleh manusia. Padahal, seharusnya kita menjadi pemagang Kristus dalam kelompok-kelompok kecil, sehingga kita memiliki contoh serta rekan/sahabat untuk menjalani proses pemuridan dan menjala manusia bersama-sama. Havruta adalah model yang tepat kendaraan kita dalam proses perjalanan magang bersama Yesus menjadi penjala manusia; di dalam havruta, kita bersama-sama dengan 1-2 orang sahabat dimuridkan oleh Yesus sendiri.
Alatnya: Pengajaran Rasul-Rasul (“Tebarkanlah jalamu”)
Agar havruta dapat menjala manusia, alat yang dipergunakan pun harus tepat. Perhatikan bahwa ketika Yesus mengirimkan banyak ikan untuk ditangkap oleh murid-murid-Nya yang kelelahan setelah lama tak berhasil mendapatkan ikan, Yesus memerintahkan mereka untuk menebar jala (menggunakan jaring). Yesus tidak menyuruh para murid untuk memancing, apalagi menunggu. Gambaran ini menunjukkan bahwa menjala manusia perlu dilakukan menggunakan alat yang tepat, yaitu “jala” atau “jaring”. Apakah jala atau jaring itu?
Untuk memahaminya, kita perlu melihat gambaran kegiatan menangkap ikan pada zaman Yesus. Para nelayan di danau Galilea bukan mencari dan menangkap ikan dengan cara memancing, karena setidaknya dua pertimbangan. Yang pertama, memancing berarti menunggu ikan datang mendekat ke kail, lalu menangkapnya dengan umpan satu per satu. Yang kedua, memancing ialah pekerjaan yang bisa dan biasa dilakukan sendirian, karena tidak membutuhkan bantuan atau kerja sama dari rekan atau teman. Ini berbeda dengan menjala atau menjaring ikan. Menjaring ikan berarti aktif bergerak ke titik tempat banyak ikan berada lalu menangkap banyak ikan sekaligus, dan menjaring ikan tidak dapat dikerjakan oleh satu orang saja sendirian, melainkan harus dilakukan oleh 2-3 orang bersama-sama. Inilah gambaran menjala manusia yang Yesus maksudkan dan Yesus latih kepada kita. Penjaringan manusia hanya efektif dan produktif (“berbuah lebat”) jika dilakukan oleh komunitas Tubuh Kristus melalui havruta (kelompok 2-3 orang) dengan “jala/jaring manusia” yang siap digunakan.
Apakah jala atau jaring manusia yang dimaksud itu? Itulah pengajaran dasar yang Yesus khotbahkan sendiri (“khotbah di bukit”, Mat. 5-7), yang langsung diajarkannya kepada para rasul dan murid-murid pada masa hidup-Nya di bumi. Pada masa jemaat mula-mula, ini disebut pengajaran para rasul. Pada masa kini, khususnya di jemaat Abbalove, kita menyebutnya pengajaran SPK (Saya Pengikut Kristus). Secara prinsip, ini berarti pengajaran Firman dasar, yang perlu diajarkan dan dipahami hingga menjadi iman pada jiwa-jiwa baru yang dijala/dijaring. Kita perlu terus meneliti dan mengajarkan pengajaran Firman dasar ini. Jika havruta kita tidak memiliki jala/jaring ini, jiwa-jiwa baru tidak mungkin dapat “tertangkap”, karena inilah pengajaran dasar yang akan membentuk dasar iman mereka sebagai pengikut Yesus. Kebanyakan program penginjilan pada masa sekarang gagal memenangkan jiwa karena tidak menggunakan jala/jaring ini; para calon jiwa baru “ditarik” dengan berbagai program yang menyenangkan mood atau menarik minat atau menjawab kebutuhan sesaat mereka saja, yang tidak berdampak pada terbentuknya dasar iman mereka untuk menjadi pengikut Yesus dalam sisa hidup mereka. Dalam havruta kita sekarang, kita perlu mencontoh jemaat mula-mula yang menggunakan jala/jaring pengajaran rasul-rasul untuk menangkap jiwa-jiwa baru, sehingga 3.000 lebih orang langsung ditambahkan ke dalam Tubuh Kristus saat itu dan jemaat itu tercatat terus tumbuh kuat serta makin banyak dalam proses kehidupan selanjutnya.
Mari terlibat dalam rencana Tuhan bagi Amanat Agung-Nya pada akhir zaman ini. Kita telah melewati titik awal itu; kita telah menerima panggilan untuk mengikut Yesus. Kini, hiduplah sebagai komunitas Tubuh Kristus di dalam havruta, dan setialah sebagai pemagang-Nya untuk bersama-sama menjala manusia menggunakan pengajaran rasul-rasul. Sampai rencana-Nya genap dan tuntas.
Berbagai Kesaksian
Sejak pandemi Covid-19 merebak di Indonesia hingga kebijakan PSBB diberlakukan, kami di gereja lokal Abbalove Industri pun menyatukan hati dan mencari tuntunan Tuhan secara khusus. Tuhan mengingatkan bahwa Tuhan akan membawa gereja kepada pola yang mula-mula, dan kami mengambil kesimpulan bahwa kita harus kembali ke pola gereja seperti yang ada di Kisah Para Rasul. Kami pun mulai mengajarkan pola ini kepada teman-teman di jemaat. Pada bulan Juni akhir, Tuhan mulai membukakan suatu kebenaran yang rupanya telah jarang kita praktikkan pada masa kini, yaitu tentang ibadah sejati (Mat. 5-7; Roma 12:1-8). Dalam pemahaman yang Tuhan berikan kepada kami, ibadah sejati ini adalah mempersembahkan tubuh bersama-sama dalam komunitas untuk selalu hidup di hadirat-Nya (coram Deo), berjalan bersama-sama dalam tuntunan Roh Kudus setiap hari sehingga mengalami transformasi hati yang terus-menerus (pembaharuan budi), serta menjangkau jiwa bersama-sama. Ibadah sejati ini kemudian kami praktikkan bersama setiap hari dalam bentuk kegiatan mezbah pagi, lalu dilanjutkan dengan kegiatan sepanjang hari. Saat ini, ada sekitar 1.500 orang jemaat yang mengikuti mezbah pagi ini setiap hari, dan hal ini telah mulai menjadi suatu kegerakan. Kami mengalami dan menyaksikan bahwa Roh Kudus bekerja secara luar biasa. Inilah secara umum beberapa kesaksian di antaranya:
- Hampir semua orang yang bergabung dalam kegerakan ibadah sejati ini mengalami jamahan Tuhan yang sangat kuat dan merasakan lawatan Roh Kudus, sehingga mereka kembali ke kasih yang mula-mula lalu kembali terbeban untuk menjadi penjala manusia.
- Ratusan orang yang mengikuti mezbah pagi mengalami langsung pemulihan hati, pelepasan, kesembuhan batin, kesembuhan fisik, mukjizat, dan tanda-tanda heran.
- Setiap harinya, makin banyak anggota Tubuh Kristus yang lain, termasuk dari luar negeri, bergabung dalam mezbah pagi dan mereka yang baru bergabung pun mengalami lawatan Tuhan yang luar biasa.
- Hampir setiap hari terbentuk komunitas-komunitas baru (kelompok pemuridan, havruta, komunitas sepakat). Mereka ini segera diperlengkapi dengan pengajaran SPK, dan segera siap menjadi penjala manusia.
Kami percaya bahwa setiap kesaksian yang terjadi ini meneguhkan kita semua sebagai Tubuh Kristus bahwa inilah waktu kebangunan rohani yang dahsyat dan penuaian besar yang telah dijanjikan Tuhan untuk kita alami pada akhir zaman.