Menjelang akhir tahun lalu, kami bersama-sama komunitas di gereja termasuk para pemimpin komunitas sel melakukan perjalanan bersama ke kota Batu, Malang. Beberapa sahabat melakukan perjalanan dengan moda transportasi darat, dan kebetulan keluarga kami bersama beberapa keluarga lain melakukan perjalanan ini dengan pesawat. Kami semua yang mendapat privilege untuk ikut dalam perjalanan ini sangat antusias, karena kami menyadari perjalanan ini bukan sekadar perjalanan kebersamaan biasa, melainkan perjalanan penuh kasih karunia dengan peneguhan khusus dari pemimpin untuk menutup tahun 2022 dan masuk ke tahun 2023.
Saat kami yang menempuh jalur penerbangan sudah siap di dalam pesawat, sebagaimana biasanya sesaat setelah pintu pesawat ditutup, pesawat pun mulai bergerak menuju landas pacu. Ketika posisi pesawat siap di titik awal landas pacu, terdengar aba-aba bahwa status pesawat kini “ready for take off”. Artinya, siap lepas landas dan terbang menuju tujuan. Pesawat lalu langsung memacu kecepatan sampai memasuki tingkat kecepatan tertentu yang biasa disebut V1 (V-One). Di titik ini, pesawat sudah tidak bisa lagi membatalkan lepas landas, apa pun yang terjadi pesawat harus take off. Puji Tuhan, pesawat kami berhasil lepas landas dengan baik dan langsung terbang naik ke udara untuk mencapai ketinggian tertentu.
Itu bukan perjalanan pertama saya naik pesawat, tetapi lewat situasi itu saya diingatkan Bapa tentang kesiapan saya sendiri untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Perjalanan hidup kami masing-masing sudah dipenuhi dengan penyertaan Bapa yang melimpah dengan kemurahan. Dalam setiap musim kehidupan, Bapa senantiasa ada bersama kami. Bagian dan peran kami sekarang adalah mengalirkan kehidupan yang penuh kasih karunia itu bagi orang lain. Lepas landas dan terbang menuju tujuan.
Sayang, ternyata sering kali kami masih merasa belum siap, belum ada waktu, karena berbagai alasan: anak masih kecil, pekerjaan masih padat, tidak pandai bicara, dan ribuan alasan lainnya yang semuanya menunda kami mengambil peran yang melampaui sebagai si penerima kasih karunia. Tanpa terasa, tahun 2022 berganti dengan tahun 2023, dan ada saja hal-hal yang kami masih tunda. Kini, apakah kami masih menyatakan belum siap juga untuk lepas landas menjadi berkat bagi orang lain?
Belajar dari situasi penerbangan, apa pun kondisinya, pesawat harus terbang ketika sudah ada di posisi lepas landas di landas pacu. Hidup kita masing-masing sebenarnya tentu sudah disiapkan Bapa dan wakil-wakil-Nya untuk segera lepas landas ke tujuan memberkati orang lain dengan kasih karunia Bapa itu, tetapi kita masih suka memilih untuk menunggu dan menunda. Kadang, kondisi ideal dan siap yang kita tunggu itu pun tidak kunjung datang atau terjadi, sehingga kita tak kunjung lepas landas memulai perjalanan terbang menuju tujuan memberkati orang banyak.
Sahabat-sahabat Kristus, saat ini, kita perlu kembali menyadari kasih Bapa yang sempurna yang telah kita terima. Apa pun kondisinya, Bapa tidak melihat kesiapan dan kesanggupan kita dalam alasan-alasan kita itu. Bapa melihat kerelaan kita untuk berespons terhadap panggilan-Nya meneruskan kehidupan kasih karunia bagi jiwa-jiwa yang membutuhkan. Bapa telah menempatkan kita pada posisi lepas landas, dan inilah waktunya kita lepas landas sesuai tujuan-Nya bagi kita.
Mari kita makin teguh memasuki tahun 2023 dalam panggilan Bapa. Kuatkan hati dan tekad untuk mengambil peran nyata dalam menjadi terang dan memberkati banyak orang, bahkan bangsa-bangsa. Kesanggupan kita adalah dari Kristus; we are more than ready for take off!
“Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah.” – 1 Korintus 1:27-29