7 Desember 2019. Dunia kehilangan salah satu murid Kristus yang telah membawa berjuta-juta orang kepada Kristus. Itulah Reinhard Bonnke, penginjil asal Jerman yang telah menyerahkan hidupnya sebagai misionaris untuk benua Afrika, sekaligus telah berkeliling dunia memberitakan Injil. Reinhard Bonnke meninggal dalam damai di kediamannya di Florida, Amerika Serikat, pada usia 79 tahun. Banyak orang Afrika menyampaikan belasungkawa yang menyentuh hati melalui Twitter, yang di antaranya, “Beristirahatlah dengan tenang, Afrika tidak pernah melupakan Anda.”
Hati Reinhard Bonnke untuk Kristus telah membawa banyak orang-orang di Afrika mengenal Kristus. Bahkan, tak hanya di Afrika, beliau pun pernah mengadakan kegiatan pemberitaan Injil berbentuk KKR di Malaysia, Filipina, Indonesia, Singapura, India, Amerika Serikat, Brasilia, Kanada, Jerman, Repubilk Ceko, Inggris, Australia, dan Hongkong. Tercatat 77 juta jiwa mengambil keputusan bagi Yesus lewat rangkaian KKR CfaN (Christ for all Nations), yang terdokumentasikan dengan kartu keputusan mereka untuk menerima Yesus. 185 juta eksemplar buku dan buklet CfaN diterbitkan dalam 103 bahasa dan dicetak di 55 negara untuk pelatihan pemuridan bagi mereka yang baru percaya itu.
Reinhard Willi Gottfried Bonnke lahir di Königsberg, Prusia Timur, Jerman, pada masa Perang Dunia II (19 April 1940). Beliau adalah anak kelima dari enam bersaudara, yang dalam masa kesusahan harus mengungsi bersama ibunya dengan kapal dari Laut Baltik hingga tiba di Denmark. Di negeri itu, mereka harus mengais-ngais makanan untuk bertahan hidup dalam pengungsian di balik kawat berduri. Pemerintah Denmark memberi mereka makanan dan pakaian dan Reinhard kecil tak mengenal uang sama sekali. Pengalaman masa kecil yang penuh kesukaran dan kekurangan itu membuatnya berkata saat dewasa, ”Itulah yang menjadi alasan mengapa saya berbelas kasihan kepada gelandangan dan kaum miskin.” Pada usia 9 tahun, ia dan saudara-saudaranya kembali ke Jerman; ayahnya merintis gereja di Hamburg dan menjadi pendeta. Ketika berada di Jerman inilah, Reinhard kecil baru mengenal uang. Suatu kali, Reinhard mencuri beberapa keping uang dari dompet ibunya untuk membeli permen. Bukannya menghukum, ibunya merangkulnya dan berkata, “Reinhard, kamu sedang menuju neraka karena mencuri.” Saat itu, Roh Kudus menjamah hatinya, sehingga ia merasa dirinya sangat berdosa. Ibunya menjelaskan bahwa Yesus peduli dan menyelamatkan orang berdosa; Reinhard pun bertobat dan dilahirkan baru.
Setelah menyelesaikan kuliah di Bible College Wales, Reinhard mulai menjadi pendeta di Jerman. Pada tahun 1969, Reinhard Bonnke menikah dengan Anni Suelze dan dari pernikahan itu mereka dikaruniai tiga anak: Kai-Uwe, Gabrielle, dan Susie. Mereka berangkat ke Maseru, Lesotho untuk melayani misi secara tradisional. Misi itu didasari oleh penglihatan yang diterima Reinhard, bahwa “benua Afrika dibasuh oleh darah Yesus yang mahal harganya”. Visi itu membakar hatinya untuk menjangkau benua Afrika dari Cape Town – Kairo dan Dakar – Djibouti. Karena impian ilahi itulah, Reinhard dan Anni bertekun dalam pelayanan.
Pada tahun 1974, Reinhard mendirikan lembaga penginjilan Christ for all Nations (CfaN) dan memulai kebaktian di tenda yang menampung 800 orang. Karena banyak pengunjung, ia membeli tenda lagi yang lebih besar. Pada tahun 1984, mereka membangun tenda terbesar yang bisa dipindah-pindah dengan kapasitas 34.000 tempat duduk! Ketika kemudian tenda itu pun sudah tidak mampu menampung pengunjung, Reinhard mengadakan kebaktian di lapangan terbuka, dengan pengunjung lebih dari 150.000 orang. Sejak itu, beliau berkeliling ke seluruh Afrika dan berkhotbah di lapangan terbuka. Di Lagos, Nigeria, pengunjung kebaktiannya mencapai 1,6 juta orang dan tata suara dari acara kebaktian terdengar sampai berkilo-kilometer jauhnya.
Reinhard Bonnke juga dikenal dengan pelayanan mukjizat kesembuhan. Dalam berbabai pelayanannya, Tuhan memakainya secara luar biasa dengan menyembuhkan orang-orang buta dan orang lumpuh. Salah satu mukjizat terjadi dalam kebaktian Reinhard Bonnke pada bulan Desember 2001 di Grace of God Mission Church di Onitsha, Nigeria. Saat itu, pendeta setempat, Daniel Ekechukwu, telah dinyatakan meninggal selama 42 jam, tetapi secara ajaib bangkit dan hidup kembali. Setelah peristiwa mukjizat ini, Reinhard menulis, “Matius 10:1. Kita bukan diburu, tetapi kita adalah pemburu! Kita tidak takut kepada iblis, karena iblis yang takut kepada kita.”
Pendeta senior Hillsong, Brian Houston, menceritakan Reinhard Bonnke sebagai sosok yang menginspirasi, “Saya suka betapa keselamatan bergema di dalam rohnya, entah di panggung saat beliau berbicara kepada jutaan orang maupun saat di belakang layar sedang mengobrol. Yesus selalu ada di bibirnya,” tutur Brian. Hati Reinhard Bonnke penuh belas kasihan dan senantiasa terbakar bagi Injil, mulutnya tidak pernah berhenti menceritakan Yesus. Saat hampir meninggal pun, Reinhard tetap menggunakan media video call untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah. Seluruh hidupnya merupakan api Kristus yang tak pernah padam. Selamat beristirahat, pahlawan iman yang mengubah benua Afrika dan bangsa-bangsa, kami akan meneruskan perjuanganmu menjadi pembawa kabar bahwa Kristus adalah Tuhan bagi semua bangsa.